Kening Anna berkerut tidak senang, dia baru saja bertemu dengan ibu mertuanya, ternyata dia sama sekali tidak disukai. Sekarang malah berkata bahwa dia harus pergi dari hadapan Eric.
Padahal dia menikah karena paksaan, dia menikah karena melunasi hutang ibunya. Sekarang ketika dia sudah mulai terbiasa dengan kehidupannya, ibu Eric datang, secara terang-terangan tidak menyukainya.
Anna mencoba untuk tetap tenang, dia tersenyum lalu berkata, "Maaf, saya tidak bisa melakukannya."
Jawaban Anna tentu saja membuat wanita itu tidak senang. Seketika wajahnya berubah merah, kedua tangannya terangkat dan saat itu juga sebuah tamparan mendarat di pipi Anna.
Anna tidak mampu menghindar, dia juga tidak bersiap dengan segala kemungkinan dia akan terkena pukulan. Tamparan yang sangat kencang hingga membuatnya terhuyung ke belakang, tubuh Anna berakhir di lantai.
Anna memegang wajahnya yang memanas, dia bisa merasakan bau amis darah
Kedua matanya terasa memanas, dia bisa merasakan air mata yang mulai menggenang. Seumur hidupnya tidak sekalipun dia merasa dicintai oleh seseorang. Dia menikah karena perjodohan. Jadi wajar saja jika suaminya marah tanpa menanyakan dulu kebenarannya ketika dia bersikap kurang ajar pada ibunya.Dalam hati Anna merasa kecil, mungkin ini adalah karma akibat perbuatan orang tuanya. Dia lahir di luar pernikahan, mungkin saja Tuhan marah dan membuatnya harus membayar dosa-dosa kedua orang tuanya.Namun, dia tidak pernah meminta untuk dilahirkan dari orang tua yang seperti apa. Anna tidak pernah ingin dia dilahirkan dari hasil perzinahan. Dia hadir ke dunia karena kesalahan orang tuanya, tidak adil jika dia juga yang harus menebus semua dosa mereka.Anna menundukkan kepalanya, saat itu air mata jatuh dan mengenai lantai. Dia menggigit bibir menahan suara tangisnya. Hingga tiba-tiba sepasang tangan menyentuh wajahnya, menghapus air mata yang keluar
Pagi hari ketika Anna sudah selesai membersihkan dirinya, tepat pada saat itu pintu kamarnya diketuk. Anna melangkah dengan malas lalu membuka pintu.Dilihatnya Hellen sedang tersenyum lalu berkata, "Selamat pagi, Nyonya. Sarapan sudah siap."Anna menganggukkan kepala, "Aku akan turun sekarang."Setelah mengatakan itu, Anna segera turun mengikuti langkah Hellen yang lebih dulu melangkah meninggalkannya. Sebenarnya Anna agak sedikit bingung, biasanya wanita itu akan memberikan opsi untuk dia sarapan di kamar. Tetapi semenjak Anna mengetahui bahwa anak mafia itu adalah suaminya, dia selalu disuruh untuk sarapan dan makan malam di bawah. Hellen tidak pernah lagi memberikan dia opsi untuk makan di kamar.Pernah Anna membantah, berkata bahwa dia ingin makan di kamar. Tepat pada saat itu Eric langsung datang dan menyuruhnya untuk turun ke bawah. Ketika Anna sudah sampai di ruang makan, nampak Eric sudah menunggunya di sana. Seketika ingatan tentang kejadian kemarin kembali terlintas dalam
Anna terbelalak, seketika lidahnya terasa kelu, dia tidak bisa merespon apapun. Hanya diam saja sambil terus melihat pria itu.Dalam hatinya berharap bahwa pria ini hanya sedang bergurau dengannya. Tetapi semakin intens diperhatikan, Anna hanya bisa melihat keseriusan dari wajahnya.Anna mendengus, dia tidak percaya orang seperti Eric bisa mencintainya. Bahkan sekarang dia tidak percaya segala hal tentang cinta. Bagi Anna, cinta adalah rasa yang hanya membuat rusak sebuah hubungan. Dia lahir dari cinta kedua orang tuanya yang malah membuat hati wanita lain tersakiti. Dan berakibat dia yang harus menerima karma buruk dari perbuatan kedua orang tuanya.Eric melepaskan genggaman tangannya, melihat kedua mata Anna semakin dalam, "Kenapa? Kau tidak percaya?"Anna menghela napas, "Kau pikir ... aku akan dengan mudah percaya dengan semua kata-kata yang kau ucapkan? Sementara kita saja baru menikah beberapa bulan. Entah harus berapa kali aku ingatkan bahwa pernikahan kita bukan karena kita s
Anna menggelengkan kepala, dia hanya bisa mengusap dada ketika akhirnya Laura kembali berpikiran buruk tentangnya. Mengatakan dia berbohong hanya untuk menjaga harga dirinya.Anna menarik nafas panjang kemudian menghembuskannya perlahan. Beralih pada Carlos yang memandangnya dengan tatapan sama. Dalam hatinya berpikir bahwa pasangan ini begitu serasi. Sama-sama tidak bisa mempercayai perkataan orang yang bahkan sudah mereka kenal sangat lama."Aku tidak berbohong," Nada bicaranya serius, ekspresi wajahnya yang tenang semakin membuat orang percaya dengan perkataannya.Laura dan Carlos juga hampir percaya dengan perkataan Anna. Tetapi dalam hati Laura, dia tidak terima jika Anna bisa lepas dari perasaannya terhadap Carlos. Dalam pikirannya, Anna adalah seorang gadis yang tidak dicintai oleh kedua orang tuanya. Laura tidak akan terima jika gadis itu mendapatkan pria yang lebih kaya darinya. "Anna, kami tidak akan marah jika memang kau tidak suka dengan Brian. Aku juga minta maaf kalau s
