"Ayah dan Bunda mau ke mana?" Amira menoleh ke arah Risa dan Gilang yang perlahan sudah menghilang di balik sebuah gedung berukuran megah.Pantai tersebut terletak di dekat sebuah gedung hotel yang begitu mewah. Hotel itu sengaja dirancang di dekat pantai agar para pengunjungnya bisa menikmati indahnya suasana pantai dari kamar mereka."Palingan ayahmu capek dan ingin beristirahat. Udahlah biarin aja. Mendingan kita menangkap umang-umang di pinggir pantai," sahut Gio sambil menggandeng tangan Amira dan Dela menuju bibir pantai yang lainnya untuk mencari umang-umang.Sementara itu, Gilang yang sudah memesan kamar hotel langsung melewatkan sore yang begitu indah bersama Risa.Keduanya begitu menikmati penyatuan yang cukup lama tidak dilakukan karena Risa baru saja sembuh dari masa traumanya."Kenapa akhir-akhir ini kakak berubah?" Risa bertanya kepada Gilang ketika mereka selesai melakukan penyatuan dan perempuan itu tengah berada di pelukan Gilang."Berubah bagaimana? Kamu kira Kakak i
Gilang terkejut bukan main ketika mendapati Risa yang sedang menikmati segelas air jeruk nipis sambil berendam di dalam bathtub di kamar mandi."Sayang, apa yang kamu lakukan? Kenapa kamu malah berendam di dalam bathtub ini. Bukannya niat kita mau bercin ...."Risa menempelkan jari telunjuknya di bibir Gilang. Perempuan itu tidak mau jika Gilang mengucapkan kalimat yang membuatnya merasa semakin bergairah.Sedangkan Gilang sendiri, tanpa menunggu aba-aba dari Risa langsung masuk ke dalam bathtub dan menyergap istrinya itu seperti yang diinginkannya.Percintaan sepasang suami istri itu tak bisa dihindari. Gilang benar-benar merasa bahagia karena akhirnya kerinduannya pada Risa tertuntaskan sudah."Perut aku mual banget nih. Kayaknya aku mau muntah deh." Gilang yang baru saja keluar dari bathtub langsung berlari menuju wastafel. Lelaki itu memuntahkan isi perutnya di sana karena perutnya yang terasa bergulung-gulung."Apa sebaiknya kita periksa ke rumah sakit saja? Sepertinya Kakak bena
"Ya ampun, Kak. Kok malah muntah di sini sih?" Risa menatap cemas pada Gilang yang sudah terkulai dengan lemas dan terbaring di bangku tunggu.Beberapa pasang mata di sana sempat melirik ke arah Gilang dan Risa yang begitu cemas. Perawat yang berjaga di ruangan Dokter kandungan itu pun segera menghampiri Risa dan memanggil office boy untuk membersihkan bekas muntahan Gilang."Maafin aku ya, sayang. Aku bener-bener nggak kuat menahan muntahan ini." Gilang memelas menatap Risa karena khawatir jika istrinya itu marah karena kelakuannya.Risa tak bisa memarahi Gilang karena dia sendiri juga merasa kasihan melihat kondisi suaminya itu saat ini. Tubuh Gilang terlihat begitu lemas dan wajahnya pun pucat pasi menandakan dia benar-benar tidak berdaya."Kalian ambil saja nomor antrian kami. Sepertinya suami Anda benar-benar sedang dalam kondisi yang sangat lemah." Seorang perempuan memberikan nomor antrian kepada Risa dan Gilang.Risa sempat ragu menerima nomor antrian tersebut. Mengingat di no
"Kita akan kedatangan tamu. Teman kuliahku di Amerika. Namanya Daniel!" Gilang menghampiri Risa ketika ia sedang mengoles roti untuk suaminya itu."Daniel? Aku seperti pernah mendengar nama itu," sahut Risa. Ia mencoba mengingat di mana pernah mendengar nama Daniel."Masa sih? Seingatku, aku tidak pernah cerita tentang Daniel sama kamu.""Tapi aku merasa pernah mendengarnya." Risa memegang pelipis mencoba mengingat nama itu."Udah, nggak usah diingat." "Tapi aku ....""Lebih baik kamu suapin aku rotinya. Aku sudah sangat lapar." Gilang membuka mulutnya lebar-lebar."Manja banget sih suamiku?""Ayo dong, Sayang. Aku udah lapar banget nih." Beberapa hari terakhir ini Gilang sudah mulai mau makan. Walaupun hanya makan roti bakar dan harus Risa yang membuatnya."Sebaiknya kakak coba makan buah juga. Supaya lebih segar." Risa membujuk Daniel menerima anggur yang sudah dia kupas."Aku mau makan kalau disuapi sama bibir kamu," rayu Gilang. "Jangan ngadi-gadi deh, Kak.""Ya udah, kalau git
