Suasana di sana menggambarkan peperangan, begitu banyak mayat bergelimpangan di mana-mana, tempat yang dulunya indah kini berubah seperti neraka.
Gadis itu berlari cepat dengan sisa-sisa tenaga yang dia punya, seluruh tubuhnya terasa sakit. Begitu banyak luka dan kini energinya perlahan menipis, dia tidak peduli dia tetap berlari ke sebuah tempat yang menjadi sumber peperangan.
Di sana dia melihat seorang pemuda tampan yang sudah sekarat dan tergeletak di tanah. Gadis itu dengan cepat berlari dengan sisa kekuatan yang dia miliki, dia sudah menangis dengan kuat kala melihat keadaan si pemuda yang begitu parah.
"Kau tidak boleh mati," ucap sang gadis sambil memeluk erat tubuh pemuda yang sudah sekarat itu. "Aku tidak mengizinkanmu untuk itu," sambungnya sembari terisak pelan.
Si pemuda perlahan membuka matanya, dia menatap wajah cantik wanita yang sangat dia cintai, wanita yang selalu bertahta dihatinya. "J-jangan m-menangis, kau tidak lag
Ketika Mikaila melangkahkan kakinya ke dalam mansion Deorwine, dia sudah menarik banyak perhatian. Bagaimana tidak? Mikaila sangatlah cantik dengan gaun berwarna merah maroon yang sudah dia rancang sendiri.Ditambah kini Mikaila datang dengan tiga orang pria tampan yang sudah menjadi incaran gadis-gadis yang ada di kerajaan ini.Berbagai macam tatapan diterima oleh Mikaila, mulai dari terpesona, kagum, iri bahkan mencemooh. Akan tetapi Mikaila tidak memperdulikan tatapan mereka semua, terlalu memikirkan pandangan orang lain terhadap kita itu hanyalah buang-buang waktu untuk menikmati hidup.Dia segera menghampiri Serena, bintang utama dalam pesta kali ini."Lady Serena, selamat ulang tahun,", ucap Mikaila sambil memberikan sebuah hadiah yang sudah dia siapkan untuk Serena kemudian disusul oleh pemberian hadiah dari Anhard, Xavier dan Casis."Terima kasih Lady Mikaila, saya benar-benar senang akhirnya anda datang." Sere
"Ini memang cap asli milik keluarga Arundell," aku Mikaila dihadapan semua orang.Semua orang yang ada di sana mulai berbisik-bisik heboh. Apakah Mikaila ini gila? Apakah dia akan mengakui kejahatannya dihadapan umum? Sangat sulit untuk dipercaya!Sedangkan Helena sudah tertawa keras dalam hati.Mikaila tetap tenang dia tidak memperdulikan orang-orang yang sudah menghakiminya secara terang-terangan. "Tapi Lady Helena, sejak kapan tulisan tangan saya berubah?" tanya Mikaila pada Helena yang masih bersimpuh dihadapannya.Gadis cantik berambut pirang itu tersenyum sinis, dia sekarang percaya bahwa Helena benar-benar idiot. Ingin menjebaknya, akan tetapi caranya kurang.Wajah Helena pucat, dia ingin berbicara tapi rasanya sedikit sulit. Otaknya mendadak blank."Lady Helena, bukankah selama beberapa hari terakhir ini anda sering pergi ke mansion Arundell? Kita tidak pernah tau bukan apa yang anda lakukan di sana." Mikaila
Tubuh Mikaila terasa lemas, wajahnya pucat. Dia menatap kalung berbentuk bunga mawar yang ada di leher Helena. Ini terlalu gila, kekuatan hitam itu begitu kuat. Sehingga membuat Mikaila yang belum mengaktifkan elemen sihir cahayanya secara penuh merasa kesulitan.Sedangkan Helena tiba-tiba saja sudah pingsan, dan membuat semua orang yang ada di sana panik seketika.Carlos yang berada di dekat Helena, dengan sigap langsung menggendong wanita itu dan membawanya pergi dari sana.Semua orang yang ada di sana berbisik-bisik, bingung dengan wajah Mikaila yang begitu pucat dan Helena yang tiba-tiba saja pingsan."Karena pesta hari ini nampak kacau, saya meminta maaf yang sebesar-besarnya kepada kalian dan pesta ini bubar!" Serena berkata dengan lantang akan tetapi tetap sopan.Para bangsawan yang tau akan situasi dan segera pergi dari sana.Hanya tersisa, Serena, Leonard, Mikaila, Anhard, Casis dan Xavier di sana. 
Tubuh Serena seakan kaku, dia segera berbalik dan menatap Leonard dengan tatapan yang sulit dipercaya.Dia tidak menyangka bahwa Leonard, seorang lelaki yang telah dia cintai selama 9 tahun akan mengatakan hal itu.Siapapun tolong, tolong beritahu Serena bahwa hal yang dia alami saat ini bukanlah mimpi."A-anda menerima saya, Yang Mulia?" tanya Serena yang masih belum percaya."Tidak," jawab Leonard dengan datar.Jawaban yang keluar dari mulut Leonard membuat senyum Serena luntur seketika. Dia harusnya tau, bahwa Leonard tidak mungkin membalas perasaannya."Tidak salah lagi, maksud saya," lanjut Leonard dengan jahil.Serena menatap Leonard dengan kesal, mengapa juga lelaki yang sering terlihat dingin seperti Leonard bertingkah menyebalkan dihadapannya."Jadi ... anda menerima atau menolak saya Yang Mulia, tolong jangan mempermainkan saya seperti ini." Serena berkata dengan serius.
