Membawa sebuah amplop coklat. Dini penuh percaya diri saat memasukkan lamaran kerja ke ruang kerja Gus Fiment. Dini berharap bisa menjadi salah satu kandidat yang akan di terima kerja di sekolah. Mengingat Dini memiliki kemampuan yang cukup baik dalam bahasa inggris."Assalamualaikum," Dini mengetuk pintu ruang kerja Gus Fiment."Wallaikumsallam. Silakan masuk," ucap Gus Fiment.Dini dengan langkah penuh percaya diri. Masuk ke dalam ruang kerja Gus Fiment. Dia terlihat yakin, bisa menampilkan yang terbaik pada Gus Fiment di hari ini. Sehingga Dini akan menjadi salah satu kandidat guru yang akan di pilih oleh Gus Fiment."Ada apa Dini?" Tanya Gus Fiment."Apa saya boleh duduk terlebih dahulu?" Pinta Dini dengan penuh harap."Oh tentu saja. Silakan duduk," ucap Gus Fiment.Duduk dengan begitu baiknya. Dia terlihat menyukai penampilan Gus Fiment yang terlihat semakin awet muda. Tak ayal, Dini pun memuji penampilan dari Gus dengan sorban yang di lipat menyerupai turban di kepala."Sebelum
Mendengar Dini yang melamar menjadi seorang pengajar di sekolah. Tentu saja membuat Umi Salamah menjadi panik. Citra Dini mungkin saja akan semakin membaik. Mengingat kini Dini berstatus sebagai pengajar seperti dirinya. Padahal Umi Salamah merasa dirinya lebih baik dari Dini. Mengingat Dini bukan seorang pengajar. Oleh sebab itu, dia akan merasa begitu tersaingi dengan keputusan dari Dini untuk melamar sebagai seorang pengajar di pondok pesantren."Apa perempuan itu memang melamar menjadi pengajar di sini?" Tanya Umi Salamah pada rekannya."Sepertinya begitu. Dia punya kemampuan bahasa Inggris yang baik. Sepertinya dia salah satu kandidat yang akan menjadi calon pengajar di sini," jawab rekan Umi Salamah.Umi Salamah tentu merasa kesal dengan jawaban yang di berikan oleh rekannya. Ia merasa Dini bukan seorang pengajar yang di harapkan. Dia bukan seorang yang baik, sehingga akan sedikit kacau jika dia mengajar di pondok pesantren ini."Aku rasa, Gus Fiment tidak akan memilih perempuan
Datang dengan penampilan yang begitu rapi. Ferdi yang di utus oleh mertuanya. Terlihat begitu yakin, bisa melobi keluarga kiayi Musthofa untuk menjual tanah di belakang pesantren. Ferdi yang di kenal piawai dalam perkara jual beli. Merasa kedatangan dari dirinya akan membuat kiayi Musthofa yakin untuk menjual tanah miliknya pada mertua Ferdi. Sehingga Ferdi bisa mendapatkan keuntungan dari hasil penjualan tanah tersebut.Baru setengah perjalanan menuju pondok pesantren. Ferdi di kejutkan dengan Dini. Perubahan penampilan dari Dini, telah menghipnotis Ferdi. Dini yang sekarang berpenampilan cantik dengan hijab. Seketika membuat Ferdi terperangah. Dia pun langsung memuji Dini yang tampil begitu anggun dengan penampilan syar'i."Ini Dini?" Tanya Ferdi sembari membuka kaca mata hitamnya.Dini yang terkejut mendengar suara dari Ferdi. Segera menoleh ke arah Ferdi yang berada di dalam mobil mewahnya. Dini pun langsung terkejut melihat Ferdi yang berada di kampung tersebut. Tentu dengan mobi
Gus Fatur langsung berdiri, begitu Ferdi datang. Dia menyambut baik kedatangan dari Ferdi di hari ini. Mengingat Ferdi adalah utusan dari bosnya. Ferdi siap berdiskusi dengan Gus Fiment dan kiayi Musthofa dalam hal sawah di belakang pondok pesantren.Ferdi pun terlihat begitu tidak sabar untuk berbincang dengan Gus Fatur. Mengetahui apa yang sebenarnya terjadi pada Gus Fatur. Mengingat Gus Fatur yang gagal dalam melobi keluarganya sendiri. Padahal tanah itu milik keluarga dari Gus Fatur. Tetapi Gus Fatur gagal dalam mendapatkan simpati dari keluarganya."Selamat siang Gus," ucap Ferdi dengan lembutnya."Selamat siang Mas Ferdi. Silakan duduk," ucap Gus Fatur dengan wajah sumringah.Gus Fatur segera memanggil salah satu orang kepercayaan dari dirinya. Kemudian ia meminta orang kepercayaannya itu untuk membuat minuman yang siap di sajikan untuk Ferdi."Maaf Mas Ferdi. Mau minum apa yah?" Tanya Gus Fatur."Air putih saja sudah cukup," jawab Ferdi dengan santai."Tidak mau kopi atau teh g
