"Bu Ginah."
"Eh Bu Risa, baru pulang.""Iya, kok tumben rame.""Ini si Pak Dokter minta bantuan saya nyari orang buat beres-beres rumahnya. Katanya Orang tuanya mau datang.""Asyila sama Athaya udah datang?""Belum Bu? Pak Dokter gak bilang kapan datangnya. Mungkin bareng bapak sama ibunya pak Dokter juga. Eh Bu nitip kunci rumahnya Pak Dokter ya? Lima hari yang lalu dia nitipin sama Anin pas Anin lagi ada acara di Baturaden.""Kenapa gak disimpan Bu Ginah aja?""Saya mau mengunjungi keluarga di Jakarta Bu, lama soalnya di sana. Semingguan. Makanya saya nitip ke Bu Risa aja.""Oh gitu, ya udah biar saya yang pegang kuncinya.""Makasih ya Bu Risa.""Sama-sama."Risa segera memasuki rumahnya dan membersihkan diri. Setelah beristirahat sebentar, beberapa pasien bumil datang. Risa pun melayani mereka dengan sepenuh hati dan senyum tulus terkembang."Permisi.""Iya sebentar."Risa pun menghentikan aktivitas mengetik laSemenjak dipergoki oleh Maira, Abi dan Risa diawasi dengan sangat ketat oleh kedua orang tua Abi. Kalau dirasa mereka berdekatan dalam jarak satu meter pasti mereka akan dipisahkan dengan berbagai cara. Tentu saja hal ini membuat adik kembar Abi bingung mendapati kedua orang tuanya begitu overprotektif sama Abi dan Risa."Mamah sama Papah aneh, lagian Mas Abi sama Mbak Risa kan mo nikah kenapa kesannya gak boleh dekat-dekat. Mau dipingit apa gimana nih?""Iya nih, Mamah sama Papah kesannya gak rela mereka mau kawin aja," celetuk Athaya asal. Namun rupanya kata 'kawin' mengingatkan Maira bagaimana ganasnya Abi saat mencium Risa sehingga refleks Maira menyentil dahi Athaya."Wadaw ... sakit Mah. Mamah kenapa sih?""Udah diem. Kalian pada ngurusin kuliah kalian aja."Maira memilih meninggalkan keduanya dan mengecek kembali berbagai hantaran yang hendak dibawa ke rumah Kakek Risa."Mamah sama Papah kenapa ya? Kayak takut banget kalau Mas Abi lagi dekat-deka
"Hai Abi, kita ketemu lagi. Wow kita ganggu gak nih," sapa Rudi ramah."Oh enggak Rud. Kalian sengaja kesini?" Abi berusaha berbasa basi walau aslinya agak kurang suka apalagi sejak tadi Arjuna menatap Risa dengan tatapan memuja.Risa memilih mendekatkan kursinya pada Abi. Abi paham jika Risa merasa tak nyaman."Sepertinya kamu sedang sibuk Rud?""Iya nih kita mau bangun rumah sakit di Purwokerto.""Di daerah mana Rud?""Di sekitar Kembaran, bekas rumah sakit Wijaya Kasih. Sayang tempatnya potensial banget. Makanya aku sama Juna niat banget mau bangun rumah sakit disana."Obrolan terus mengalir, tapi lebih didominasi oleh Rudi dan Abi. Arjuna yang biasanya banyak omong lebih bayak diam."Bentar ya aku ijin ke toilet," ucap Rudi.Setelah memastikan Rudi pergi, Abi menatap Arjuna dengan tatapan tajam."Berhenti menatap wanita lain dengan tatapan seperti itu Juna! Kamu sudah menikah.""Hahaha. Kenapa memangnya? Kamu bukan sia
Seorang wanita tengah menunggu dengan gelisah di dalam mobil mewahnya. Matanya awas mengawasi setiap hilir mudik yang terjadi di Puskesmas Sumbang. Wajah cantiknya tersenyum ketika melihat pria pujaan hatinya keluar.Viona hendak membuka pintu mobilnya namun gerakannya terhenti ketika melihat Abi menghentikan langkahnya dan menunggu seorang wanita cantik hingga keduanya berjalan beriringan menuju ke sebuah motor.Viona menahan cemburu melihat bagaimana Abi memperlakukan wanita itu dengan lembut bahkan memasangkan helm pada sang wanita. Viona semakin marah melihat bagaimana wanita itu melingkarkan tangannya pada perut Abizar."Dia siapa Bi? Kenapa kamu begitu perhatian dengannya? Kamu bahkan tersenyum sangat manis untuknya?" lirih Viona.Viona segera menjalankan mobilnya dan membuntuti mobil Abi.Sepanjang jalan pulang Abi bercerita dengan Risa hingga keduanya sampai di rumah."Udah sana istirahat. Nanti harus dines lagi loh.""Iya
