Hari ini Haikal menyiapkan segala keperluannya untuk berangkat menuju kota Bandung besok pagi. Sebelumnya ia mengabari Mira tentang ini. Ia ingin sebelum keberangkatannya tiba, menyempatkan waktu lebih dulu untuk bisa bersama wanita pujaannya itu. Karena mungkin saja Haikal akan lama di sana, dan sudah dipastikan dirinya bakal merindukan Miranda dan juga Ochan.
Namun berkali-kali Haikal menghubungi nomornya, Mira tak menjawab dan bahkan hanya membaca pesan whatsApp yang ia kirim.
"Dasar wanita. Kalau ngambek nyebelin banget sih." Haikal mendengus sebal.
"Ya sudah, aku langsung ke kontrakannya saja." Haikal langsung menyambar kunci mobil menuju kontrakan Mira.
Di perjalanan, saat lampu merah berhenti, matanya tak sengaja melihat seorang wanita yang menyetir di sebelah kanan mobilnya. Haikal mengucek mata berkali-kali memastikan bahwa apa yang dilihatnya tidak salah.
"Itu kan--" mata Haikal langsung membulat seakan tak percaya. Jantungnya pun berdegu
DreetttGetaran ponsel membuat Haikal mendegus sebal. Bisa-bisanya di saat momen seperti ini ada saja orang yang mengganggunya."Angkat saja dulu." Baik Haikal maupun Miranda mengatur napasnya yang tersengal-sengal."Kamvret doangan! Ngapain ni anak nelpon gua segala!" gerutu Haikal dalam hati. Ia menggeser tombol hijau itu dengan kasar."Halo," ucapnya sangat ketus."Bro, lo di mana. Ke Apartemen gua sekarang juga. Ada yang mau gua omongin!" ucap Jaja dari seberang sana."Gak bisa, gua lagi sibuk!" Haikal langsung mematikan panggilannya begitu saja."Sial! Awas aja lo kalau curhat gak bakalan gue dengerin!" gerutu Jaja kesal."Siapa?" tanya Mira penasaran."Si Jaja. Emang anaknya rese, suka gangguin aku," ucap Haikal tersenyum."Oooo." Mira manggut-manggut. "Teman kamu?""Iya, sayang. Nanti aku kenalin ke kamu ya. Tapi gak sekarang," ucap Haikal. Ia kembali mendekat, lalu mengusap lembut pipi Mira.
Pernikahan adalah, sebuah ikatan suci yang disepakati oleh dua insan manusia untuk hidup bersama dan saling menyayangi baik suka maupun duka. Menikah juga bukanlah sebuah permainan, di mana kamu bisa memulai permainan dan mengakhirinya jika sudah mulai bosan. Setelah diberi waktu selama 3 jam untuk menyiapkan segala berkas-berkas yang dibutuhkan, kini dengan dihadiri beberapa saksi dari pihak pria maupun wanita, Haikal siap melakukan ijab kabul. Mira berada di sisi calon suaminya dengan tubuh yang gemetar. Dalam hati tak hentinya berdo'a agar dilancarkan segalanya. Semoga ini adalah jalan terbaik untuk dirinya dan juga Haikal. Ia tahu memang salah menyembunyikan pernikahannya dari kedua orang tua Haikal, namun semua tak ada pilihan lain. Miranda berharap suatu saat orang tua Haikal akan membuka hati untuknya menerima ia sebagai menantu. "Bagaimana apa Pak Haikal sudah siap?" tanya penghulu tersebut. "Insha allah, siap." Haikal menarik napasnya dalam-d
"Mamah, buka pintunya!" suara Ochan yang menggedor-gedor pintu layaknya seperti menagih hutang, membuat keduanya berjingkrak saking terkejutnya.Mira memakai jubah piyamanya, lalu membenarkan rambutnya yang sangat berantakan."Sebentar ya, Bang," ucap Mira. Ia tergese-gesa membukakan pintu."CeklekHaikal menghela napas sambil cembetuk."Padahal sedikit lagi masuk," gerutunya dalam hati."Ochan, ada apa, sayang? Kok tumben anak mamah bangun lagi, biasanya pulas bobonya," ucap Mira. Ia berjongkok menyetarakan tingginya dengan Ochan.Bocah itu malah cemberut, tak menjawab pertanyaan Miranda. Matanya melirik tajam ke dalam kamar, di mana seorang pria tampan yang sangat dikenalnya tengah duduk di sisi ranjang."Kok Om Ikal tidul sama mamah. Om Ikal mau ambil mamah dali aku ya," ucapnya memberengut lucu.Miranda pun langsung gelagapan sekaligus gemas."Sayang, Om Haikal sekarang kan sudah jadi papahnya, Ochan. Jadi dia
Semalam Joe datang membawa beberapa koper yang sudah Haikal kemas sebelumnya untuk keberangkatan menuju kota Bandung. Jadi ia sekarang tinggal berangkat saja.Miranda menemani suaminya sampai ke depan. Tak lupa juga sebelum berangkat, Haikal memberinya kecupan bertubi-tubi untuk wanita yang baru saja menyandang sebagai istrinya itu."Abang pasti akan merindukan kalian," ucap Haikal pada keduanya."Jangan lupa beliin mainan ya Om pulangna," ucap Ochan. Ia bergelayut manja di lengan Haikal."Tentu, Nak. Papah akan bawain kalian oleh-oleh nanti." Haikal sudah membiasakan panggilan papah untuk anaknya itu. Namun tetap saja, Ochan yang belum terbiasa masih memanggilnya dengan sebutan Om."Ya sudah, Abang hati-hati, ya. Kalau sudah sampai jangan lupa kabari," ucap Mira tersenyum.Satu hal yang membuat Haikal semakin bahagia. Semenjak sah menjadi istri, Mira selalu memberikannya senyum setiap saat dan tidak terlihat kaku seperti biasanya.Se
