Tuan Besar pasti akan mengakui cucunya itu. Bagaimana tidak, Maximillian Qin hanya memiliki keturunan dari wanita itu.
Di dalam kapal laut, ponsel Jay berdering dan itu adalah panggilan dari Tuan Besar.
"Ya, Tuan."
[Setelah menemukan mereka, bawa mereka ke hadapanku sesegera mungkin!]
"Baik, Tuan!"
Lalu, sambungan telepon diputus. Jay berharap, kehadiran Madeline dan putranya mampu menyembuhkan Tuannya.
***
Madeline melangkah masuk ke dalam lobi hotel milik Keluarga Qin. Tempat di mana dirinya pertama kali bertemu dengan Maximillian Qin. Apakah dirinya ingin bernostalgia? Benar, Madeline merindukan tempat ini. Merindukan pria brengsek itu.
Berdiri di depan meja resepsionis, Madeline memesan kamar. Tentu saja, kamar standar bukan kamar tipe mahal. Itu disesuaikan dengan uang yang ada dalam dompetnya.
"Ini kartu kamar Anda, Nona Madeline."
Madeline menerima kartu itu dan menuju ke lantai di m
Madeline menggandeng lengan Max dan mereka meninggalkan hotel, menuju ke rumah besar.Di dalam perjalanan, Madeline menggenggam tangan Max dengan tatapan yang terus menatap wajah pria itu."Sudah berapa lama dia seperti ini?" tanya Madeline pelan."Semenjak Nona pergi, sikap Tuan mulai berubah," jawab sang pengawal yang mengemudikan mobil."Apakah ayahnya tidak melakukan apa pun?" tanya Madeline kembali."Sudah banyak Dokter handal yang diterbangkan kemari untuk memeriksa Tuan. Namun, kesehatan Tuan semakin memburuk."Setelah itu, mereka tidak lagi berbicara. Madeline selalu menatap wajah pria itu, tetapi Max selalu menatap kosong keluar jendela mobil.Mobil berbelok masuk, melewati gerbang utama kediaman besar Keluarga Qin. Madeline sudah pernah sekali datang ke rumah ini, saat masih menjadi sekretaris pria itu.Mobil berhenti di depan gedung bergaya Eropa dan mereka turun. Madeline ma
Satu bulan, ya satu bulan Madeline berada di sisi Max. Rutinitas mereka setiap hari adalah melakukan konseling dan beberapa perawatan lainnya. Saat malam tiba, Madeline akan tidur di samping pria itu, menemaninya.Sesekali saat Madeline berbicara, Max akan menatap dirinya. Namun, hanya sesekali.Setelah pertimbangan yang matang, Madeline memutuskan untuk membawa Max junior ke tempat ini.Hari itu pun tiba.Bibi Lian datang bersama dengan Max junior, semua tranportasi diatur oleh Robert Qin."Mommy!" panggil Max junior saat bertemu dengan Madeline.Madeline memeluk putranya itu dan mendaratkan kecupan bertubi-tubi di wajah tampan itu."Apakah Bibi lelah?" tanya Madeline dengan Max junior sudah berada dalam gendongnya."Tidak, tidak," jawab Bibi Lian yang sibuk menatap ke sekeliling rumah mewah ini."Mari saya antar ke kamar Anda, Nyonya," pinta salah seorang staff kepada Bib
Keluarga Qin, menguasai bisnis perjudian dari generasi ke generasi. Selain itu, Keluarga Qin juga menguasai bisnis di bidang lainnya, seperti rumah sakit, pusat perbelanjaan dan perhotelan. Beberapa anggota Keluarga Qin juga terlibat dalam pemerintahan.Dapat dibilang, Keluarga Qin adalah keluarga terpandang dan terhormat di negaranya.Hanya ada satu rahasia, yang membuat Keluarga Qin dapat semakin berjaya di setiap generasinya. Rahasia itu adalah kesetiaan. Keluarga Qin hanya mengakui pewaris dari hubungan yang sah. Itu artinya, tidak ada celah bagi mereka yang tamak untuk merebut warisan atau pun jabatan. Semua sudah ditetapkan pada saat pewaris menikah dan melahirkan calon pewaris berikutnya.Robert Qin, generasi ke-10 dari Keluarga Qin, harus menunggu 20 tahun untuk mendapatkan pewaris sah. Robert Qin menikah dengan Anya Chai, putri dari hakim kota. Selama 20 tahun menjadi seorang istri, dirinya telah mengalami 5 kali keguguran.Di