Arjuna dan Viona tengah duduk berdampingan di kursi yang terletak di balkon hotel yang mereka sewa. Mereka berdua tengah memandang keramaian kota Purwokerto."Bagaimana selanjutnya?" tanya Arjuna."Bagaimana apanya?" Viona balik bertanya."Hubungan kita.""Aku gak tahu. Kamu yang dulu niat sekali membuatku jatuh cinta. Tapi kenyataannya kamu pun dilema."Omongan Viona membuat mulut Arjuna terkatup rapat."Papah minta kita pulang. Bahkan memintaku tak perlu ikut dalam pembangunan rumah sakit yang dikelola orang tua Rudi dan orang tuamu.""Kenapa?'"Alasannya biar menjadi urusan Rudi karena papahnya penyumbang dana terbanyak.""Benarkah? Hanya itu saja alasan Papah.""Kamu sudah tahu alasannya Viona. Pasti Papah juga sudah menghubungimu.""Ayo kita bercerai. Percuma saja kita lanjutkan.""Kamu akan tetap mengejar Abi?""Dan kamu akan mengejar Risa juga?"Keduanya diam, baik Arjuna dan Viona masing-masing sibuk denga
Risa dan Abi tengah menyalami para tamu yang hadir dengan selalu memasang wajah sumringah. Khusus Abi, dia sedikit menjaga image dan hanya tersenyum tipis."Senyumnya yang lebar Mas?" bisik Risa."Mas jaga image Dek.""Astaga. Dasar AC.""Hemm."Risa tak percaya dengan tingkah suaminya. Beneran lagi jadi AC rupanya."Abiiii ... selamat ya? Istrinya cantik sekali.""Ah Abi, tahu gini aku pakai kerudung dari dulu," seorang wanita berpakaian sedikit seksi menyapa Abi dengan genit."Hai Bro, kirain kamu gak bakal nikah. Selamat ya.""Iya selamat ya Abi, wah istrinya cantik. Sholelah lagi.""Hem, makasih," sahut Abi datar.Risa melirik suaminya. Astaga pengin ketawa rasanya. Beneran deh suaminya kembali jadi AC."Ya ampun Bi, tuh muka Lu datar banget. Gak suka Lu sama istri Lu. Ya udah buat Gue aja," ucap Dandi salah satu teman SMA Abi yang memang orangnya gokil.Abi menatap tajam Dandi seperti ingin membunuh."H
Menjadi istri seorang Abizar itu susah-susah gampang. Gampangnya karena Abi tipe suami yang tidak rewel masalah makanan. Tapi susahnya karena dia terlalu tampan jadi Risa harus punya stok sabar menghadapi tingkah para pasien dari mulai perawan, maupun emak-emak genit bergincu tebal.Seperti kali ini. Risa dan Abi sedang bekerja sama membersihkan halaman rumah sekaligus rumah dinas Risa. Tembok penghubung keduanya sudah diberi pintu sehingga kalau Risa ada perlu ke rumah dinas tinggal lewat pintu penghubung gak perlu muter lagi."Dokter Abi?" sapa Susi genit."Eh, Susi." Abi berusaha bersikap ramah sedangkan Risa bersikap masa bodo."Dok, saya mau periksa dong? Saya sakit nih?""Oh maaf Sus, saya sedang tidak praktek. Ini lagi sibuk potongin rumput.""Ih ... Dokter kok gitu sih. Gak inget sama tugasnya ya?""Inget kok Sus, tugas saya jam 6 sampai jam 8. Ini sudah jam 9 kamu cari dokter yang lain saja ya. Saya sibuk."Risa tersenyum
"Kamu tambah gendut ya?""Orang setiap hari makan ya tambah gendut Lis?""Enggak kok beneran kamu tambah gendut."Risa hanya tersenyum dan melanjutkan memakan sotonya."Eh tunggu, kamu hamil ya?"Sekali lagi Risa hanya tersenyum."Serius?""Aku belum ngecek tapi aku udah telat seminggu.""Wow ... semoga jadi ya?""Amin.""Dokter Abi udah tahu?"'"Belum.""Mau bikin kejutan?""Iya.""Oke deh."Risa dan Lisa kembali melanjutkan makan sambil mengobrol.Abi memasuki kantin langganan mereka bersama Dokter Anwar dan beberapa rekan pria yang lain. Abi langsung tersenyum dan mendekati sang istri."Udah makan?""Ini lagi makan. Mas Abi mau makan apa?""Hem ... disini ada rujak gak ya?"Risa dan Lisa saling berpandangan kemudian terkikik."Kenapa?""Gak papa. Yang ada warung samping Mas. Risa pesenin ya?""Boleh. Dek kalau bisa mangganya yang banyak ya.""Oke."Risa lan
Risa tengah sibuk menyiapkan makan malam. Tak terasa usia pernikahan mereka genap satu tahun. Dan sebentar lagi rumah mereka akan ramai karena kehadiran AC junior. Iya, putra pertama mereka laki-laki rupanya.Maira dan Fatih sudah membeli pekarangan sekitar dua kilo dari rumah Abi dan sedang dibangun rumah disana. Mereka memutuskan hidup di desa agar dekat dengan sang cucu. Apalagi Fatih sudah pensiun dan kedua adik Abi kuliah di Purwokerto."Ris, kamu istirahat saja. Biar Mamah yang menyiapkan semuanya.""Gak papa Mah, lagian udah masuk HPL ini. Risa malah harus sering gerak.""Hehehe. Iyain aja deh. Mamah kan cuma IRT. Hahaha.""IRT yang banyak duitnya ya Mah, Risa juga mau kok kayak Mamah. Cuma kalau bisa nyari duit sendiri kan tambah semangat hahaha.""Duh senengnya, Syila ikutan dong.""Sini Syila bantuin Mamah bawain piring sama sendoknya.""Oke Mamah."Ketiga wanita sibuk menyiapkan hidangan makan malam yang luar biasa banyak