"Tante--" panggil Cindy saat melihat wanita yang masih cantik di usianya yang tak lagi muda.
Mamah Siska langsung mendekat, kemudian melempar senyum kepada Cindy."Maaf menunggu lama, Nak. Padahal tante yang ngajak kamu ketemuan, tapi kamu yang menunggu tante. Tante jadi tidak enak deh," ucapnya tersenyum malu. Mamah Siska langsung menjatuhkan bokongnya berhadapan dengan Cindy, kemudian menaruh tasnya di samping bangku yang kosong."Tante ni kayak sama siapa saja. Tidak apa-apa kok. Cindy juga tidak sibuk," jawabnya sangat ramah."Oya, kita pesen dulu ya, supaya lebih enak ngobrolnya," ucap Mamah Siska yang diangguki kepala oleh Cindy."Tante mau pesen apa?""Pesen sandwich saja deh sama milk tea. Kalau kamu apa?" Mamah Siska balik bertanya."Samain saja seperti tante. Oya, btw tante suka milk tea juga?" tanya Cindy."Iya, habis rasanya manis-manis gimana gitu," jawab Mamah Siska terkekeh."Ya ampun kokBrakkkAluna membanting pintu kamar begitu sampai di mansion. Tak disangka pertemuannya dengan Mamah Siska membuat suasana hatinya menjadi buruk. Betapa tidak, Mamah Siska memberinya ucapah menohok yang membuat Aluna merasa ditusuk ribuan jarum."Dasar wanita pengkhianat! Wanita tidak tahu terima kasih. Ke mana saja kau baru muncul setelah sekian tahun menghilang? Kau tahu, kepergianmu itu membuat putraku depresi hingga ia hampir bunuh diri," ucapan yang dilontarkan Mamah Siska tadi."Beruntunglah sekarang Haikal move on dari wanita sepertimu. Karena kau memang tidak pantas untuk putraku! Dan satu lagi, jangan pernah berharap kalau kau akan mendapatkan cinta anakku kembali!" setelah mengatakan itu Mamah Siska langsung menggandeng Cindy masuk ke dalam cafe lagi. Mamah Siska seolah menunjukkan kalau saat ini yang lebih pantas bersanding dengan Haikal adalah Cindy."Aaaaaaaaa......!" Aluna menangis kencang sambil menghamburkan semua barang-barang yan
"Lussi, apa jadwal kegiatan saya hari ini?" tanya Haikal setelah meneguk teh yang dibuatkan pelayan kantor."Hari ini bapak ada ketemuan dengan pemimpin Alexander Group, yang tak lain adalah Tuan Wilson," ucap Lussi. Kali ini ia menjawab serius tanpa menggoda Haikal seperti biasanya. Karena Lussi tahu menyebut nama itu saja pasti sudah membuat Haikal merinding."Tuan Wilson," gumamnya."Iya, Pak. Hari ini bapak diminta langsung ketemuan di rumahnya, sebab beliau sedang sakit, jadi tidak bisa datang ke kantor.""Wakilkan saja dengan kamu!" titah Haikal."Ma-maf, saya tidak berani, Pak," ucap Lussi gemetar. Ia tahu betul Tuan Wilson seperti apa, salah sedikit bicara mungkin nyawa taruhannya. Dari rumor yang beredar Tuan Wilson adalah mafia berdarah dingin yang mampu meluluhlantahkan lawan bisnisnya. Bagaimana bisa Lussi sanggup menghadapi pria itu."Kenapa takut? Biasanya kau paling antusias kalau ketemu dengan klien, apalagi orangnya tampan.""Maaf, Pak. Untu
"Haikal, Anda di sini juga rupanya," ucap Cindy terkejut melihat Haikal ternyata berada di tempat yang sama.Semenjak mengetahui Haikal adalah anak Pak Dedi sekaligus pria yang akan dijodohkannya, panggilan Cindy yang tadinya bapak pun berubah menjadi nama."Kamu di sini?" Haikal juga tak kalah terkejut."Iya, aku ada janji sama temen. Hem, kamu sendiri sama siapa?""Sendirian. Tadinya mau makan di kantor, tapi keburu laper," jawab Haikal. "Kenapa berdiri, silahkan duduk."Merasa mendapat lampu hijau, Cindy pun langsung menjatuhkan bokongnya berhadapan dengan Haikal.DegHaikal tersentak atas ucapannya sendiri. Untuk apa juga ia menyuruh gadis ini duduk bersamanya, sedangkan saat itu saja Miranda sampai salah paham dan marah padanya. Padahal pertemuannya dengan Cindy saat itu hanya ingin menjelaskan masalah perjodohannya bahwa ia tidak mau dipaksa dan ia mencintai Miranda.Haikal menoleh kesana kemari memastikan
