“Buka pintunya!” perintah pria itu menggeram singkat memerintahkan Edward membuka kunci dari pintu. Edward pun terpaksa menurut dengan membukakan kunci. Seketika seorang pria masuk dan duduk di sebelahnya.
“Diam saja dan jangan bicara! Atau aku akan meledakkan kepalamu!” ujar pria yang berada di sebelah Edward mengancamnya. Edward hanya bisa pasrah dan diam. Ia kembali memandang ke depan dan beberapa orang yang menyamar dan ternyata adalah pengawal Gareth dilumpuhkan di depan Edward.
Lori ikut menyaksikan hal tersebut dan makin bersembunyi di antara tumpukan palet kayu di sudut salah satu lorong kecil. Ternyata orang-orang Edgar Luther sudah datang seperti apa yang dijanjikan oleh Gareth.
“Apa yang harus aku lakukan? Apa aku harus melapor sekarang?” sebut Lori ketakutan sambil bersembunyi. Ia ingat dengan pesan Venus untuk melaporkan pada polisi saat Edgar muncul dan menemui Venus agar Polisi bisa menangkapnya dengan lebih mud
10 TAHUN YANG LALU, SMA JEFERSON PRIVATE“Dasar monster salju dungu! Haha!” seorang anak yang selalu jadi bahan bulian serta bulan-bulanan di sekolahnya kembali harus menerima perlakuan kasar dari teman sekolahnya seperti biasanya. Ia hanya sabar saja disebut bola salju atau apa pun panggilan yang menyakitkan telinga.Anak itu bernama Thomas Lancey. Ia adalah salah satu dari sekian anak yang dikucilkan di SMA tersebut. Selama ini Thomas tak pernah mengeluh, tapi ia mulai muak diperlakukan seperti samsak tinju tak berharga. Semua orang menghina tubuhnya yang gemuk dan kulitnya yang pucat tapi memiliki bintik-bintik merah yang aneh menurut sebagian besar orang. Rambutnya merah tapi keriting. Tidak jarang, ia sering dipanggil dengan sebutan manusia bola salju karena bentuk fisiknya.Thomas duduk di kursinya di bangku paling belakang. Kelas akan segera dimulai dan ia memilih masuk lebih awal. Tujuannya sederhana, ia ingin melihat seseorang yang baginya s
“Gareth tidak mau mengorbankanmu dan malah menipuku, entah apa itu cinta ...” pandangan Edgar kembali pada Gareth.“... atau uang semata!” sambungnya lagi. Venus hanya diam dengan mata berkaca-kaca lalu kembali memandang Edgar yang akhirnya ikut menatapnya lagi.“Jangan menangis, Sayang. Dia tidak pantas kamu tangisi! Aku adalah pria yang selalu menginginkanmu selama ini. Aku melakukan apa pun agar kamu melihatku. Bahkan jika aku harus membunuh dan menyingkirkan siapa pun, aku akan melakukannya,” ujar Edgar dengan nada rendah dan menakutkan.Layaknya seseorang yang terobsesi pada suatu hal, memandang Venus saja membuat darah Edgar berdesir. Venus adalah obsesi terbesarnya yang harus di dapatkan Edgar seperti apa pun caranya.“Apa yang sebenarnya kamu inginkan dariku? Kenapa kamu terus menerus mengganggu hidupku?” tanya Venus mulai menangis dan suara bergetar. Ia takut tapi harus berani dan itu sangat lah sul
Pesawat pribadi milik Jupiter King mendarat sempurna dengan baik di landasan bandara pribadi milik Golden Dragon seperti biasanya. Saat pesawat itu tenang berjalan tidak selaras dengan perasaan Dion saat ini. Ia benar-benar tidak bisa menutupi keresahannya akan keadaan Venus saat ini.“Dia belum angkat panggilannya?” tanya Jupiter pada Dion yang duduk di depannya. Dion menggelengkan kepalanya dengan raut cemas masih terus menghubungi Venus. Tidak hanya Venus, ponsel Edward pun tidak bisa dihubungi sama sekali.“Tsk ... ke mana semua orang! Aku menelepon ke apartemen Venus, gak ada yang menjawab. Uh, Jupiter ini udah gak bener!” ucap Dion diiringi dengus napasnya yang tidak tenang sama sekali. Jupiter mencoba menenangkan Dion agar ia tidak panik.“Tenang! Kita ke apartemen Venus saja untuk mengecek!” Dion langsung mengangguk setuju lalu menunggu perintah untuk diperbolehkan melepaskan sabuk pengaman. Setelah memperoleh ijin per