Malam hariAluna benar-benar menepati janjinya bertemu Cindy di Cafe Xx. Ia penasaran, Hal apa yang ingin wanita itu sampaikan tentang Haikal. Tentu saja, sebagai wanita yang masih menginginkan miliknya kembali, Aluna begitu antusias jika mendengar sesuatu yang berkaitan dengan kekasihnya.Ya, Aluna memang masih menganggap Haikal sebagai kekasihnya. Sebab dulu saat meninggalkan pria itu, Aluna tidak pernah mengatakan putus dan ia yakin dengan cara itu membuat Haikal seakan tergantung dan tidak akan meninggalkannya.Dengan menggunakan mini dress ketat berwarna biru, serta high heels yang menambah glamour penampilannya, Aluna berjalan layaknya bak model papan atas memasuki sebuah Cafe.Semua mata tertuju padanya, menatap wanita cantik yang memiliki body bak gitar spanyol itu. Aluna juga memiliki rambut panjang keabuan. Yang manjadi daya tarik tersendiri.Cindy yang melihatnya dari meja nomor 5, menyadari sesosok wanita tengah mengedarkan pandangannya
Setelah dua orang itu selesai merencanakan sesuatu. Aluna dan Cindy akhirnya pulang. Mereka akan ketemu lagi nanti. Yang pasti pertemuan ini membuat keduanya menjadi partner yang baik. Cindy senang membantu Aluna, sebab Miranda akan merasakan sakit hati yang sama seperti halnya Haikal menolak ia waktu itu."Aku yakin sekali, Haikal masih memiliki perasaan terhadapmu. Miranda itu hanya pelampiasannya saja." ucapan Cindy tadi terus terngiang di telinga Aluna."Baiklah, sesuai janjiku kemarin. Aku akan merebut apa yang harusnya menjadi milikku kembali!" gumam Aluna.Ia melajukan mobilnya menuju mansion Sky. Rasanya Aluna tak sabar ingin memaki pria sialan itu yang dengan tega bekerja sama dengan anak buahnya untuk tidak memberi informasi sekecil apapun tentang Haikal selama dirinya di luar negri."Apa sih maunya dia!" Aluna memukul stir berkali-kali.Setibanya di sana, Aluna langsung di hadang oleh satpam-nya."Bukakan gerbangnya, Pak!" Aluna m
Keesokan hariSeperti biasa Mira bersiap diri untuk bekerja. Anni sudah datang lebih pagi, jadi ia yang memasak untuk sarapan. Mira memang harus menyiapkan beberapa buku untuk dibawa mengajar, jadi ia tak sempat masak.Sekitar jam 8, Mira langsung berangkat menuju kampus.Setibanya di sana, ruang dosen masih sangat sepi. Karena mungkin ia terlalu pagi berangkatnya. Hanya ada Raykel yang terlihat sedang sibuk dengan laptopnya."Selamat pagi, Pak Raykel," sapa Mira. Untuk sekedar basa-basi.Raykel yang baru menyadari kedatangan Mira, langsung menghentikan kegiatannya."Pagi juga, Bu Mira," sahut Raykel dengan senyum yang merekah. "Tumben nih Bu Mira datang pagi?""Iya, Pak. Lagi kebetulan saja," sahut Mira sambil membersihkan meja kerjanya dengan tissue. Karena terlihat banyak debu dan sobekan kertas berserakan di mana-mana.Merasa ini adalah sebuah kesempatan karena hanya mereka berdua di ruangan, Raykel pun merapihkan kemejanya
"Abang lain kali jangan gitu ya. Mata aku jadi ternodai," ucap Mira dengan wajah yang bersemu merah. Betapa tidak, Haikal benar-benar menunjukkan miliknya di hadapan sang istri melalui Vc."Memang kenapa, sayang. Bukankah kita sudah menjadi suami istri?" tanya Haikal santai. Saat ini ia sudah memakai kaos putih polos serta celana boxer."Ya tetap saja aku malu," ucap Mira sambil menggigit bibir bawahnya. Membayangkan apa yang baru saja dilihatnya."Hahaha tapi kamu suka kan?" Haikal mengerling nakal. Entah sejak kapan kegiatan menggoda Mira adalah sesuatu yang bisa membuatnya terhibur dari rutinitas kerja yang membuatnya jenuh."Suka," sahut Mira menunduk malu.Satu kata itu saja berhasil membuat Haikal terbahak kencang. Sayang sekali mereka jauh, jika dekat mungkin Haikal sudah menggigit bibir merah itu yang selalu membuatnya gemas."Abang kapan pulang? Apa masih lama?" pertanyaan Mira berhasil menghentikan tawa Haikal."Baru juga du