“Dengan kondisi Nona Son yang terluka parah, kurasa mustahil kalau Moa tak melakukan apa-apa.” Tuan Hwang meminum teh miliknya, lalu menatap cangkir yang masih berada di tangannya. “Moa … apa ia menunjukkan dirinya kemarin? Kau melihat keberadaannya?”Pertanyaan itu membuat Yooshin terdiam selama beberapa saat. Sebisa mungkin ia akan menyembunyikan soal mahluk itu kemarin untuk menghindari konflik yang semakin rumit dan juga berkepanjangan.“Tidak, Ayah.”“Aneh,” gumam Tuan Hwang. “Aku mengira kalau mahluk itu tak akan tinggal diam begitu ‘mangsanya’ tengah diganggu oleh mahluk lain. Apalagi setelah mendengar beberapa rumor yang beredar, rasanya tak mungkin jika Moa tak menyadari sama sekali kalau mahluk seperti goblin itu datang. Hanya saja … aku tak tahu harus bereaksi seperti apa nanti jika memang dugaanku itu benar, kalau Moa menolong Nona Son. Bahkan Tuan Kim juga akan kehilangan kata-kata. Karena ia … tak mungkin berterima kasih terhadap mahluk itu apalagi jika sampai harus mera
“Ingat ini, Hwang Yooshin. Membunuhmu adalah hal yang sangat mudah dan itu bisa saja aku lakukan sejak lama. Tapi apa? Nara memintaku agar tidak mengusikmu dan ia bahkan memohon agar aku tidak melukaimu meski aku ingin. Jadi, bukan kau yang melindunginya. Tapi justru gadis itulah yang melindungimu.” Yooshin menggenggam erat pedang yang masih berada di tangannya. Sejak kedatangan Moa ke sana, perasaan lelaki itu menjadi tak menyenangkan. Segala perasaan sedih, bersalah, serta menyesal kembali menggeluti dirinya. Rasanya Yooshin seperti ditampar oleh perkataan Moa.“Tuan Hwang terlihat gelisah sejak tadi. Apa ada sesuatu?”Kepala Yooshin menoleh pada Haewon yang sudah berdiri di sebelahnya. “A-ah, tidak ada.”“Anda pasti merasa bersalah sekali atas kejadian kemarin. Tapi ucapan Tuan Kim juga memang benar, kalau semua ini bukan semata-mata karena kelalaian Anda. Jika ada yang perlu disalahkan, aku rasa semua ini salahku karena saat itu hanya akulah yang berada di dekat Nona Son.”Usai
Haewon menatap pintu kamar Nara yang menutup. Sudah beberapa menit ia berdiri di sana tanpa berniat masuk ke dalam atau memanggil Yooshin yang masih berada di sana untuk meminta izin masuk. Hari sudah cukup larut jadi Haewon berpikir kalau Yooshin kemungkinan sedang tertidur di dalam sana atau meskipun lelaki itu masih terjaga, tak ada sedikit pun ia memiliki niatan untuk mengganggunya.“Nona akan baik-baik saja bersama dengan Tuan Hwang,” batin Haewon. Gadis itu menatap ke sekitar dan tak melihat siapa pun. Kemudian ia membuang napasnya pelan seraya memakaikan jangot hingga menutupi rambut dan sebagian tubuhnya, sebelum akhirnya melangkah pergi dari sana.Langkahnya sempat berhenti begitu mendengar derap langkah kaki mendekat. Gadis itu pun dengan segera berpindah ke salah satu dinding hingga dua orang lelaki benar-benar berjalan melewatinya. Penjagaan kediaman Kim Seungmo sedikit lebih ketat dari biasanya semenjak Nara jatuh sakit. Hal itu membuat Haewon semakin yakin kalau Nara aka
Sepulang dari kediaman Hwang untuk mengambil pakaian milik Yooshin, Haewon kembali menaikkan jangot miliknya dan diam-diam pergi ke sebuah tempat sepi yang ada di desa, tak jauh dari kediaman Kim.Usai berhasil menemukan sosok yang ia cari, perlahan gadis itu menurunkan jangot-nya. “Yang semalam—apa mungkin artinya Anda … tak mau membantuku?” ujar Haewon. Ia sekali lagi memastikan kalau di sekitar tempatnya berada tak ada satu orang pun yang menguping pembicaraannya.“Kau tidak perlu sampai melakukan ini, kan?” ujar Moa. “Si Tua Bangka dan anak buahnya sedang berusaha mencari—”“Apa Anda benar-benar tidak merasa kasihan pada Nona Son?” Haewon dengan segera berujar begitu Moa berniat beranjak dari posisinya. “Apa Anda … benar-benar tidak peduli?” Ia kembali berujar.“Jika si Hwang tahu kalau kau melakukan hal ini, dia akan sangat marah padamu. Tunggu saja hasil pencarian Si Tua Bangka itu dan jangan terlalu berharap padaku.”Setelahnya Moa benar-benar pergi dari sana, meninggalkan Haew
