Anna langsung pulang ke rumah dan tidak melakukan apapun. Dia adalah seorang pengangguran sekarang. Tidak ada aktivitas yang berarti untuk dia lakukan. Anna memilih untuk mengurung dirinya di kamar. Menjalani hari membosankan dengan menatap langit-langit kamar. Hari ini lagi-lagi Anna melewatkan makan siangnya. Langit sudah gelap ketika dia tersadar dari lamunannya.Anna menghela napas, dia melihat jam dinding yang sudah menunjukkan pukul tujuh malam. Tepat pada saat itu perutnya berbunyi, dia langsung bangun dan turun menuju lantai satu.Ketika kakinya baru saja menginjak lantai satu, tiba-tiba Anna teringat dengan Eric yang selalu pulang tepat waktu. Jika dia makan malam di ruang makan sekarang, mereka pasti akan bertemu. Mengingat pria itu, seketika dalam benaknya kembali berputar adegan di mana suaminya itu meminta seorang pewaris supaya dia mau membantu. Anna tanpa sadar menggigit bibirnya dengan kencang hingga membuat bibirnya tak sengaja terluka. Rasa amis dari darah itu memb
Anna melihat Eric yang mengatakan hal itu dengan wajah serius. Setelah mengetahui bahwa pria itu tidak berbohong mengenai identitasnya, dia jadi tidak berani untuk mengira suaminya sedang bergurau. Anna melangkah mendekati Eric, ingin sekali dia melakukan penyangkalan, jelas-jelas dia sendiri yang melihat bahwa tubuh ayahnya sudah dikebumikan, tetapi Anna tidak bisa menemukan kebohongan dari kedua mata suaminya. Ketika dia telah keluar dari lift, pintu itu langsung tertutup. Mereka saling bertatapan, pasangan suami istri itu seakan sedang berbicara dalam diam. "Jika kau sedang bergurau denganku, maka candaanmu kelewatan, Eric!" Sekali lagi, Anna memilih untuk membohongi hatinya. Memilih untuk mengedepankan logika dan tidak 100% percaya pada suaminya, adalah keputusan yang tepat untuk sekarang. Anna sudah seringkali dibohongi, dia tidak mau sampai memberikan kepercayaan pada orang yang tidak menghargai kepercayaan yang telah dia berikan. "Apakah hal seperti itu bisa menjadi bah
Anna merasakan kedua kakinya lemas, dia berulang kali mengedipkan kedua mata untuk meyakinkan bahwa penglihatannya benar. Dia melihat sosok pria yang sangat familiar dan memiliki arti besar untuknya. Pria itu duduk di kursi roda dengan menghadap jendela, membelakanginya, memandang ke arah jalanan. Bagaimana mungkin pria yang dia kira sudah meninggal dunia, bisa duduk di sini? Bagaimana bisa pria yang sudah dikebumikan, bangkit seakan peristiwa kematian itu tidak pernah terjadi?Anna ingin sekali Tidak mempercayai penglihatannya tetapi saat ini jiwa dan raganya berada di rumah sakit ini. Dia secara langsung melihat bahwa ayahnya belum mati. Lalu ... siapa yang saat ini terbaring di peti mati?Anna merasakan pandangan yang mengabur, kepalanya terasa sedikit pusing, nafasnya berubah menjadi cepat, dadanya juga menjadi terasa sesak, hingga akhirnya semua menjadi gelap.Sementara itu, di ruangan direktur utama Gwenevieve grup, Agatha masih dipusingkan dengan masalah yang menimpa putrinya
Kondisi Anna masih lemah, pikirannya pun masih sulit untuk dikendalikan, kepalanya masih terasa sakit tetapi dia tidak bisa berleha-leha tanpa mengetahui kebenarannya. Dia harus mengetahui dengan segera apa yang terjadi pada ayahnya. Bagaimana bisa ayah yang sudah dia kira tiada malah dalam kondisi sehat dan berada di rumah sakit jiwa? "Tolong bawa aku untuk bertemu dengan papaku. Aku tidak bisa berdiam diri seperti ini. Kumohon ...." Eric menatap Anna dan seketika dalam hatinya timbul rasa kasihan. Setelah berpikir beberapa saat akhirnya dia menyetujui keinginannya. "Tolong bawakan kami sebuah kursi roda," ucap Eric pada petugas rumah sakit yang berdiri di belakangnya. "Tidak perlu! Aku masih kuat untuk berjalan dengan kakiku sendiri. Kau hanya perlu mengantarku ke kamar papaku," Anna merasa tubuhnya sehat, hanya saja hatinya sedikit terguncang dengan fakta baru yang dia ketahui. "Lalu, haruskah aku memapahmu sampai kamar papamu?" Mendengar hal itu, Anna langsung menggelengkan
