Kiayi Musthofa langsung bangun dari tidurnya. Dia terlihat begitu terkejut dengan mimpi buruk yang di alami. Di mana ia bermimpi hal buruk terjadi pada Khadijah.Fatimah yang sedang menjaga kiayi Musthofa. Terlihat terkejut saat mendengar suara teriakan dari kiayi Musthofa. Dia terhentak, sebelum menghampiri kiyai Musthofa."Ada apa Mbah?" Tanya Fatimah panik."Mbah tadi mimpi Khadijah. Dia ketakutan, di kejar oleh dua laki-laki berbadan besar. Mbah khawatir akan hal buruk terjadi pada Bibi mu," ucap kiayi Musthofa dengan wajah pasrah."Astaghfirullah, semoga itu bukan hal buruk yang akan menimpa Bibi. Aku jadi khawatir Mbah," ucap Fatimah dengan wajah semakin panik."Mbah benar-benar khawatir dengan kondisi Bibi kamu. Khawatir keselamatan dari Khadijah. Ini akan semakin terlihat buruk, tetapi Mbah selalu berdoa akan keselamatan dari Bibi kamu," ucap kiayi Musthofa.Melihat kiayi Musthofa yang semakin panik. Fatimah segera menenangkan kakeknya tersebut. Dia memeluk tubuh lunglai kiayi
Entah siapa yang melakukan tindakan yang kurang baik pada Gus Fiment. Tetapi semua kendaraan yang ada di pondok pesantren. Secara tiba-tiba rusak begitu saja. Ini cukup membingungkan bagi seorang Gus Fiment. Tidak heran, apa yang terjadi saat ini cukup membuat Gus Fiment keheranan. Ia pun bertanya akan kondisi yang terjadi pada Gus Fiment saat ini. Mengingat seperti ada seseorang yang sedang melakukan sabotase pada Gus Fiment.Tidak peduli dengan kondisi kendaraan yang tiba-tiba tidak bisa di gunakan. Gus Fiment pergi ke kantor polisi dengan menumpang angkutan umum. Dia mencoba memberhentikan setiap angkutan umum yang melintas. Tetapi tidak satu pun angkutan umum itu berhenti tepat di depan Gus Fiment. Sehingga Gus Fiment terlihat begitu kebingungan dengan sikap para sopir angkutan umum."Tidak penuh. Tetapi kenapa mereka tidak mau berhenti. Seperti ada yang aneh saja," ucap Gus Fiment dengan raut wajah bingung.Angkutan berikutnya mungkin bisa menjadi opsi lain yang akan di dapat ole
Bi Sanih sudah tidak sabar untuk mengabarkan kedatangan dari Deni pada Dini. Tentu saja ini adalah kabar yang akan di sambut dengan baik oleh Dini. Sudah hampir 2 bulan, Dini dan Deni tidak bertemu. Tentu ada kesan tersendiri yang di rasakan oleh keduanya.Bi Sanih segera mendatangi ruang tata usaha. Di mana mungkin dia akan bertemu dengan Dini secara langsung. Di ruangan itu, bi Sanih siap bertemu dengan Dini untuk mengabarkan Deni yang sudah ada di rumahnya. Bisa juga, menjadi ajang untuk menjemput Dini dari pesantren untuk bertemu dengan Deni."Assalamualaikum," sapa bi Sanih pada Laras yang merupakan penjaga ruangan tata usaha."Wallaikumsallam, ada yang bisa di bantu Ibu?" jawab Laras dengan lembut."Apakah saya bisa bertemu dengan Dini?" Tanya bi Sanih."Maksud Ibu Bu Dini. Tentu saja bisa Bu, baik saya akan panggil Bu Dini ke sini," jawab Laras dengan lembut.Laras segera pergi ke kelas, tempat Dini mengajar saat ini. Laras yakin, Dini berada di kelas 11-6, di mana kelas itu se
Gus Fiment tidak bisa berkata-kata lagi, saat Deni dan pak Suprapto berada di ruang tunggu demi Gus Fiment. Hal yang tidak di duga oleh Gus Fiment akan kebaikan yang telah di berikan oleh Deni dan pak Suprapto pada dirinya. Deni sangat senang dengan apa yang sudah di lakukan pada Gus Fiment. Itu adalah tindakan mulia yang coba di lakukan Deni untuk membuat Gus Fiment merasa lebih terlindungi. Banyak bahaya yang mungkin saja datang pada Gus Fiment. Sehingga Deni dan pak Suprapto tidak ingin hal buruk akan datang pada dirinya dengan segera. Gus Fiment segera menghampiri Deni di ruang tunggu. Dia membawa sebuah kertas berisi surat keterangan akan hilangnya Khadijah. Surat yang akan membuat Gus Fiment bisa lebih nyaman kembali. Sehingga peluang untuk kembali mendapatkan Khadijah akan begitu besar di dapatnya. "Bagaimana, apakah sudah?" Tanya Deni dengan penuh antusias. "Alhamdulillah sudah. Respon mereka baik. Saya senang dengan apa yang mereka katakan. Mereka akan segera mencari Khad
