Bak tersambar petir, mungkin itu yang di rasakan oleh Fachri saat mengetahui masa lalu dari seorang Dini. Rasanya Fachri begitu terkejut dengan masa lalu Dini yang begitu berat. Sehingga Fachri nampak terlihat merenung dengan kenyataan yang harus di terima oleh Dini."5 kali, aku pikir sekali saja itu sudah berdosa besar. Apalagi lima kali. Rasanya aku tidak percaya dengan ucapan dari Dini. Tetapi itu kenyataan yang ada. Kenyataan yang harus aku terima," ucap Fachri.Fachri menundukkan kepalanya. Membiarkan peci tegaknya terhembus oleh angin sore yang kencang. Lantunan suara shalawat yang begitu merdu, semakin menghujam telinga Fachri. Sedikit menenangkan pikirannya yang hampir kacau oleh kenyataan akan Dini.Fatimah melihat kegelisahan yang di rasakan oleh Fachri. Dia duduk di samping tembok dengan kepala di tekuk. Itu tidak biasa terjadi pada Fachri. Sehingga Fatimah berusaha untuk menenangkan Fachri yang sedang gelisah saat ini. Ia pun berinisiatif untuk melihat apa yang terjadi de
Baru akan memasuki gerbang pondok pesantren. Dini langsung meminta seorang Ferdi untuk pergi dari hadapannya. Dini merasa Ferdi adalah sosok pria yang tidak baik. Sehingga ia tidak pantas untuk memasuki area pondok pesantren.Bukannya melunak, Ferdi justru terlihat semakin bersemangat untuk membuat Dini khawatir. Dia berusaha untuk menciptakan ketakutan akan Dini. Ferdi sengaja memancing emosi Dini. Sehingga Dini mungkin saja akan semakin panik dengan kedatangan dari Ferdi."Kamu tidak suka aku datang ke sini?" Tanya Ferdi dengan wajah menyebalkan."Tentu saja. Aku tidak suka dengan kedatangan kamu ke sini. Lagi pula, pondok pesantren ini, terlalu suci untuk di datangi orang seperti kamu!" Tegas Dini.Ferdi sama sekali tidak peduli dengan apa yang di sampaikan oleh Dini. Ferdi merasa Dini sama sekali bukan orang yang berhak untuk melarang dirinya masuk ke dalam pondok pesantren. Dini hanya penghuni biasa, sehingga tidak ada hak apapun untuk melarang Ferdi masuk.Ferdi yang ingin seger
Gemetar tangan Dini saat ingin memasuki area test. Di mana ia akan bersaing dengan beberapa kandidat guru di hadapan Gus Fiment. Dini merasa sedikit khawatir, mengingat hanya dirinya yang tidak memiliki pengalaman yang cukup jauh dalam mengajar. Bahkan Dini, nyaris tidak memiliki pengalaman sama sekali. Ia tidak memiliki pengalaman untuk mengajar sebelumnya. Apalagi dia harus mengajar anak SMP yang di ketahui memiliki sikap yang jauh lebih kritis dari apapun.Di tengah rasa khawatir yang mulai datang menghantuinya. Umi Salamah semakin membuat Dini merasa takut. Dia sengaja menjatuhkan mental Dini. Di mana Umi Salamah berharap Dini tidak akan menjadi bagian dari apa yang akan di ambil oleh Gus Fiment. Tidak ingin satu ruangan dengan Dini. Tentu Umi Salamah akan semakin tersaingi, jika Dini benar-benar terpilih untuk menjadi guru. Sehingga berbagai cara di lakukan oleh Umi Salamah dalam membuat mental Dini jatuh."Kamu yakin bisa menjadi salah seorang yang lolos dalam test ini?" Tanya U
Ferdi nampak sedikit kesal pada Gus Fatur yang tidak kunjung datang untuk menemui dirinya. Padahal dua gelas kopi hitam serta sepuluh buah gorengan sudah mengisi perutnya. Tentu ini bukan hal yang baik. Mengingat Gus Fatur yang sudah mengulur waktu istirahat dari seorang Ferdi. Sehingga Ferdi cukup kesal dengan tindakan yang di lakukan oleh Gus Fatur.Baru akan menelpon Gus Fatur. Ferdi langsung di kejutkan dengan kedatangan dari Gus Fatur yang terlihat begitu bersalah. Mengingat Gus Fatur yang datang terlambat ke warung dalam menemui seorang Ferdi."Maaf Mas Ferdi. Tadi saya ada urusan sebentar. Makanya saya datang sedikit terlambat," ucap Gus Fatur dengan wajah takut."Kamu pikir ini sebentar? Tentu tidak Gus. Saya sudah menghabiskan banyak waktu hanya untuk minum kopi dan makanan gorengan. Tetapi Gus Fatur tidak kunjung datang juga. Anda jangan menganggap sepele saya!" Ucap Ferdi sembari memukul meja.Melihat kemarahan yang di tunjukkan oleh Ferdi. Ada sedikit rasa takut yang datan