“Detak jantungnya lemah sekali.”Haewon sudah menjatuhkan tubuhnya di sebelah Nara dengan air mata yang berderai. Kemungkinan racun yang masih tersisa di tubuh gadis malang itu sudah semakin menyebar ke sebagian besar anggota tubuhnya, mengingat sang tabib juga tak bisa menghilangkan seluruh racunnya.“No-Nona … kumohon bertahanlah.” Haewon menggenggam salah satu tangan Nara yang kian dingin.“Kau tunggu di sini, aku akan memanggil tabib—” Kalimat Yooshin mendadak berhenti begitu ia baru saja beranjak dari posisinya.Menyadari hal itu pun Haewon perlahan mengangkat wajahnya dan mengikuti arah pandangan Yooshin. Tepat di sebelah pohon camelia yang ada di luar, seseorang terlihat berdiri menghadap ke arah mereka.“Mo-Moa … “ Suara Haewon nyaris tak terdengar.“Mau apa kau ke sini?” Yooshin dengan segera mencabut keluar pedangnya begitu melihat Moa yang mulai melangkah mendekat. Ia mengeratkan pegangannya dan sesekali menatap Nara yang terbaring di belakang.“Jangan harap kau bisa—”“Ak
“Jadi, Moa datang ke sini?” tanya Seungmo usai mendengarkan penjelasan dari Yooshin. Karena khawatir para pelayan lain yang ada di kamar Nara mendengar, pada akhirnya Yooshin pun memutuskan untuk berbicara di ruangan lain.“Aku tidak melakukan apa-apa selama di sini. Bahkan menyembuhkan Nona saja aku tidak bisa melakukannya.” Yooshin berujar dengan nada penyesalan.“Tidak, Yooshin. Jangan berkata seolah-olah kau tidak berguna di sini. Kau sudah banyak sekali membantu,” ujar Seungmo. Ia melirik salah satu tangan Yooshin yang sudah mengepal kuat, meremas pakaian yang dikenakannya hingga kusut.“Tapi … aku masih tidak habis pikir kalau ternyata mahluk itu bisa melakukan hal yang bahkan sebelumnya tak pernah aku bayangkan.” Seungmo melanjutkan. “bagaimana pun, sejak bertahun-tahun lamanya ia berusaha membunuh Nara dengan kedua tangannya sendiri. Tapi sekarang, semuanya seolah berbalik. Moa justru seperti mati-matian melindungi cucuku. Apa yang sebenarnya terjadi di antara mereka? Apakah p
Dengan bantuan Yooshin dan juga Haewon, Nara berhasil sampai di halaman belakang rumahnya, tempat biasa ia berlatih memanah. Rasanya sudah lama sekali ia tidak ke sana padahal hanya lewat beberapa hari saja.“Luka Anda belum sepenuhnya kering jadi mohon lebih berhati-hati dan jangan terlalu banyak bergerak untuk sementara ini. Jika Tuan Kim tahu, beliau pasti akan sangat marah,” ujar Haewon.Haewon sudah kembali bisa berujar panjang lebar yang artinya gadis itu sudah mulai menjadi Haewon yang seperti biasanya.“Kakekku sedang pergi, kan? Artinya dia tidak akan tahu,” ujar Nara dengan seulas senyuman tipis di bibirnya.“Berhentilah membuat Nona Choi kesulitan,” tegur Yooshin setelahnya.Nara kemudian terkikih, “Iya, iya, maaf. Aku hanya merasa bosan di dalam kamar dan ingin menghirup udara segar di sini. Sejujurnya aku ingin berjalan-jalan ke luar rumah tapi seperti yang Haewon katakan, luka di perutku ini sepertinya memang belum bisa diajak berkompromi. Kali ini aku mengalah,” ujarnya
“Saya turut senang begitu mendengar kabar kalau kondisi Anda sudah membaik.” Tuan Hwang berujar sesaat setelah ia menyesap teh yang sebelumnya disajikan oleh Haewon di atas meja. Kedatangannya ke kediaman Kim disambut dengan baik oleh Seungmo serta yang lain, tak terkecuali Nara. Setelah Yooshin pulang kembali ke rumahnya dan menceritakan perihal kondisi terbaru Nara, Tuan Hwang memutuskan untuk pergi ke kediaman Kim untuk menjenguk gadis itu.“Terima kasih karena Anda juga sudah meluangkan waktu untuk datang kemari. Aku juga mendengar dari Yooshin kalau Anda sudah semakin pulih,” ujar Nara dari tempat tidurnya. Semula ia hendak beranjak dari sana akan tetapi Tuan Hwang menyuruhnya agar ia tetap pada posisinya, hingga akhirnya Nara pun menyuruh Haewon dan pelayan yang lain untuk menyiapkan meja untuk Tuan Hwang di sana.“Ngomong-ngomong, saya juga berterimakasih untuk obat yang pernah Anda berikan waktu itu. Aku mendengar dari Yooshin kalau Anda sampai hujan-hujanan demi mencarinya.”