"Setidaknya kamu ngabarin aku, Bang. Ini jangankan kirim pesan, telepon aku saja gak diangkat." Mira kini lebih tenang setelah Haikal menjelaskan semuanya. Namun tetap saja hatinya marah dan kecewa."Jangan menyepelekan karena status kita yang hanya menikah siri. Aku juga punya perasaan.""Maafin abang sudah egois dan tidak memikirkan perasaan kamu." Haikal menangkup wajah istrinya dengan kedua tangan. "Tapi abang gak bisa membantah ucapan mamah," ucapnya. "Selain kamu yang berharga dalam hidup abang, mamah dan papah juga salah satunya. Abang harus apa agar mereka merestui hubungan kita? Mamah sangat keras dan tidak mau membuka hatinya untuk kamu."Miranda terdiam mendengar ucapan suaminya."Maafin aku, Bang. Andai takdir tidak mempertemukan kita sebelumnya, mungkin sekarang abang sudah bersama gadis lain yang pastinya kedua orang tua abang merestui," ucapnya dengan mata berkaca-kaca."Jangan pernah menyalahkan takdir, karena kita tidak a
Dua minggu berlalu, Haikal tidak pulang ke rumahnya. Hal itu membuat Mamah Siska geram dan kecewa setengah mati. Haikal mengingkari janjinya untuk menjauhi Miranda. Mamah Siska dilanda emosi besar-besaran sampai pada akhirnya memutuskan keluar kota untuk berlibur, menghilangkan rasa sakit hatinya karena sang anak kini lebih memilih janda ketimbang mamahnya yang melahirkan ke dunia."Mari kita bicarakan baik-baik, Mah. Jangan seperti ini." Pak Dedi menahan istrinya yang hendak membereskan semua baju ke dalam koper."Mamah sudah lelah menghadapi sikap Haikal yang makin hari makin ngelawan, Pah. Mamah tidak ada artinya di mata anak kita," ucapnya terisak."Jujur papah juga kecewa sama keputusan Haikal. Tapi semua sudah terlanjur, Mah. Kita harus menerimanya dengan lapang dada.""Lapang dada bagaimana maksud papah?" Mamah Siska menatap suaminya dengan pandangan lirih. "Haikal anak kita satu-satunya, Pah. Seharusnya dia tahu mana yang terbaik untuk hid
Miranda menatap bayangan dirinya dari pantulan cermin yang memakai kaos kebesaran. Kaos ini milik suaminya dan ia merasa nyaman. Setidaknya tidak akan masuk angin, karena kaos yang ia kenakan tadi basah."Pulang sekarang?" tanya Mira saat melihat suaminya memakai sepatu."Iya, sayang.""Heuh... " terdengar hembusan napas berat yang menandakan wanita itu masih ingin berlama-lama di sini.Haikal mendekat mengulurkan tangannya mengusap pucuk kepala sang istri. Dalam hati berkata segini betahnya kah Miranda sampai tidak ingin pulang."Kenapa, kok cemberut?" tanya Haikal."Tidak apa-apa, ya sudah ayok. Tapi sebelum pulang kita belanja bulanan dulu ya, soalnya stok makanan menipis.""Ok, istriku." Haikal langsung menggandeng keluar. "Kamu tunggu bawah ya, abang mau ngomong sama papah bentar.""Iya, Bang."5 menit kemudian, Haikal turun dari tangga. Ia tersenyum menatap istrinya yang masih betah memandangi isi
"Untuk menebus kesalahanku karena abang sudah menunggu lama, malam ini abang aku kasih jatah," bisik Miranda sensual sambil mengedipkan sebelah matanya.Haikal masih membelakang dengan wajah ditutupi bantal. Dirinya merajuk karena Mira malah asyik ngobrol sampai lupa waktu, tanpa memikirkan perasaan Haikal yang menunggunya di dalam mobil."Abang jangan ngambek dong, kek anak kecil saja pake ngambek segala." dari tadi ia berusaha membujuk suaminya dan meminta maaf, namun Haikal sama sekali enggan menoleh."Aku kan gak minta abang nunggu, abang sendiri yang mau," ucapnya mulai kesal. Betapa tidak, ternyata membujuk suami lebih susah dari pada membujuk anak."Abang..." Mira masih terus menggoyangkan tubuh Haikal agar bicara dengannya. Namun tetap saja, Haikal malah semakin menutupi dirinya dengan selimut."Aku harus apa," gumamnya kesal. "Abang ih, masa begitu saja ngambek. Kalah sama Ochan yang penyabar."Karena sudah hampir menyer
"Aku harus ijin gimana sama Bang Haikal. Nanti dia tahu kalau aku ada masalah gara-gara ngerusakin mobil orang." Miranda mondar-mandir memikirkan alasan yang tepat agar suaminya percaya.CeklekPintu kamar terbuka, hampir saja Miranda terjingkrak saking kagetnya."Sayang, kamu kok rapih banget. Mau ke mana?" tanya Haikal menghampiri."Emm, aku... aku mau ketemu sama Bu Rara lagi, Bang," ucapnya gugup.Haikal menaikkan satu alisnya. "Ketemu lagi? Semalam bukannya kalian ngobrol panjang lebar?""I-iya, tapi malam ini aku mau ngobrol lagi. Biasalah urusan wanita. Bu Rara mungkin mau curhat tentang rumah tangganya.""Ya sudah, abang antar saja.""Tidak, tidak perlu, Bang!" tahan Mira cepat. "Nanti abang kelamaan lagi nunggunya.""Memang kamu mau pulang malam? Abang gak akan ijinin kalau gitu." Haikal bersedekap."Ya tidak juga, Bang. Cuma sebentar kok.""Kamu naik motor?" tanya Haikal.