"Jangan-jangan apa? Jangan ngadi-gadi lho ya." Gilang menatap tajam pada Gio yang sepertinya tengah berpikir licik pada dirinya."Emang yang ada di pikiran lo apaan? Gue cuma berpikir jangan-jangan lo amnesia. Atau lo memiliki kepribadian ganda yang selama ini tidak pernah kita ketahui.""Sialan lo. Mending sekarang lo cari es krim rasa strawberry sebanyak mungkin. Gue pengen makan es krim yang banyak." Gilang melempar Gio dengan sebuah kartu ATM yang langsung disambut oleh Gio dengan senyum bahagia.Dia pun berpamitan pada Risa dan Gilang untuk segera membeli es krim pesanan Gilang. Tak lupa pula pemuda itu mengajak Dela yang baru saja datang hendak menjenguk Gilang."Kak Gilang mau es krim? Bukannya Kak Gilang nggak suka es krim?" Dela memiringkan tubuhnya demi mendengar penjelasan dari Gio tentang permintaan Gilang kali ini."Aku juga nggak tahu. Makanya aku bilang kalau Kak Gilang itu jangan-jangan kesambet jin ifrit.""Huusss. Jangan asal bicara. Pamali""Ya ampun Del Del. Zaman
"Kamu nyadar nggak sih kalau akhir-akhir ini Kak Gilang berubah banget. Aku bener nggak bisa menebak kelakuannya yang akhir-akhir ini begitu manja dan merengek seperti anak kecil. Sangat berbanding terbalik dengan karakter Kak Gilang yang selama ini begitu dingin dan keras." Gio berkata sambil menyandarkan punggungnya di kursi di taman rumah sakit.Dela menatap bintang yang bertaburan di langit. Begitu indah pemandangan malam itu membuat perempuan itu tersenyum seorang diri. Gio yang melihat keadaan itu langsung menyebut dan menepuk bahu Dela dengan lembut."Kamu nggak dengar aku ngomong ya?""Dengar kok. Aku cuma bingung saja harus menjawab apa. Karena aku pun merasa kalau Kak Gilang benar-benar sudah berubah karakternya." Dela menoleh ke arah Gio sambil memainkan ujung kemeja yang dipakainya.Selama mengenal Gilang, memang Dela tidak pernah berani berbicara dengan lelaki itu begitu banyak dikarenakan sikap Gilang yang terlalu dingin. Bahkan untuk berbicara dengan Risa saja Gilang te
Risa sebenarnya tidak menyukai ikan laut. Namun kali ini dia tidak bisa menolak permintaan Gilang karena jika tidak dituruti maka Gilang akan merengek seperti anak kecil. Risa tidak ingin sikap Gilang yang tiba-tiba berubah nanti akan membuat Amira berpikiran yang tidak tidak."Tiba-tiba aku pengen minum es jeruk nipis." Risa menyeka air liur yang menetes di pinggir bibirnya.Bayangan es jeruk nipis menari-nari di kepalanya membuat perempuan itu pun akhirnya memanggil beberapa orang anak nelayan untuk meminta dicarikan jeruk nipis."Nyonya mau dibuatkan es jeruk nipis?" Salah seorang anak nelayan bertanya sambil mengedipkan matanya karena sinar matahari yang begitu kuat menyilaukan mata."Tidak. Saya hanya minta dicarikan es batu dan jeruk nipis saja," sahut Risa dengan senyum mengembang.Anak tersebut pun melesat berlari meninggalkan Risa setelah berjanji akan kembali dalam beberapa menit lagi."Ini piringnya, Bunda." Amira meletakkan sebuah piring di dekat Risa.Gadis kecil itu memb
"Ayah dan Bunda mau ke mana?" Amira menoleh ke arah Risa dan Gilang yang perlahan sudah menghilang di balik sebuah gedung berukuran megah.Pantai tersebut terletak di dekat sebuah gedung hotel yang begitu mewah. Hotel itu sengaja dirancang di dekat pantai agar para pengunjungnya bisa menikmati indahnya suasana pantai dari kamar mereka."Palingan ayahmu capek dan ingin beristirahat. Udahlah biarin aja. Mendingan kita menangkap umang-umang di pinggir pantai," sahut Gio sambil menggandeng tangan Amira dan Dela menuju bibir pantai yang lainnya untuk mencari umang-umang.Sementara itu, Gilang yang sudah memesan kamar hotel langsung melewatkan sore yang begitu indah bersama Risa.Keduanya begitu menikmati penyatuan yang cukup lama tidak dilakukan karena Risa baru saja sembuh dari masa traumanya."Kenapa akhir-akhir ini kakak berubah?" Risa bertanya kepada Gilang ketika mereka selesai melakukan penyatuan dan perempuan itu tengah berada di pelukan Gilang."Berubah bagaimana? Kamu kira Kakak i