Dini nampak masih kesal dengan apa yang di katakan oleh Ferdi. Bagaimana Ferdi begitu mudah menghina Dini. Apalagi Ferdi mengatakan hal yang cukup membuat Dini terluka. Sangat menyedihkan apa yang di rasakan oleh Dini saat ini. Mengingat Ferdi adalah mantan pacar dari Dini.Fachri membawakan Dini sebotol air mineral dan sebungkus roti. Fachri berharap Dini akan menyukai apa yang di bawa olehnya. Mengingat Dini saat ini butuh ketenangan. Butuh sedikit dukungan dari persoalan yang sedang di hadapinya saat ini.Dini mulai membuka bungkus roti itu. Perlahan memakan roti yang di berikan oleh Fachri pada dirinya. Ia menikmati roti yang di bawa oleh Fachri. Sehingga Fachri terlihat begitu senang akan Dini yang suka dengan makanan yang di berikan olehnya."Aku tidak ingin ikut campur dalam urusan mu. Tetapi aku hanya ingin tahu saja. Apakah pria itu cukup melukai mu. Maksud ku, dia sudah memberikan trauma yang mendalam di ingatan mu. Sehingga kamu begitu marah akan dia?" Tanya Fachri dengan w
Bak tersambar petir, mungkin itu yang di rasakan oleh Fachri saat mengetahui masa lalu dari seorang Dini. Rasanya Fachri begitu terkejut dengan masa lalu Dini yang begitu berat. Sehingga Fachri nampak terlihat merenung dengan kenyataan yang harus di terima oleh Dini."5 kali, aku pikir sekali saja itu sudah berdosa besar. Apalagi lima kali. Rasanya aku tidak percaya dengan ucapan dari Dini. Tetapi itu kenyataan yang ada. Kenyataan yang harus aku terima," ucap Fachri.Fachri menundukkan kepalanya. Membiarkan peci tegaknya terhembus oleh angin sore yang kencang. Lantunan suara shalawat yang begitu merdu, semakin menghujam telinga Fachri. Sedikit menenangkan pikirannya yang hampir kacau oleh kenyataan akan Dini.Fatimah melihat kegelisahan yang di rasakan oleh Fachri. Dia duduk di samping tembok dengan kepala di tekuk. Itu tidak biasa terjadi pada Fachri. Sehingga Fatimah berusaha untuk menenangkan Fachri yang sedang gelisah saat ini. Ia pun berinisiatif untuk melihat apa yang terjadi de
Baru akan memasuki gerbang pondok pesantren. Dini langsung meminta seorang Ferdi untuk pergi dari hadapannya. Dini merasa Ferdi adalah sosok pria yang tidak baik. Sehingga ia tidak pantas untuk memasuki area pondok pesantren.Bukannya melunak, Ferdi justru terlihat semakin bersemangat untuk membuat Dini khawatir. Dia berusaha untuk menciptakan ketakutan akan Dini. Ferdi sengaja memancing emosi Dini. Sehingga Dini mungkin saja akan semakin panik dengan kedatangan dari Ferdi."Kamu tidak suka aku datang ke sini?" Tanya Ferdi dengan wajah menyebalkan."Tentu saja. Aku tidak suka dengan kedatangan kamu ke sini. Lagi pula, pondok pesantren ini, terlalu suci untuk di datangi orang seperti kamu!" Tegas Dini.Ferdi sama sekali tidak peduli dengan apa yang di sampaikan oleh Dini. Ferdi merasa Dini sama sekali bukan orang yang berhak untuk melarang dirinya masuk ke dalam pondok pesantren. Dini hanya penghuni biasa, sehingga tidak ada hak apapun untuk melarang Ferdi masuk.Ferdi yang ingin seger
Gemetar tangan Dini saat ingin memasuki area test. Di mana ia akan bersaing dengan beberapa kandidat guru di hadapan Gus Fiment. Dini merasa sedikit khawatir, mengingat hanya dirinya yang tidak memiliki pengalaman yang cukup jauh dalam mengajar. Bahkan Dini, nyaris tidak memiliki pengalaman sama sekali. Ia tidak memiliki pengalaman untuk mengajar sebelumnya. Apalagi dia harus mengajar anak SMP yang di ketahui memiliki sikap yang jauh lebih kritis dari apapun.Di tengah rasa khawatir yang mulai datang menghantuinya. Umi Salamah semakin membuat Dini merasa takut. Dia sengaja menjatuhkan mental Dini. Di mana Umi Salamah berharap Dini tidak akan menjadi bagian dari apa yang akan di ambil oleh Gus Fiment. Tidak ingin satu ruangan dengan Dini. Tentu Umi Salamah akan semakin tersaingi, jika Dini benar-benar terpilih untuk menjadi guru. Sehingga berbagai cara di lakukan oleh Umi Salamah dalam membuat mental Dini jatuh."Kamu yakin bisa menjadi salah seorang yang lolos dalam test ini?" Tanya U