Anna melihat kartu undangan yang berada di atas meja. Gadis itu mendengus saat ingatan tentang Carlos yang mengatakan dia sudah putus dengan Laura. Akhirnya mereka kembali bersama dan menyebarkan undangan. Anna memiringkan kepala, kali ini dia benar-benar menyadari bahwa dia sudah tidak lagi memiliki perasaan pada Carlos. Hatinya sudah tidak lagi merasa panas ketika melihat nama dua orang itu berada dalam satu kertas. Tidak lagi merasa risau ketika melihat gambar diri mereka bersama sama undangan pernikahan. Anna menarik napas panjang kemudian menghembuskannya perlahan. Dia tersenyum ketika memikirkan bahwa hatinya telah bebas dari perasaan cinta sepihak. Sekarang dia bisa menjalani kehidupan dengan normal. Tidak ada lagi rasa cemburu ketika melihat pria yang dicintainya bersama dengan wanita lain. Namun, tiba-tiba Anna teringat dengan ucapan Laura yang mengatakan bahwa dia harus datang bersama dengan suami. Dia memang tidak berbohong tetapi apakah Eric mau pergi bersama dengannya
Anna menarik napas panjang, menahan perasaan kesalnya ketika Laura terus saja berbicara sesukanya. Wanita ini bertingkah seakan tidak tahu padahal sangat tahu. "Benarkah itu, Anna? Aku jadi tidak sabar untuk bertemu dengan suamimu. Aku sangat penasaran dengan pria yang akhirnya berhasil mendapatkanmu," ucap gadis yang pertama berkata tadi. "Benar, Maria. Aku pun penasaran apa yang telah dilakukannya hingga membuat Anna mau menikah dengannya. Secara, kalian tahu, bukan? Dulu Anna sangat menyukai Carlos. Aku bahkan sampai mengira bahwa Anna tidak akan berpaling dari perasaan sukanya. Hahaha ... Aku sama sekali tidak menyangka bahwa Anna berhasil menikah dengan pria lain dan melupakan Carlos," timpal gadis lainnya. Anna menarik napas panjang dan menghembuskannya perlahan. Pandangannya berubah menggelap pada ketiga gadis itu. Pada saat ini Anna teringat dengan pembicaraannya bersama Eric. Pria itu berkata Dia mengetahuinya dengan jelas ketika melihat sikapnya pada Carlos. Ternyata m
Anna ingin sekali tertawa mendengar perkataan gadis itu. Seperti tahu segalanya tentang Anna dan suaminya. Namun, Anna sama sekali tidak berminat untuk menceritakan identitas suaminya. Dia bukan tipikal gadis yang suka pamer seperti gadis-gadis di depannya. "Terserah apa yang kau katakan. Maaf sekali waktuku tidak luang. Aku harus pergi," ucap Anna, berbalik hendak pergi dari pesta ini. Namun, belum sempat dia mencapai pintu keluar, tiba-tiba suara seorang lelaki yang sangat dikenalnya terdengar. Namanya dipanggil, dia lalu berbalik badan. Anna melihat Carlos yang tersenyum cerah ke arahnya. Seketika dia mengurungkan niatnya untuk pergi dari sana. Anna tersenyum dan berjalan mendekati Carlos, mengulurkan tangan seraya berkata, "Selamat atas pernikahanmu. Semoga kalian selalu bahagia." Carlos tersenyum padanya, dalam hati pria itu, entah kenapa dia merasakan sakit yang tidak bisa dijelaskan. Melihat kedua mata Anna yang nampak tulus ketika mengatakannya, semakin membuat hatinya te
Anna mendengus, dia sudah menduga akan mendapatkan penolakan dari teman-temannya. Mereka selalu memandang rendah Anna, mendengar Anna menyebutkan nama suamimu, tentu saja tidak akan percaya dengan mudah. Anna juga tidak berniat menjelaskan, dia meminum es cappucino miliknya seraya memalingkan pandangan. Ingin sekali dia segera pergi dari sana, menjauhi mereka yang terus saja penasaran dengan pernikahannya. Tepat pada saat itu, pandangan orang-orang tertuju pada sesuatu di belakang Anna. Mereka semua melihat sosok itu, tanpa sedikitpun mengedipkan kedua mata. Melihat bagaimana reaksi mereka yang dirasa berlebihan, seketika membuat Anna menjadi penasaran, dia segera berbalik dan kini berganti dirinya yang terbelalak. Tiba-tiba ayah Laura langsung bangkit, senyuman cerah merekah di wajahnya. Dia berjalan menuju tubuh seorang pria, dengan sedikit membungkukkan tubuhnya, dia memberi pria itu sebuah penghormatan. "Tuan Eric, saya tidak menyangka Anda akan datang ke pesta pernikahan put