Suara tamparan itu menggema begitu keras dalam suatu ruangan, Kevlan menampar Evands dengan kuat, sehingga meninggalkan jejak kemerahan di wajahnya yang tampan."Evands Arundell! Kau tau apa yang kau lakukan saat ini? Kau membuat malu keluarga Evands! Apa kau paham bahwa perilakumu dapat memunculkan gosip dan membuat nama keluarga kita menjadi jelek?" Kevlan berteriak dengan marah, dia menatap putra ketiganya dengan tatapan tajam."Kau menodongkan pedangmu pada Mikaila, dihadapan semua orang demi orang luar. Apa kau tau itu akan membuat orang-orang berpikir bahwa keluarga kita begitu buruk? Mengancam keluarga sendiri demi orang luar," lanjutnya sekali lagi. Dia tidak pernah tau, bahwa putranya akan bertindak begitu gegabah hari ini. Meskipun dia tau bahwa Evands adalah orang yang berpikir pendek, akan tetapi dia tidak tahu bahwa Evands akan begitu bertindak bodoh."Helena bukanlah orang luar Ayah! Ayah sendiri yang mengatakan kepada kami bahwa Helena
Carlos menatap tumpukan kertas dihadapannya dengan pandangan muram, sedari tadi pikirannya terus tertuju pada Mikaila. Dia tersenyum sinis, dia pikir cara Mikaila memutuskan pertunangannya hanya untuk menarik perhatiannya.Dalam otak Carlos, saat ini Mikaila hanyalah sedang marah karena dia mengusirnya di istana beberapa bulan lalu. Dan inilah cara Mikaila untuk merajuk, Mikaila itu gila pasti dia memakai cara seperti ini untuk membuat Carlos menatapnya, bukan?Baiklah, kita lihat nanti. Pasti tak lama lagi dia akan datang dan meminta maaf kepadanya, kemudian dia pasti akan meminta untuk ditunangkan kembali. Setelah itu, Carlos akan berbaik hati untuk memaafkan gadis gila itu.Tok tok tokPintu diketuk dari luar, Carlos menyuruh ajudannya untuk melihat siapa yang mengetuk pintu kamarnya.Tak lama, muncul seorang pelayan dan masuk ke dalam kamar Carlos bersama ajudannya."Ada apa?!" Carlos bertanya dengan nada
Tubuh Kevlan serasa lemah. Mengapa? Mengapa kata-kata Mikaila barusan bisa berefek begitu kuat terhadapnya? Rasanya benar-benar sakit. Hatinya terasa dicabik-cabik.Otak Kevlan seketika blank. Kata 'benci' yang keluar dari mulut Mikaila, masih terngiang-ngiang di telinganya. Tanpa sadar ingatannya kembali mengingat kejadian Mikaila yang masih mengejar kasih sayangnya.Seorang gadis kecil yang setiap harinya akan berdiri di depan pintu kamarnya hanya untuk menyapanya."Ayah, selamat pagi. Aku sayang Ayah."Atau ... ketika dia meminta untuk dipeluk, karena iri melihat anak seusianya dipeluk oleh orang tuanya."Ayah? Kapan Ayah akan memelukku? Aku hanya ingin merasakan pelukan Ayah, dari dulu ... Ayah tidak pernah memelukku. Teman-temanku sering dipeluk oleh Ayahnya, Carlos juga. Aku juga ingin seperti mereka Ayah.""Apakah anak sial sepertimu pantas berharap dipeluk olehku? Pergilah pembunuh, semakin aku melihatmu semak
Mikaila menunggu di depan sebuah taman, bersama Marry. Tadi dia segera berteleportasi ke ruangan Marry dan membawa pelayannya itu segera pergi dari sana. Tak lupa, dia juga mengabari Xavier mengunakan alat sihir yang diciptakan oleh Anhard waktu itu, agar tempat pertemuan mereka pindah.Cukup lama Mikaila menunggu, tak lama Xavier datang menggunakan kereta kudanya.Pria tampan itu segera turun dari kereta, rambut peraknya terlihat begitu indah saat terkena sinar matahari Sore. Dengan langkah cepat, dia segera menghampiri Mikaila."Maaf sudah membuat anda menunggu, mari kita pergi Lady," ajak Xavier tanpa basa-basi lebih lanjut.Tatapan mata Xavier tanpa sadar memperhatikan Mikaila dari atas sampai bawah.Saat ini, Mikaila mengenakan gaun yang cukup terbuka, sehingga dibagian atas dadanya sedikit terlihat. Karena dia buru-buru pergi dari rumah, dan terlanjur emosi, Mikaila tidak memperdulikan gaun yang saat ini ia kenakan. Ya