"Sayang, kamu kenapa?" tanya Haikal begitu melihat istrinya pulang dan masuk kamar dengan tergesa-gesa.
"Tidak apa-apa," sahutnya tanpa menoleh.Miranda langsung mengganti bajunya menggunakan piyama. Tak lupa juga ia mencuci muka sebelum tidur. Setelahnya Mira naik ke atas ranjang dengan posisi membelakangi Haikal."Kamu kesambet setan mana sih, pulang-pulang nyuekin abang," ucap Haikal. Ia memeluk tubuh Mira dari belakang."Sayang, jawab dong. Dari tadi abang nungguin kamu, begitu pulang malah marah. Abang salah apa lagi?" tanyanya bingung. Haikal tak merasa buat kesalahan pada istrinya.Karena tidak mau larut dalam kemarahan akibat pertemuannya dengan Aluna yang menceritakan semua masa lalu Haikal, Miranda pun langsung melepaskan tangan suaminya yang melingkar di perut. Lalu ia bangkit duduk di sisi ranjang. Melihat itu, Haikal juga ikut duduk di sampingnya."Kenapa selama ini abang berbohong sama aku?" tanyanya dengan bola mata yanHaikal langsung geram mendengar perkataan Miranda. Sebab menurutnya Aluna sudah keterlaluan. Ini bisa dibilang sudah masuk kategori pemerasan. Tidak mungkin hanya untuk membenarkan mobil rusak sampai menghabiskan 5 M, terlebih kerusakannya tidak terlalu parah."Abang yang akan bertanggung jawab, mulai sekarang kamu tidak perlu bertemu dia lagi!""Tapi, Bang--""Ini perintah, Miranda! Abang tidak ingin masalah kerusakan mobil itu malah ia manvaatkan untuk bertemu kamu dengan tujuan menceritakan masa lalu yang tidak penting. Biar abang yang mengganti rugi semuanya.""Tapi, Bang. 5 M sangat banyak. Aku tidak mau merepotkan--""Tidak! Kamu tidak pernah merepotkan abang. Abang adalah suami kamu, dan ini menjadi tanggung jawab abang." Haikal meraih tangan istrinya dan mengecupnya."Bagaimana cara abang mengembalikannya, sedangkan dia tidak mengirim nomor rekeningnya. Dia minta ketemuan setiap aku mau menyicilnya.""Biar Joe ya
BrakkJoe melemparkan sebuah cek di hadapan Aluna. Sontak saja membuat wanita itu terkejut. Ia berdiri dengan mengepalkan kedua tangan, serta memandang Joe dengan tatapan sinis."Apa-apaan kamu!" bentak Aluna. Ia tersulut emosi. Betapa tidak, Joe tiba-tiba datang dan marah-marah padanya."Kamu yang apa-apaan, meminta Miranda membayar kerusakan mobil sebanyak itu, waras?""Ohhh, jadi karena itu?" Aluna bersedekap dengan seringai tipis di wajahnya."Aku hanya memberi pelajaran padanya karena telah lalai dalam berkendara. Masih mending aku meminta ganti rugi, dia bisa saja aku bawa ke polisi," ucapnya santai."Nona Aluna, itu namanya pemerasan. Haikal bisa saja menjeratmu, karena sudah mencari masalah pada istrinya.""Oh, jadi wanita itu mengadu pada Haikal? Dasar manja!" Aluna berdecih."Lagi pula kau ini bukan orang susah, segitu teganya meminta ganti rugi sebanyak 5 M. Apa jangan-jangan kau sudah tidak ada job
"Miranda, tunggu dulu! Aku bisa jelaskan semuanya." Haikal terus mengejar sang istri sampai ke bawah. Miranda tak mengindahkannya walau pun pria itu berusaha mencekal tangannya, ia tepis sangat kasar."Sayang, kita pulang bareng ya. Dan selesaikan semuanya dengan kepala dingin."Ucapan Haikal yang terdengar santai, membuat Mira merasa muak. Bisa-bisanya Haikal meminta menyelesaikan masalah dengan kepala dingin setelah apa yang dilihatnya dengan mata kepala sendiri."Tidak perlu!" Miranda langsung membawa motornya dengan kecepatan penuh. Hal itu membuat Haikal khawatir pada keselamatan istrinya.Ia langsung menyusul juga, melawan arah melewati jalan pintas. Tak peduli beberapa pengendara yang mengumpati kebodohannya karena berkendara dengan kecepatan tinggi. Haikal hanya memikirkan nyawa istrinya yang dalam bahaya.Betapa tidak, Miranda mengendarai sepeda motornya dalam keadaan menangis. Ia takut sesuatu terulang kembali. Karena Mira
Haikal memberi Mira waktu untuk menyendiri di dalam kamar. Setidaknya ia tenang karena istrinya pulang dengan selamat."Papah, mamah kenapa?" tanya Ochan yang bingung melihat mamahnya diam dan langsung mengunci kamar."Tidak apa-apa, sayang. Kamu jangan ke kamar dulu ya, biarin mamah istirahat dulu," ucap Haikal sambil mengusap kepala Ochan."Iyah, Pah." Hingga malam menjelang, Mira masih belum membuka pintu kamarnya. Haikal memutuskan untuk membukanya lewat kunci cadangan yang kebetulan di simpan di dalam laci.CeklekPintu terbukaMenampakkan sosok makhluk cantik tengah tertidur sangat pulas. Haikal mendekat duduk di sisi ranjang. Ia tersenyum sambil membelai pucuk kepala istrinya."Maafkan aku ya sudah membuat kamu nangis. Kamu cuma salah paham," gumam Haikal pelan. Ia tak ingin membangunkan istrinya. Biarlah Miranda tertidur sampai puas.Namun sepertinya, sentuhan lembut yang diberikan Haikal padan