Anna tidak mampu menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh ayahnya. Baginya kondisi seperti sekarang sudah jauh lebih baik dibandingkan dengan kehidupannya di masa lalu. Lagi pula, Apa yang ingin dia cari sekarang? Anna hanya ingin ketenangan dalam menjalankan hidup. Mengetahui bahwa sang ayah masih hidup, itu sudah jauh lebih membahagiakan baginya.Anna menarik nafas panjang kemudian menghembuskannya perlahan. Dia tersenyum pada ayahnya kemudian berkata, "Aku bahagia dengan kehidupan pernikahanku. Tapi aku lebih bahagia karena tahu bahwa Papa masih hidup. Terima kasih karena Papa masih bertahan."Mendengar jawaban putrinya, Cedric tidak lagi bertanya. Lagi pula sekarang dia tidak mampu untuk melindunginya. Meski tidak tahu maksud dari tujuan Eric, tetapi dia bisa merasakan bahwa pria itu tulus pada Anna. Kelak saat dia sudah bisa pulih seperti sedia kala, jika Eric berani macam-macam pada putrinya, maka dia sendiri yang akan memberi pria itu pelajaran.Anna sangat bahagia hari ini,
Anna keluar dengan wajah yang sangat muram, Eric menduga bahwa ada sesuatu yang membuatnya tidak senang. Segera dia mendekati Anna dan bertanya, "Apa terjadi sesuatu?" Anna melihat ke arah Eric, tatapannya menggelap, pria ini bisa tahu kondisi ayahnya, bahkan sampai tahu dimana ayahnya berada. "Apa kau tahu mengenai asal-usulku?" Seketika kedua bola mata Eric melebar, mengenai gadis ini, semua dia ketahui. Melihat Anna keluar dengan wajah yang murung, ditambah dengan pertanyaannya yang seperti itu, dia bisa menduga bahwa Cedric telah mengungkapkan identitas Anna yang sebenarnya.Eric tidak pandai untuk mengungkapkan perasaannya, dia berkata dengan santai seperti hal itu bukan menjadi masalah, "Aku tahu."Namun, berbeda dengan yang dirasakan oleh Anna. Dia menganggap bahwa suaminya itu tidak peduli dengan orang di sekitarnya. Seketika dia berkecil hati, jelas saja Eric bersikap sangat santai. Anna hanyalah gadis pelunas hutang, bagaimana hidup dan perasaannya, Eric sama sekali tidak
Anna sedikit terkejut dengannya, dia tidak menyangka kalimat itu yang keluar dari bibir Carlos. Mereka terlihat saling menyayangi, bahkan hari pernikahan sudah di depan mata, tapi malah memutuskan untuk berpisah.Sesaat Anna terdiam, seketika dia menggelengkan kepala dan teringat dengan pasangan itu yang memang kerap kali putus dan kembali. Sekarang Carlos datang karena dia baru saja putus dari Laura, tapi lihat bagaimana nanti mereka akan kembali menjalin hubungan. Anna tidak mau lagi memiliki harapan, dia tidak mau lagi percaya bahwa dia bisa menjadi seorang wanita di sisi Carlos. Gadis itu tidak mau lagi memaksakan hatinya, saat tahu bahwa memang tidak pernah ada harapan baginya. Anna tersenyum kemudian berkata, "Maaf, Carlos. Saat ini aku tidak bisa bertemu denganmu.""Kenapa, Anna? Apakah kau sedang sakit?"Terdengar nada suara Carlos yang mengkhawatirkannya. Tetapi Anna sama sekali tidak merasa tersentuh mendengar perkataannya. Malah dia sedikit malas ketika pria itu menampakk
Anna memasuki ruang makan, dia menoleh ke sekeliling untuk mencari keberadaan suaminya. Tetapi hanya ada dia dan Hellen di sana, Anna segera duduk di tempatnya kemudian membiarkan Hellen untuk menyiapkan sarapannya. "Apakah tuanmu sudah pergi bekerja?"Hellen tersenyum, "Sudah, Nyonya. Ada pekerjaan yang harus diselesaikannya pagi ini. Jadi Tuan berangkat lebih awal."Anna hanya menganggukkan kepala sebagai jawaban, dia lalu menyantap sarapannya dengan tenang.Setelah selesai, Anna segera bergegas ke sebuah rumah produksi. Sebuah gedung dengan lima lantai sudah berada di depannya. Anna tersenyum dan seketika dia langsung memegang dada ketika merasakan detakan hebat di jantungnya. Ini adalah pertama kali Anna mendapatkan tawaran bahwa naskahnya akan difilmkan. Biasanya dia selalu menulis untuk dijadikan buku cetak. Anna menarik napas panjang kemudian menghembuskannya perlahan. Setelah hatinya sudah siap, Anna segera melangkah masuk ke dalam perusahaan. Dia menuju meja resepsionis d