Madeline menatap keluar jendela rumah kecil dan sederhana, milik neneknya dulu. Dirinya menghela napas dengan berat, meratapi kehidupannya yang berubah 360°. Pernikahannya selama 5 tahun, akhirnya kandas. Itu karena emosi sesaat, di mana dirinya menuntut cerai tanpa pikir panjang dan menolak semua kompensasi dari mantan suaminya itu.Saat ini, barulah dirinya menyesal. Benar, bukan menyesal karena perceraian, tetapi karena bodoh menolak harta dari suaminya. Madeline Lu adalah menantu keluarga Kang, keluarga kaya yang memiliki bisnis travel. Suaminya, tepatnya mantan suaminya adalah putra tunggal dan pewaris bisnis keluarga itu. Namun, mantan suaminya itu sangat penurut kepada sang ibu, sebenarnya itu bukanlah hal yang buruk. Namun, mantan suaminya adalah anak mami tulen. Semua hal yang berhubungan dengan mantan suaminya diatur oleh sang ibu, bahkan setelah mereka menikah.Dulu, Madeline mengenal suaminya saat dirinya bekerja di salah satu Bank swasta ternama di kota. Saa
TOK TOK TOK!Madeline terkejut, saat pintu depan rumah mungil ini diketuk dengan begitu kasar. Buru-buru, Madeline berjalan ke arah pintu dan membukanya.Bruk!Mantan suaminya, ya Madeline begitu yakin pria itu sudah menjadi mantannya, tersungkur di depan kakinya dengan wajah babak belur. Di belakangnya ada beberapa pria berbadan kekar dengan pakaian serba hitam."I-ini istriku! D-dia mencuri semua uangku dan melarikan diri! Uangku ada padanya!" ujar David Kang terbata-bata dan menunjuk ke arahnya."Serahkan uang itu!" perintah satu pria bertubuh kekar yang melangkah masuk ke dalam rumah mungil ini.Madeline mundur teratur dan otaknya berusaha mencerna apa yang sedang terjadi."K-kita sudah bercerai!" seru Madeline."Serahkan uangnya!" perintah pria itu sekali lagi."A-ku tidak mengerti apa maksud Anda!" ujar Madeline."BRENGSEK! KELUARKAN UANG YANG KAMU BAWA LARI!
"Ehm! Benar, Tuan."Pria itu menjawab sambil menundukkan kepalanya. Madeline ikut menunduk, bahkan tanpa sadar kakinya mundur satu langkah.Maximillian berdiri dari duduknya dan memberikan kode agar wanita-wanita itu keluar dari ruangan ini. Ketiga wanita itu patuh dan mengambil pakaian mereka yang berserakan di lantai, lalu keluar dari ruangan ini.Pria itu masih menundukkan kepala, saat Tuannya berjalan melewatinya menghampiri Madeline.Max berdiri di hadapan Madeline dengan tatapan malas. Kedua tangannya dimasukkan ke dalam saku celana."Sudah berapa lama kamu bekerja untukku, Jay?" tanya Max kepada pria itu."Ehm, sudah hampir 5 tahun, Tuan!" jawab pria itu masih menundukkan kepala."Jadi mengapa kamu membawa wanita seperti ini ke hadapanku?" tanya Max sambil menendang pelan karpet dengan sepatu kulit aslinya."Ehm, karena David Kang tidak dapat melunasi hutangnya, jadi–""Jadi, k
Ruangan yang dibersihkan tadi adalah ruang tamu. Sofa mewah berada di tengah ruangan dengan perapian digital di depannya. Ada juga televisi layar datar begitu besar, yang tergantung di dinding. Tirai tebal berwarna merah tua tertutup rapat.Madeline berjalan ke arah tirai dan menariknya hingga terbuka. Tatapannya silau, karena sinar mentari yang menembus kaca jendela raksasa itu. Hal itu membuat Madeline merasakan hangat dan suasana hatinya sedikit membaik.Dirinya berbalik dan menatap ruangan ini yang suasananya berubah, menjadi lebih hangat. Lalu, Madeline berjalan ke arah belakang yang ternyata terdapat dapur dan meja makan besar berwarna hitam.Madeline melangkah ke arah dapur yang begitu lengkap dan bersih. Memeriksa isi lemari dan kulkas. Seperti perkiraannya itu kosong, tanpa bahan makanan apapun. Dirinya mengambil sebotol air mineral dari kulkas dan meneguknya.Kemudian meninggalkan dapur dan berjalan ke pintu yang ada di ruang
Selain wanita yang bergelantungan di tiang, ada juga yang duduk di sofa menemani para pria, termasuk Maximillian Qin.Max menatap ke arah Madeline dan tatapan mereka bertemu. Max memintanya ke tempatnya dengan anggukan kepala, Madeline patuh dan berjalan ke arah di mana pria itu duduk.Musik di ruangan ini tidak terlalu kencang dan apa yang dibicarakan para pria itu dapat terdengar jelas. Mereka sedang membahas tubuh para wanita yang duduk di samping mereka. Tidak hanya itu, mereka juga menyentuh setiap bagian yang dibicarakan dan tertawa keras.Madeline mulai merasa mual. Wanita tidak ada harga di depan pria hidung belang tersebut."Bersihkan itu!" perintah Max sambil menaikkan satu kakinya ke atas meja.Madeline terpaku saat menatap sepatu kulit berwarna hitam itu sedikit bernoda. Sepertinya terkena tumpahan anggur."Max, apakah kamu sudah berganti selera?""Benar! Sejak kapan kamu suka wanita gemuk?"