Mendapat suami idaman adalah impian semua orang. Betapa tidak, sebagai kaum wanita tentunya istri selalu ingin diberikan kasih sayang lewat perhatian kecil, entah itu dengan memberikan kejutan, jalan-jalan dan sebagainya. Hal inilah yang membuat istri bahagia. Seperti yang dialami Miranda sekarang, bukan lagi perhatian kecil yang diberikan Haikal padanya, sebuah rumah mewah impian menjadi kejutan untuknya."Bang, ini berlebihan. Aku merasa tidak pantas mendapatkannya." ucapan itu yang dilontarkan berkali-kali dari bibirnya.Ia merasa sungkan dengan Haikal karena lagi-lagi suaminya mengeluarkan banyak uang. Padahal sebelumnya Haikal telah melunasi hutangnya pada Aluna gara-gara kerusakan mobil. "Kamu bicara apa, sayang. Kamu lupa kalau kamu istri abang. Jadi uang abang juga uang kamu." saat ini mereka berada di taman belakang, melihat pemandangan segar yang menyejukkan mata. Sementara Ochan sibuk bermain ayunan sendiri. Haikal memang sengaja membuat taman
2 hari kemudianHaikal menyerahkan sertifikat rumah atas nama istrinya. Miranda awalnya keberatan. Sudah tinggal di rumah sebesar ini saja sudah cukup baginya, dan kali ini Haikal sangat berlebihan. "Bang, kenapa harus nama aku. Yang beli kan abang," ucap Mira merasa sungkan."Ini hadiah untuk kamu, sayang. Anggap saja hadiah pernikahan kita," ucap Haikal tulus."Terima kasih banyak, Bang. Tapi--""Kenapa?""Harganya pasti sangat mahal, uang abang nanti habis."Mendengar ucapan polos istrinya membuat Haikal terbahak kencang. Bagaimana bisa uangnya habis, malahan setiap waktu uangnya semakin menambah. Haikal sendiri pun bingung menghabiskannya dengan cara apa. "Kok malah ketawa?" Miranda langsung cemberut, karena menurutnya Haikal sudah meledek."Tidak apa-apa, sayang." Haikal langsung menggenggam kedua tangan istrinya. "Kamu jangan mikirin berapa banyak pengeluaran abang ya, karena itu tidak penting.
1 minggu berlalu Tinggal di rumah baru membuat Mira semakin betah. Bahkan rasanya ia segan keluar rumah dan hanya ingin menikmati waktunya di rumah saja. Haikal memang menyuruhnya untuk berhenti kerja, tetapi Mira menolak lembut permintaan sang suami. Menjadi seorang pengajar adalah cita-citanya dari kecil, dan Mira sangat menikmati perannya sebagai guru. Jadi bagaimana mungkin ia berhenti kerja hanya karena suaminya mampu membiayai hidupnya. Mira bukanlah sosok wanita manja yang hanya mengandalkan uang suami, hidupnya sudah terlatih mandiri sejak kecil.Hari ini Mira berangkat mengajar les di satu tempat, karena pagi tadi sudah mengajar di tempat biasanya. Ya, memang ada beberapa anak yang ia ajarkan les private di beberapa rumah. Menjadi seorang pengajar yang baik, dan gampang dicerna, membuat seorang anak betah di ajari dengannya. Sebab itu orang tua mereka membuat pengumuman ke media sosial bahwa ada seorang guru les yang sangat handal. Karena inform
"Halo, Pak. Ada yang bisa Anni bantu?" tanya Anni dari seberang sana."Apa Miranda sudah pulang, Ann? Dari tadi saya hubungi gak diangkat. Kirim pesan juga gak dibales," ucap Haikal. Ia merasa khawatir dengan istrinya. "Belum, Pak. Tumben sekali sih Mbak Mira belum pulang. Biasanya tuh jam segini sudah sampai."Ucapan Anni tersebut membuat Haikal semakin gelisah. Ia mondar-mandir di dalam ruangan, memikirkan istrinya dari tadi."Baiklah, kalau begitu saya pulang sekarang." Haikal langsung mematikan panggilannya."Tadi papah ya, Mbak?" tanya Ochan dari belakang. Ia mendongak menatap Anni meminta jawaban."Iya, sayang. Tadi papah," sahut Anni. Ia berjongkok menyetarakan tingginya dengan Ochan."Papah ngomong apa?" tanyanya kepo.Tak ingin Ochan khawatir karena pertanyaan Haikal yang mencemaskan Mira, Anni mengalihkan jawabannya ke yang lain."Papah cuma nanya kalau Ochan sudah makan apa belum," sahut Ann