Gilang terkejut bukan main ketika mendapati Risa yang sedang menikmati segelas air jeruk nipis sambil berendam di dalam bathtub di kamar mandi."Sayang, apa yang kamu lakukan? Kenapa kamu malah berendam di dalam bathtub ini. Bukannya niat kita mau bercin ...."Risa menempelkan jari telunjuknya di bibir Gilang. Perempuan itu tidak mau jika Gilang mengucapkan kalimat yang membuatnya merasa semakin bergairah.Sedangkan Gilang sendiri, tanpa menunggu aba-aba dari Risa langsung masuk ke dalam bathtub dan menyergap istrinya itu seperti yang diinginkannya.Percintaan sepasang suami istri itu tak bisa dihindari. Gilang benar-benar merasa bahagia karena akhirnya kerinduannya pada Risa tertuntaskan sudah."Perut aku mual banget nih. Kayaknya aku mau muntah deh." Gilang yang baru saja keluar dari bathtub langsung berlari menuju wastafel. Lelaki itu memuntahkan isi perutnya di sana karena perutnya yang terasa bergulung-gulung."Apa sebaiknya kita periksa ke rumah sakit saja? Sepertinya Kakak bena
"Ya ampun, Kak. Kok malah muntah di sini sih?" Risa menatap cemas pada Gilang yang sudah terkulai dengan lemas dan terbaring di bangku tunggu.Beberapa pasang mata di sana sempat melirik ke arah Gilang dan Risa yang begitu cemas. Perawat yang berjaga di ruangan Dokter kandungan itu pun segera menghampiri Risa dan memanggil office boy untuk membersihkan bekas muntahan Gilang."Maafin aku ya, sayang. Aku bener-bener nggak kuat menahan muntahan ini." Gilang memelas menatap Risa karena khawatir jika istrinya itu marah karena kelakuannya.Risa tak bisa memarahi Gilang karena dia sendiri juga merasa kasihan melihat kondisi suaminya itu saat ini. Tubuh Gilang terlihat begitu lemas dan wajahnya pun pucat pasi menandakan dia benar-benar tidak berdaya."Kalian ambil saja nomor antrian kami. Sepertinya suami Anda benar-benar sedang dalam kondisi yang sangat lemah." Seorang perempuan memberikan nomor antrian kepada Risa dan Gilang.Risa sempat ragu menerima nomor antrian tersebut. Mengingat di no
"Kita akan kedatangan tamu. Teman kuliahku di Amerika. Namanya Daniel!" Gilang menghampiri Risa ketika ia sedang mengoles roti untuk suaminya itu."Daniel? Aku seperti pernah mendengar nama itu," sahut Risa. Ia mencoba mengingat di mana pernah mendengar nama Daniel."Masa sih? Seingatku, aku tidak pernah cerita tentang Daniel sama kamu.""Tapi aku merasa pernah mendengarnya." Risa memegang pelipis mencoba mengingat nama itu."Udah, nggak usah diingat." "Tapi aku ....""Lebih baik kamu suapin aku rotinya. Aku sudah sangat lapar." Gilang membuka mulutnya lebar-lebar."Manja banget sih suamiku?""Ayo dong, Sayang. Aku udah lapar banget nih." Beberapa hari terakhir ini Gilang sudah mulai mau makan. Walaupun hanya makan roti bakar dan harus Risa yang membuatnya."Sebaiknya kakak coba makan buah juga. Supaya lebih segar." Risa membujuk Daniel menerima anggur yang sudah dia kupas."Aku mau makan kalau disuapi sama bibir kamu," rayu Gilang. "Jangan ngadi-gadi deh, Kak.""Ya udah, kalau git
"Sayang, kamu jaga diri baik-baik di rumah ya.Siang itu, Gilang menjemput Daniel dan keluarganya ke BandaraRisa sudah menyiapkan makan siang bersama Bik Jum dan Bik Asih. Amira juga sudah di beri tahu oleh Ayah dan Bundanya bahwa gadis kecil itu akan kedatangan teman yang seumuran dengannya.Amira sangat senang mendengar Carisa akan menginap di rumahnya."Amira akan perkenalkan dia pada semua boneka Amira!" seru Amira senang.Tak lama waktu berselang Risa mendengar deru mesin mobil Gilang. Dengan segera ia menggandeng tangan Amira untuk menyambut tamu penting yang mereka tunggu sejak tadi.Risa sempat terkejut ketika menyambut Daniel dan Cinta. Tak disangka Istri dari Daniel yang diceritakan oleh Gilang benar-benar di luar dugaannya.Gilang mengatakan kalau Cinta itu berumur 32 tahun, tapi wajahnya bahkan terlihat seumuran dengan Risa. Daniel dan Cinta membawa buket bunga besar dan memberikannya pada Risa."Sayang, kenalkan, ini Daniel. Dan ini sekretarisnya, Cinta!" Gilang terseny