"Sayang, kamu jaga diri baik-baik di rumah ya.Siang itu, Gilang menjemput Daniel dan keluarganya ke BandaraRisa sudah menyiapkan makan siang bersama Bik Jum dan Bik Asih. Amira juga sudah di beri tahu oleh Ayah dan Bundanya bahwa gadis kecil itu akan kedatangan teman yang seumuran dengannya.Amira sangat senang mendengar Carisa akan menginap di rumahnya."Amira akan perkenalkan dia pada semua boneka Amira!" seru Amira senang.Tak lama waktu berselang Risa mendengar deru mesin mobil Gilang. Dengan segera ia menggandeng tangan Amira untuk menyambut tamu penting yang mereka tunggu sejak tadi.Risa sempat terkejut ketika menyambut Daniel dan Cinta. Tak disangka Istri dari Daniel yang diceritakan oleh Gilang benar-benar di luar dugaannya.Gilang mengatakan kalau Cinta itu berumur 32 tahun, tapi wajahnya bahkan terlihat seumuran dengan Risa. Daniel dan Cinta membawa buket bunga besar dan memberikannya pada Risa."Sayang, kenalkan, ini Daniel. Dan ini sekretarisnya, Cinta!" Gilang terseny
"Masih mual, Sayang?" tanya Risa pada Gilang yang masih menempelkan kepalanya di perut Risa. Gilang mendongakkan kepalanya dan meraih tengkuk Risa lalu mencium bibir istrinya dengan mesra. "Kak ...!" Risa berusaha menahan ciuman yang semakin dalam. "Sayang, aku merasa enakan jika berciuman denganmu!" goda Gilang sambil tersenyum pada Risa. Benar-benar aneh, sikap Gilang menjadi berubah seratus persen semenjak Risa hamil. "Tapi nggak harus seperti itu juga Kak. Nggak enak kalau nanti sampai dilihat oleh Daniel dan cinta," sungut Risa. Bilang tidak peduli dengan apa yang dikatakan oleh istrinya. Lelaki itu tetap menempelkan kepalanya di perut Risa dan sesekali mencuri ciuman pada bibir istrinya. Ia benar-benar tidak ingin kehilangan momen tersebut. "Sekarang, kita ke depan yuuk, nggak enak sama tamu!" ujar Risa membujuk Gilang yang kembali memeluk erat tubuhnya. "Nggak mau, Daniel bau banget!" seru Gilang membuat Risa seketika melotot ke arahnya. "Itu hanya perasaan Kak Gilang
Risa menoleh ke arah Cinta yang sedang mengunyah makanannya. Tiba-tiba saja, Cinta menghentikan makannya dan mengatakan sudah selesai. Namun, Risa melihat raut wajah yang berbeda darinya. "Kok cepet banget selesai makannya?" Gilang meledek Cinta yang beranjak dari tempat duduk dan segera menuju ruang tengah. "Cinta memang makanya cuma sedikit. Dia sedang diet." Daniel pun meletakkan sendok dan garpu dalam piring, lalu menyusul Cinta ke ruang tengah. Risa melihat Daniel berusah mengajak Cinta mengobrol dengan tingkahnya yang ternyata memang sangat romantis. Risa lalu beranjak ke dapur untuk membuat jus apel untuk mereka minum bersama. Dia berharap suasana yang sempat kaku karena perubahan wajah Cinta akan kembali mencair dengan dibuatkannya jus apel tersebut. "Sebagai makanan penutup.. aku buatin kalian jus apel. Mudah-mudahan kalian semua suka." Risa meletakkan 4 gelas jus apel di hadapan para tamunya. Daniel langsung menyambar jus apel tersebut dan meminumnya hingga tandas. Be
Risa terus bertanya-tanya di dalam hatinya ada apakah kiranya gerangan yang sudah membuat Gilang banyak berubah."Kak Gilang benar-benar berubah. Dahulu Kak Gilang adalah laki-laki yang paling irit dalam berbicara. Lalu mengapa sekarang jadi suka membicarakan orang lain?""Dahulu Kak Gilang teramat sangat cuek dengan urusan orang lain, tapi sekarang, Kak Gilang sibuk mengurusi Daniel dan Cinta.""Apakah ini juga bawaan dari bayi kembar yang kukandung? Entahlah.Hanya saja, rasanya aneh jika Kak Gilang membicarakan tentang urusan ranjang orang lain." Gumam Risa dalam hati."Sayang ...." Gilang memeluk erat tubuh Risa dari belakang."Aku nggak suka kakak jadi ikut campur urusan orang lain!" Risa menoleh sejenak, lalu kembali membalikkan badan.Gilang menghela nafas panjang. Dia mengerti mengapa Risa merasa tidak nyaman atas sikapnya saat ini. Dikarenakan Risa yang selama ini mengenal Gilang adalah sosok yang tidak pernah peduli dengan orang lain. Lelaki itu pun meraih tubuh Risa yang su