“Makasih banyak, Sa. Udah mau temenin aku makan malam,” desis Ken setelah mereka sudah kembali lagi ke halaman parkir rumah sakit.
Elsa tertegun, tumben ini anak manis banget sikapnya? Ia hanya tersenyum kemudian melepaskan seat belt-nya.
“Kenapa malah Koko yang berterima kasih? Harusnya aku dong yang terima kasih, kan sudah ditraktir makan,” Elsa tersenyum, jujur Ken makin ganteng kalau manis seperti ini sikapnya.
“Ya aku lah yang berterima kasih, kan kamu nggak jadi pulang tadi karena aku ajak makan di luar.”
“Lho tapikan ak-,”
“Bawel amat sih? Bilang ‘iya sama-sama’ gitu apa susahnya coba?” potong Ken kesal, ia menatap Elsa dengan gemas.
Elsa melonggo, baru dipuji ganteng kalau bersikap manis, kenapa dia balik rese lagi? Elsa mencebik, tangannya sudah hendak membuka pintu mobil dan kemudian menoleh, menatap Ken yang masih dengan sorot mata menyebalkan menatap dirinya
Elsa menutup pintu kamarnya, ia kembali terisak, ia sangat bersyukur mama-papa dan adiknya sudah tidur, kalau tidak pasti dia ditanya macam-macam kenapa pulang dengan mata memerah macam ini.Elsa menjatuhkan tubuhnya di kasur. Dasar Dory sialan! Dia nggak cukup hanya menghancurkan hati Elsa dan kepercayaan Elsa terhadap cinta, dan sekarang dia mau menghancurkan hidup dan masa depan Elsa juga?Berengsek!Untung ada Ken tadi, kalau tidak ....Elsa bergegas bangkit dan meraih ponsel di dalam tasnya, ia segera membuka aplikasi Wh*tsApp miliknya, hendak menghubungi Ken, tapi apakah dia sudah sampai rumah? Eh tapi dia kan ada handsfree, tentu ia bisa mengangkat panggilan darinya, bukan?Elsa dengan mantab menekan nomor Ken, berusaha menghubungi nomor itu. Lama tidak dijawab, hingga kemudian panggilan itu diangkat oleh si pemilik nomor."Iya Sa, kamu baik-baik saja, kan? Ditanya orang tua kamu, nggak? Atau aku perlu putar balik buat jelasin masalah
"Sa ... Ada yang jemput, aduh ganteng banget dia juga dokter?"Sudah dia duga bahwa mamanya akan heboh, dan dia pastikan bahwa bukan hanya mamanya, tapi juga beberapa tetangga akan heboh mengingat paras Ken yang mirip artis Taiwan itu."Dia mah bukan cuma dokter, Ma. tapi calon dokter spesialis." Jawab Elsa yang masih memulas lipbalm di bibirnya itu."APA? CALON DOKTER SPESIALIS?" hampir mamanya itu berteriak, namun untung Elsa bisa memaksanya tetap lirih dan pelan."Mama, jangan keras-keras, nanti dia denger!" Elsa mencebik, haduh tau begini dia tidak mengizinkan Ken menjemputnya."Ganteng banget? Kalian pacaran? Iya?" Tampak sang mama begitu antusias.Elsa melongo pacaran? Memang sih mereka pacaran tapi kan cuma pacar bohongan! Haduh Elsa harus jawab apa sekarang?"Bukan! Dia cuma pembimbing, Ma. Sudah ah, Elsa mau berangkat dulu!" Elsa menepis dugaan sang mama, ah rasanya setelah pulang nanti dia bakal dicecar banyak pertanyaan ole
"Pulang!" Desis Ken perlahan yang sontak dibalas anggukan kepala oleh Elsa.Elsa bangkit, mengemasi barang-barangnya dan melambaikan tangan ke beberapa temannya yang terpaku di dalam ruangan khusus untuk anak koas itu.Elsa menghampiri Ken yang berdiri dengan begitu gagah di depan pintu, kemudian melangkah mengekor di belakang Ken, meninggalkan beberapa temannya yang masih melonggo tidak percaya."Mereka pacaran?" Tanya Radit yang belum mau berkedipResiden paling ganteng di poli obsgyn pacaran sama Elsa? Eh ... tunggu! Kalau dilihat-lihat sih cocok juga mereka, Elsa cukup cantik, tidak jelek-jelek amat kalau harus bersanding dengan sosok itu."Entah, yang jelas mereka semakin hari semakin dekat," sambung yang lain sambil saling pandang.Mereka kompak angkat bahu, sementara si Cindy, nampak memanyunkan bibirnya. Kenapa residen itu malah nyantol sama Elsa? Bukan dirinya? Tampak gadis itu bersunggut-sunggut, apa bagusnya Elsa yang keturunan da