Ares King berjalan tegap dan berwajah dingin kala melewati koridor menuju sebuah ruangan di markas utama Golden Dragon. Di belakangnya mengikuti Devon Kazuya dan Arion Konstantine yang ikut datang setelah dipanggil oleh sang Alpha, Ares.Pintu dibuka dan Ares pun masuk ke dalam ruangan tempat Daryl Brooke ditahan. Shao Chen yang sudah berada di dalam lantas menghampiri Leader tertinggi Golden Dragon itu lalu memberikan salam.“Dia belum mau bicara,” lapor Shao Chen dengan nada rendah pada Ares. Ares tak tersenyum dan berjalan mendekat pada Daryl yang didudukkan di atas sebuah kursi. Tangannya sudah diperban akibat dipaku oleh Shao Chen beberapa hari lalu.Daryl lalu menaikkan pandangannya pada Ares yang berdiri di depannya. Ares tetap memandanginya dengan angkuh seakan ia tidak berharga.“Di mana Edgar Luther?” tanya Ares dengan nada dingin dan angkuh.“Aku tidak tahu,” jawab Daryl singkat sama seperti yang diuca
“Aaahkk ... Lepaskan aku! Lepaskan aku!” Lori berteriak mencoba meronta saat ia ketahuan dan ditarik paksa dari tempat persembunyiannya.“Jangan melawan! Ahhkk!” DHARR – pria yang menangkap Lori lalu menembakkan pistolnya ke arah sisi Edward tapi tidak mengenainya. Tujuannya adalah untuk menakuti Lori agar ia diam. Edward yang masih bernapas lantas menoleh pada Lori yang ditarik dan dihempaskan kasar ke sebelahnya.“Diam di sana, atau akan kulubangi kepalamu!” pria itu mengancam Lori yang ketakutan. Ia memungut ponsel Lori yang masih menyala tapi sambungan panggilannya sudah terputus. Ponsel itu dijatuhkan kembali lalu diinjak dan ditendang sampai meluncur jatuh ke dalam air.“Aaahkk! Lepas!” PLAK – Venus menampar dan memukul Edgar yang berusaha menciumnya dengan lengannya yang masih diperban terluka. Edgar hanya terengah sesaat dan sekilas mengusap pipinya. Ia maju lagi dan menarik lengan kanan Venus y
“Bagaimana ceritanya Venus bisa diculik?” tukas Arjoona kesal dengan kedua lengan menyilang di dada. Ia berdiri di depan Ares dan seluruh anggota klannya yang telah berkumpul di Golden Dragon. Arjoona bahkan masih memakai kaos lengan pendek dan celana sweatpants tanda jika ia hendak beristirahat saat Rei tiba-tiba datang untuk memberitahukan ayahnya perihal Venus.“Semua ini salahku, Om. Harusnya aku menjaga Venus dan gak pergi hari ini!” ujar Dion malah mengambil kesalahan untuk dirinya. Jupiter langsung berdecap kesal.“Jangan bicara seperti itu! Kita pergi untuk urusan bisnis. Ini pasti ada yang salah!” sahutnya protes.“Bisnis apa?” potong Arjoona ketus. Dion sempat sejenak memejamkan mata. Masalahnya ia belum memberitahukan Arjoona soal keputusan mengenai posisi CEO itu.“Dion memutuskan bergabung dengan King Enterprise. Dia sudah resmi menjadi CEO!” jawab Jupiter dengan rasa sedikit angkuh
Akan tetapi, untuk mengantisipasi agar Edgar tidak menyakiti Venus, Ares membawa pasukannya terlebih dahulu.“Aku ingin Aldrich menjadi penembak utama, Cass kamu yang menjadi tandemnya!” tunjuk Ares memberikan tugas. Cass langsung mengangguk setuju.“Dion, Jupiter dan aku akan menyisir dengan kapal. Arion, Devon dan Brema, kalian menggunakan helikopter. Divers dan Jason, tugas kalian di darat bersama Rei! Kita harus menyisir semua tempat jangan ada yang terlewat. Ada pertanyaan?”Semua menggelengkan kepalanya dan telah mengetahui tugas masing-masing. Ares pun mengangguk.“Kita lakukan ini, cepat dan senyap! Jika Polisi tidak bisa menangkap, maka ini kesempatan kita membunuh Edgar. Ingat target kalian!” Ares menunjuk pada kening yang berarti tembak di tempat tanpa tujuan melumpuhkan. Dion sempat tercengang melihat pada Ares yang menoleh padanya.“Jangan ragu! Tembak di sini dan sini!” Ares menunjuk kep
“Bapa kami di Sorga berkatilah kami. Tolonglah kami dalam kesulitan dan kebuntuan. Ya Bapa, Engkaulah tumpuan iman dan harapanku saat ini. Pandanglah anak-Mu yang sedang dalam kebimbangan ini. Berilah aku kekuatan agar tidak goncang dan jatuh. Terangilah hatiku, agar aku dapat mengambil keputusan yang sesuai dengan kehendak-Mu dan kembali melangkah dengan mantap dalam tuntunan tangan-Mu,” ujar Dion berlutut di dek kapal bersama Jupiter berdoa pada Yang Maha Kuasa untuk memberikan mereka kekuatan.Sementara itu, Ares tengah mengendalikan kapal menerjang laut untuk mengejar sebuah kapal yang baru saja mematikan radarnya agar tidak terlacak.“Ya Tuhan, Mukjizatmu adalah tumpuan dan harapan kami. Perlihatkan Venus pada kami. Lindungi dia sampai kami datang. Jangan biarkan dia berjuang sendirian. Bantulah dia, selamatkan dia. Dalam nama Bapa, Putra dan Roh Kudus, Amin!” Dion dan Jupiter sama-sama menyematkan salib pada mereka begitu pula dengan