Setelah keluarga Satalia di masukkan ke dalam penjara, acara pertunjukan bakat dibubarkan. Para bangsawan diminta untuk kembali ke kediaman mereka masing-masing. Dan raja juga menjadikan keluarga Satalia sebagai contoh untuk mereka agar tidak menggunakan sihir hitam, dan menjual jiwa kepada iblis.
Mikaila saat ini sedang dalam suasana hati yang baik karena berhasil membongkar kebusukan keluarga Satalia dihadapan semua orang, tinggal satu langkah lagi, permainan balas dendam ini benar-benar selesai.
"Mikaila, tunggu!" Sebuah suara berhasil menghentikan langkah Mikaila yang ingin pergi ke rumahnya. Dia membalikkan tubuhnya, kemudian dia melihat mantan keluarganya kini tengah menghampirinya.
Gadis itu mendengkus, Mikaila hanya menatap mereka dengan tatap datar seperti biasa.
"Mikaila, tidak mau kah kau kembali ke kediaman Arundell? Biar bagaimanapun itu adalah rumahmu, dan kamu masihlah putri bungsu keluarga Arundell." Kevlan berkata
Mikaila merasakan punggung belakangnya terasa nyeri karena Carlos mendorongnya sampai membentur tembok barusan. Dia baru merasakan sakitnya sekarang."Ssh sial, pria itu benar-benar sudah gila, dia bahkan hampir saja melakukan pelecehan terhadapku. Sungguh sudah kehilangan akal," monolog Mikaila sambil membuka bagian atas gaunnya.Dia membalikkan tubuhnya membelakangi cermin, untuk melihat apakah punggung belakangnya terluka atau tidak.Dan benar saja, punggung belakang Mikaila terdapat luka memar yang sudah membiru."Marry, tolong bawakan obat untuk menyembuhkan luka memarku," panggil Mikaila kepada pelayannya."Baik nona, tunggu sebentar," kata Marry yang baru saja masuk ke dalam kamar Mikaila, setelah itu dia pergi ke ruang persediaan obat, dan kembali dengan obat herbal yang berada di tangannya."Bantu aku untuk mengoleskan obat itu," pinta Mikaila meminta bantuan.Tak perlu disuruh dua kali, Ma
Mikaila sedikit kaget dengan kedatangan Casis yang tiba-tiba, kini pria itu tengah berdiri di depan rumahnya. Dia berjalan mendekati Casis. "Yang Mulia, ada keperluan apa anda kemari?" tanya Mikaila tanpa basa-basi, ataupun salam penghormatan. Hanya ada mereka berdua di sini, jadi Mikaila tidak perlu repot-repot bersikap formal, dihadapan pria itu.Casis tersenyum manis, dia sama sekali tidak tersinggung dengan ekspresi Mikaila yang jauh dari kata ramah. "Tidak ada, hanya ingin memastikan bahwa keadaan anda tetap baik-baik saja, Lady." Casis menjawab santai, senyumnya tidak pernah luntur dari wajahnya yang sangat tampan sekaligus cantik itu.Mikaila hanya memutar bola matanya malas, dia sudah tidak heran dengan sikap blak-blakan Casis."Anda darimana saja? Saya menunggu di depan rumah anda sedari tadi tapi tidak ada siapa-siapa?" tanya Casis ingin tahu."Ada urusan yang harus saya selesaikan," jawab Mikaila seadanya. Dia tidak ingin jujur, bah
Mikaila masuk ke dalam kamarnya, otaknnya sedari tadi terus berpikir keras untuk memahami apa yang Casis katakan. Ada banyak hal yang tidak dia pahami, salah satunya, mengapa Casis terkesan begitu misterius? Dia seakan-akan mengetahui segalanya. Dia mengetahui hal-hal yang bahkan ia sendiri pun tidak mengetahuinya. Casis begitu hebat karena telah bersembunyi terlalu jauh dengan topeng konyolnya selama ini.Siapa Casis sebenernya? Dan mengapa tingkahnya seakan-akan, bahwa Casis telah menengal ia sejak lama? Memikirkan Casis, lama-lama membuat ia menjadi gila.Mikaila menatap dirinya di cermin sebentar, kemudian ia membuka gaun bagian atasnya secara perlahan, dan terlihat kulit putih mulus miliknya. Dia memandangi tanda lahir bulan berbentuk bulan sabit di pundak sebelah kirinya. Dia mengelus tanda itu dengan gerakan pelan. Dia masih bertanya-tanya, mengapa Casis bisa tahu bahwa suatu saat Mikaila akan memiliki tanda lahir ini? Orang itu ... sangat sulit untuk dime