Ferdi begitu kesal saat Gus Fatur membawa kabar akan Gus Fiment yang telah melaporkan kasu penculikan dari Khadijah pada pihak berwajib. Ada rasa khawatir yang di rasakan oleh Ferdi, sehingga ia mulai gelisah dengan laporan yang di buat oleh Gus Fiment di kantor polisi. Ferdi merasa ini akan menjadi kabar buruk yang akan di terima olehnya. "Kenapa kamu tidak mencegah dia untuk ke kantor polisi?" Tanya Ferdi dengan suara keras. "Aku sudah berusaha. Aku menghadang setiap langkah dia. Tetapi itu sulit untuk bisa aku hindari. Ada pertolongan dari orang lain yang membuat dia lolos. Sehingga dia bisa tiba di kantor polisi," jawab Gus Fatur. Kedua penculik dari Khadijah pun mulai gelisah dengan laporan yang datang pada mereka. Keduanya pernah merasakan dinginnya sel penjara. Itu yang membuat mereka khawatir akan kembali masuk ke dalam penjara. "Belum setahun bebas dari penjara, masa sudah masuk lagi. Nasib-nasib, gini amat sih hidup gue. Kecut!" ucap salah seorang penculik. "Kalau sampa
Bi Sanih terlihat begitu merasa sedih saat Deni pak Suprapto datang menghampiri dirinya di ruang tamu. Kedatangan dari Deni dan pak Suprapto di liputi rasa gembira yang cukup besar. Tidak heran, mereka sudah tidak sabar untuk mendapatkan kabar dari bi Sanih. Terutama pak Suprapto yang sudah tidak bisa menahan rasa rindu yang ada pada seorang Dini. "Bagaimana Bi?" Tanya pak Suprapto dengan begitu antusias.Bi Sanih dilema besar. Dia ingin mengatakan yang sesungguhnya. Tetapi bi Sanih khawatir akan menyakiti hati pak Suprapto. Tetapi jika dia berbohong, mungkin itu akan semakin membuat pak Suprapto sakit di kemudian hari. Bi Sanih benar-benar merasa berada di dia persimpangan yang begitu besar saat ini. Dia tidak tahu harus memilih jalan mana yang harus dia ambil olehnya. "Ya Allah, berikan hamba petunjuk Mu. Hamba benar-benar tidak tahu harus melakukan apa saat ini. Rasanya ini benar-benar bukan hal yang mudah. Tetapi ini adalah hal yang cukup sulit untuk di lakukan. Ampuni hamba, ji
Dini masih belum bisa membayangkan bagaimana kesalahan yang sudah di lakukan oleh ayahnya di masa lalu. Itu yang membuat Dini begitu sulit untuk memaafkan ayahnya sendiri. Padahal sudah berjalan cukup lama, begitu juga dengan ayahnya yang sudah meminta maaf pada Dini. Tetapi ia tidak bisa memaafkan begitu saja. Sehingga pintu maaf yang ada di dalam hati Dini. Urung terbuka pada ayahnya sendiri. Sekali pun ayahnya sudah memohon maaf pada Dini. Tetapi Dini tetap pada keputusan yang ada, dia merasa ini sudah menjadi keputusan yang sudah di ambil oleh Dini. Dini menikmati angin malam di taman. Dia terus terpikir akan apa yang sudah di lakukan oleh dirinya pada ayahnya selama ini. Di mana Dini terlihat begitu merasa bersalah dengan sikapnya yang masih dingin pada ayahnya. Menolak pertemuan dengan ayahnya sendiri. Hal yang bodoh di lakukan oleh Dini pada ayahnya. Gus Fiment yang melihat Dini berada di taman sendirian. Tertarik untuk tahu apa yang sedang di lakukan oleh Dini. Tidak biasany
Dzikir menjadi kegiatan rutin yang di lakukan oleh Khadijah selama berada dalam gubuk tempat dia di sekap oleh kedua penculik tersebut. Khadijah percaya, dengan terus berdzikir. Dia akan selalu mendapatkan pertolongan dari Allah SWT. Oleh sebab itu Khadijah terus berdzikir untuk mendapatkan pertolongan dari Allah SWT. Sudah tiga hari dia di sekap oleh kedua penculik tersebut. Sudah jenuh rasanya berada di dalam gubuk itu. Menantikan seseorang menolong dirinya. Sepertinya itu sudah cukup mustahil bagi seorang Khadijah. Tidak heran, dia pun sudah pasrah dengan nasib yang akan datang pada dirinya saat ini. "Jika memang ini ketetapan yang Engkau berikan. Hamba tidak akan pernah marah. Hamba bersyukur di ujia dengan cobaan seperti ini. Terima kasih Ya Allah," ucap Khadijah dengan raut wajah bersedih. Khadijah kembali melanjutkan dzikir yang selalu di anggap sebagai penolong dalam hidupnya. Khadijah percaya, satu-satunya jalan yang bisa menolong dirinya saat ini adalah dzikir. Berdzikir