"Sausnya kemana-mana."Elsa menegang, Ken mengulurkan jemarinya untuk menyeka saus yang belepotan di sudut bibir Elsa, membuat Elsa mengangkat wajahnya dan menatap Ken dengan seksama.Apa yang membuat dia begitu lain? Biasanya mereka tidak seperti ini. Elsa masih ingat ketika mereka makan malam di restoran Korea kemarin malam. Ken masih dengan usil menjitak kepalanya sampai dua kali, bilang jangan GR tentang status pacaran pura-pura mereka, tapi kenapa sekarang ....Sebuah perkataan sosok itu masih terngiang di pikiran Elsa, perihal apa yang diucapkan Ken beberapa saat yang lalu.'Daripada kita pacaran bohongan, kenapa nggak pacaran betulan saja?'Ah ... Apakah kepala Ken habis terbentur? Sampai kemudian berkata demikian? Atau bagaimana? Elsa tertegun, menundukkan wajahnya ketika mata mereka masih saling menatap begitu dalam."Sa, soal ucapanku tadi ....""Hanya bercanda, kan?" Potong Elsa dengan jantung berdegup kencang.Ken s
Ken melepaskan pagutan bibir mereka, posisi mereka sudah cukup mengkhawatirkan. Ia nampak menindih tubuh mungil itu dibawah tubuhnya, dan Ken berani bertaruh bahwa Elsa menyadari sesuatu dari dirinya yang menyembul di balik celana scrubnya itu.Wajah Elsa nampak memerah, begitu menggemaskan luar biasa dengan bibir sedikit bengkak. Kalau saya tadi bapak Elsa tidak menintipkan dan berpesan pada Ken untuk menjaga gadis ini, rasanya Ken ingin melucuti pakaian Elsa dan langsung menhujamkan miliknya kedalam inti tubuh gadis yang dulu sangat menyebalkan ini.“Entah sejak kapan, aku sendiri juga tidak tahu, Sa. Yang jelas rasa itu tumbuh dan berkembang untukmu, aku jatuh cinta padamu,” desis Ken sambil kembali meraup bibir itu.Rasanya sungguh benar-benar manis dan memabukkan, membuat Ken makin gila. Hasrat itu sudah meronta-ronta, Ken segera melepaskan pagutan bibirnya, mencoba menghentikan gelayar dan gelora itu perlahan-lahan.“Jika kamu bers
"Stase apa setelah ini? Yang paling perlu di waspadai itu stase bedah, residen nya buaya semua itu. Mau yang lajang, beristri, semuanya sama, buaya darat!""Ingat, awas aja kalau ada residen rese yang berani godain kamu ntar. Nggak boleh genit sama residen mu, jangan dikira kita beda poli lantas aku lengah, ya?"Elsa mengerucutkan bibirnya, perhari ini dia sudah lulus dari stase obsgyn. Siap pindah ke stase lain meneruskan perjuangannya kepaniteraan klinik guna meraih cita-citanya. Namun bukannya memberi selamat, sang kekasih hati malah menceramahi Elsa panjang kali lebar, tampak Ken sangat tidak suka jika Elsa harus lulus dari stase obsgyn."Nggak percayaan banget sih jadi orang?" Elsa mencebik, memangnya dia apaan main Genit-genit sama laki-laki lain?"Bukan begitu, kenapa sih kamu nggak paham-paham?" suara Ken meninggi, untung mereka sedang ada di apartemen Ken, jadi bebas lah kalau Ken mau teriak-teriak sekalipun."Paham apa l
“Sudah ada bukaan?” tanya dokter Tjandra pada Ken yang tampak melepas handscoonnya.“Sudah, baru tiga, Dok.”Tampak dokter Tjandra menggangguk pelan, “Berarti masih aman ya? Saya tinggal dulu.”Ken sontak mengumpat dalam hati. Kebiasaan para konsulen pasti seperti ini. Itu artinya Ken harus stand by terus sampai kemudian pasien bukaan lengkap, sementara sosok itu entah hendak kemana. Sungguh masa residensi di Indonesia ini sebagian besar memang tidak begitu sehat.Ken hanya bisa menghela nafas pasrah, menjatuhkan diri di sebuah kursi lantas merogoh iPhone miliknya di dalam saku. Siapa lagi kalau bukan Elsa yang hendak dia hubungi? Sebenarnya Ken ini ke rumah kekasihnya itu, meminta maaf perihal apa yang sudah terjadi tadi. Dia tahu Elsa marah dan kecewa kepadanya, hal itu lah yang kemudian membuat Ken sama sekali tidak tenang dan ingin pergi ke rumah Elsa guna meminta maaf.“Nomor yang Anda hubungi sedang s
“El, bangun! Ada panggilan dari rumah sakit, kenapa ponselmu kamu matikan?”Elsa lamat-lamat mendengar suara itu, sejenak ia mencerna apa yang dia dengar. Apakah dia mimpi? Tapi ketukan bertubi-tubi di pintu kamarnya membuat Elsa akhirnya membuka matanya dan mencoba menyadari bahwa semua ini bukanlah mimpi dan halusinasi.“El, cepetan bangun, takutnya pasien kamu makin parah!”TUNGGU!Panggilan rumah sakit apaan? Ia sudah selesai koas di stase obsgyn dan besok baru masuk stase baru, dan ini dia ada panggilan? Panggilan apa? Elsa sontak bangun, membuka pintu kamar dan mendapati sang mama sudah berdiri di depan pintu kamarnya.“Panggilan rumah sakit apaan sih? Dari mana Mama tahu?” tanya Elsa sambil menguap, mumpung bisa tidur malam, kan? Besok rasa-rasanya dia sudah harus kembali sibuk lagi di rumah sakit.“Tuh dokter Ken di depan. Cepetan, nanti pasienmu kenapa-kenapa bisa gawat, El.” Tampak wa