Share

Bab 64: Utang Seruni

“Kamu sudah pastikan gadis itu benar Seruni?”

Tuan Besar menatap lurus-lurus Shin. Hari masih pagi dan matahari baru saja muncul dari celah langit. Sinarnya menerobos masuk lewat jendela besar di ruang perpustakaan yang dibiarkan terbuka. Secangkir kopi panas tersaji di atas meja. Uapnya membawa aroma bunga yang segar.

“Sudah, Tuan. Dia memang Seruni.”

Shin mengembangkan cuping hidung. Ia menyukai kopi beraroma bunga atau kacang-kacangan dari timur Indonesia. Ia lebih memilih kopi ketimbangan minuman beralkohol. Shin selalu menggenggam nasihat sang ibu agar menghindari minuman keras dan daging babi. Meski menghabiskan waktu dalam bisnis gelap, Shin tidak pernah mengotori perutnya dengan dua barang haram itu.

“Bagus.” Tuan Besar menghirup uap kopinya lalu mengambil satu bendel uang kertas berwarna merah. “Sesuai janjiku. Ini hadiah untukmu.”

“Terima kasih, Tuan.” Shin mengangguk hormat. “Tapi saya belum bawa gadis itu ke hadapan Tuan. Tugas saya belum selesai. Saya belum berhak atas ha
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status