Jantung Dini hampir saja lepas, tak kala namanya di panggil untuk menghadap Gus Fiment. Dini sama sekali tidak bisa membayangkan, bagaimana dirinya yang akan berhadapan langsung dengan Gus Fiment.Dini menarik napas sejenak, sebelum menghembuskan secara perlahan. Di mana dengan cara itu, Dini bisa membuang rasa grogi yang sedang menerpa dirinya saat ini.Begitu di rasa sudah cukup baik. Dini segera berjalan menuju ruang kerja Gus Fiment. Di mana Dini siap mempresentasikan semuanya secara lebih baik lagi pada Gus Fiment. Sehingga ia akan menjadi salah satu kandidat yang di pilih oleh Gus Fiment.Tetapi Dini justru kembali di landa perasaan yang cukup tegang. Tak kala melihat penampilan dari Gus Fiment yang begitu menawan. Dengan pakaian bak pangeran Arab, Gus Fiment terlihat tampak begitu tampan dengan gamis berwarna putih. Begitu juga dengan sorban yang membungkus peci hitamnya. Semakin menambah kesan menawan yang ada dalam diri Gus Fiment.Dini yang terkagum-kagum akan penampilan dar
Panggilan telepon yang tidak terjawab. Membuat Ayu memberanikan diri untuk datang ke pondok pesantren. Ada banyak kenangan yang ada di dalam ingatan seorang Ayu di pondok pesantren. Kala itu ia masih menuntut ilmu seperti santriwati biasanya. Namun kini kenangan itu coba di bangkitkan kembali oleh Ayu. Namun ia saat ini sebagai seorang pengajar di pondok pesantren. Mengingat Ayu yang kini sudah lulus sarjana bahasa.Melihat ada lowongan yang ada di pondok pesantren. Tentu saja, ini adalah kesempatan bagi Ayu untuk bisa kembali dekat dengan Gus Fiment. Mengingat status Ayu yang saat ini sudah menjadi seorang janda. Tidak heran, Ayu pun berusaha untuk kembali dekat dengan Gus Fiment. Mengingat Ayu yang memang memiliki rasa akan Gus Fiment. Ayu sendiri merasa Gus Fiment masih memiliki rasa akan dirinya.Ayu datang dengan sebuah amplop coklat berisi data dirinya. Ia mengawali semuanya dengan bismillah. Berharap pertolongan Allah akan dirinya cukup besar di hari ini.Baru sampai di dekat s
Melihat rasa percaya diri yang di tunjukkan oleh Dini. Seketika menciptakan rasa khawatir yang cukup besar dalam diri Umi Salamah. Ia yang menganggap Dini sebagai saingan utama dalam mendapatkan Gus Fiment. Mulai mencari celah untuk bisa membuat Dini tidak menjadi pemenang dalam seleksi menjadi guru bahasa inggris. Mengingat nama Dini yang mungkin saja akan menjadi seorang yang di perhitungkan lagi oleh Gus Fiment.Kekhawatiran Umi Salamah dapat di rasa oleh pengajar lainnya. Wajah gelisah dengan sedikit rasa was-was. Terus menghantui seorang Umi Salamah saat ini. Dia terlihat tidak percaya diri dengan apa yang terjadi saat ini. Sehingga Umi Salamah nampak bimbang.Tidak berani cerita pada siapa pun, tetapi Umi Salamah yang di pancing oleh salah satu rekannya. Pada akhirnya mulai cerita dengan sendirinya. Ia pun menceritakan pada salah satu rekan kerjanya yang bernama Putra di ruang guru. Bagaimana keresahan yang saat ini sedang di rasakan oleh dirinya. Keresahan akan Dini yang akan m
Seorang penjual bakso terlihat merenung di dekat pohon mangga. Dengan dagangan yang masih banyak. Pedagang bakso itu terlihat tidak begitu bersemangat. Mengingat dagangan dia yang masih banyak yang belum laku.Melihat bagaimana kesedihan yang di rasakan oleh pedagang bakso tersebut. Dini dengan penuh inisiatif, datang menghampiri pedagang bakso yang sudah tua tersebut. Tentu Dini ingin menghibur pedagang bakso yang sedang bersedih tersebut."Assalamualaikum Pak. Boleh saya pesan bakso Bapak?" Ucap Dini dengan lembutnya."Wallaikumsallam. Tentu saja Neng. Alhamdulillah, akhirnya ada yang mau beli bakso saya. Sudah dari jam 9 pagi saya keliling kampung. Tetapi dagangan saya baru laku ini. Setidaknya saya pulang ke rumah tetap membawa uang. Walaupun tidak banyak," ucap pedagang bakso tersebut.Mendengar kisah pilu yang di rasakan oleh pedagang bakso itu. Dini pun berniat untuk menolong pedagang itu. Mungkin dengan cara membeli dagangan dari pedagang bakso tersebut. Dini bisa membantu mer