Hari ini adalah hari ketiga perayaan kerajaan. Acara kali ini, adalah pertunjukan kekuatan antar keluarga bangsawan.Mikaila duduk dengan tenang, sambil menatap bosan pada dua orang yang tengah saling bertarung dalam unjuk kekuatan. Dua orang yang tengah bertarung itu adalah Vincent dari keluarga Marques Houston, dan Philips dari keluarga Count Zereon. Nampaknya, kekuatan mereka setara. Sedari tadi belum terlihat siapa yang menang dan yang kalah."Lady, bagaimana menurut anda? Siapa yang akan menang antara Vincent dan Philips? Kalau saya pribadi, saya merasa Philips yang akan menang, serangannya begitu hebat dan beberapa kali membuat Vincent kewalahan," kata Xavier seraya menatap fokus pada dua orang yang masih bertarung itu."Menurut saya pribadi, yang akan menang adalah Vincent, meskipun dia sedari tadi hanya menghindar, tapi perlu diketahui itu hanyalah taktik membuat musuhnya kewalahan. Saya sudah membaca gerakan Vincent sedari awal. Anda lihat,
Irene menatap was-was, pada Carlos yang saat ini tengah mencoba untuk menghancurkan kalung yang dibawa oleh Leonard. Jika anak itu, tidak bisa menghancurkan kalungnya, dia tahu bahwa kehidupannya sudah benar-benar berakhir."Tuan, apa yang harus saya lakukan Tuan, bisakah anda menolong saya?" Saat ini, Irene sedang mencoba melakukan telepati melalui pikiran dengan Tuannya, biasanya Tuannya akan segera menjawab saat dia membutuhkan bantuan.Selama beberapa saat Irene menunggu. Tapi, Tuannya belum menjawab juga. Irene semakin cemas."Tuan, anda di mana? Dapatkah anda membantu saya?" Irene mencoba melakukan telepati sekali lagi, tapi itu tetap saja gagal.Tanpa Irene sadari, alasan dibalik dia gagal melakukan telepati karena Mikaila, gadis itu sudah memperlihatkan gerak-gerik Irene sedari tadi, makanya, dia menggunakan sihir cahayanya untuk menghentikan Irene meminta bantuan pada
"Mohon maaf Yang Mulia Raja sebelumnya, tapi saya ingin memberikan kesaksian." Xavier tiba-tiba saja masuk ke tempat pertandingan. Dia sedikit membungkuk hormat pada sang raja. Matanya melirik sekilas pada Irene yang duduk di kursi khusus singgasana ratu. Kedatangannya, menghentikan perdebatan tentang Carlos yang tidak memiliki kekuatan.Semua orang yang ada di sana, kecuali Mikaila dan tim nampak sedikit bingung dengan Xavier yang tiba-tiba saja datang. Kira-kira kesaksian apa yang ingin diberikan oleh Grand Duke Xavier?"Kesaksian apa yang ingin anda sampaikan, Grand Duke?" tanya Petricio sambil menatap penuh, pada Xavier yang kini sudah berdiri tegap."Saya ingin memberikan kesaksian bahwa Yang Mulia Ratu Irene, adalah orang yang telah membunuh kedua orang tua saya, menggunakan sihir hitam. Dan itu juga yang menyebabkan Pangeran Carlos tidak memiliki kekuatan, karena pengguna sihir hitam, hanya bisa memiliki ana
Mikaila masih memeluk erat tubuh Theo, dua manusia yang dipisahkan selama ribuan tahun itu akhirnya dipertemukan kembali.Dia tidak menyangka, bahwa setelah peperangan besar itu terjadi Mikaila masih bisa bertemu Theo, dia masih bisa memeluknya dengan erat seperti ini. Mikaila takut, takut bahwa sosok lelaki yang sangat tampan dihadapannya ini tidaklah nyata."Aku merindukanmu." Theo berkata dengan suara lirih, pelukannya pada Mikaila semakin mengerat. Dia menghirup bunga Lavender kesukaannya dari tubuh Mikaila dengan rakus, bau lavender dari tubuh Mikaila yang dari dulu telah menjadi candunya selama ini."Ya, aku pun merindukanmu, sangat," balas Mikaila dalam dekapan Theo.Cukup lama mereka berpelukan, akhirnya mereka melepaskan pelukan mereka.Mikaila dan Theo yang melihat keadaan semakin kacau, segera bertindak.Mikaila mengeluarkan kekuatan cahayanya, lalu dia dengan mudah menghancurkan semua para pengikut kegelap
"Alat pengendali alam kegelapan itu ada padamu, bukan? Sebelum peperangan besar waktu itu, kau mencurinya dariku. Sehingga aku harus mati dan jiwa, kekuatan juga ingatanku terpecah menjadi 3 bagian dan tersegel selama seribu tahun!" Theo berkata dengan nada dingin. Pada mulanya dia dan Javis—Raja Iblis bersahabat. Namun, siapa yang tahu pada akhirnya Javis mengkhianatinya, dan mencuri alat pengendali alam kegelapan darinya.Alat pengendali alam kegelapan sendiri adalah salah satu inti dari kekuatan Theo, jika alat pengendali alam kegelapan tidak ada bersamanya, maka kekuatannya akan melemah dan mudah dikalahkan."Dan juga, peperangan besar waktu itu kau yang menjebakku bukan? Kau tahu Dewi Cahaya dan aku sebagai Dewa Kegelapan tidak bisa bersatu, kau malah mengadukan semuanya pada Dewa agung dan memfitnah bahwa aku akan memberontak pada Dewa agung!" lanjut Theo sekali lagi.Memang, hubungan antara dia dan Mikaila ditentang keras oleh Dewa