Setelah menerima tugas dari Fidelis, Nina terpaksa menjalani pembelajaran tentang menyempurnakan arwah dan kematian yang tidak wajar dari Oliver. Elba lebih pada mempelajari bagaimana kisah dan kasus yang telah terjadi sebelumnya. Keduanya telah menyanggupi menjadi pembasmi iblis kaki tangan Lux. Elba dan Nina berangkat menuju ke Amerika sebulan kemudian. Arizona, tepatnya, memiliki sebuah kota kecil yang disebut dengan City of Dead. Setelah mencapai perbatasan, keduanya berhenti sembari mengumpulkan informasi terkini dari Fidelis.
Nina menutup bagasi dan melenggang dengan santai masuk ke dalam kedai kopi. Elba sudah memesan kopi untuk mereka berdua. Pria itu terlihat menikmati pie hangat ketika Nina masuk untuk bergabung. Nina bisa mencium aroma nikmat yang menguar dari mangkuk pie.
“Ini yang terbaik. Rekomendasi yang tepat dari seorang Oliver,” cetus Elba menyorongkan pada Nina. Gadis itu mengambil garpu dan memotong bagian pinggir. Elba benar. Lezat dan
Mereka bergegas mengikuti remaja yang bernama Neil dengan berjalan kaki. Rumah yang dimaksud tidak begitu jauh. Nina tiba lebih dulu dan melihat seorang wanita yang mungkin ibunya menangis di depan sosok gadis muda yang gantung diri di teras. Lidahnya terjulur sementara dahinya tergores dengan luka menganga berbentuk salib terbalik.Elba menurunkan gadis itu dengan lembut. Tubuhnya yang tinggi memudahkan untuk menggapai jenazah yang telah kaku tersebut. Easton menerima dan menahan sementara Elba melepas tali yang menjeratnya. Setelah terlepas, Elba menggendong ke dalam dan meletakkan gadis malang itu di sofa.“Sempurnakan kematiannya dengan doa,” bisik Elba pada Nina.“Mintalah pada Easton atau ibunya,” tangkis Nina dengan kesal. Elba menghela napas. Nina sudah menerima semua ajaran dari Oliver namun tampak masih risih dan sungkan.“Mereka tidak mengetahuinya, Nina,” bisik Elba kembali. Nina melihat dengan jelas bahwa arwah gadis itu terpaku dalam kebingungan
Keduanya terdiam selama perjalanan menuju motel terdekat yang terletak di perbatasan kota. Elba masih tampak marah dan Nina menyimpan emosi yang sama. Ketika tiba di motel keduanya masuk kamar masing-masing tanpa mengucapkan kata sedikit pun.Nina menyegarkan tubuhnya dengan siraman hangat air shower. Pikirannya begitu kalut dan ia tidak suka dalam situasi terintimidasi. Nina menjadi lepas kendali dan bertindak gegabah.“Bastard!” teriak Nina hampir melayangkan kepalannya pada dinding kamar mandi namun urung. Dia mencoba mengatur napas dan membuang emosi negatifnya yang makin terasa menguasai dirinya.Siapakah yang iblis tadi maksud sebagai ayahnya? Bahkan mahkluk laknat tadi menyebutkan ayahnya seorang yang memiliki kekuasaan namun tidak mengetahui tentang dirinya? Jadi itukah kebenaran selama ini? Tatijana mengandung dirinya tanpa memberitahu pria tersebut bahwa dia memiliki buah cinta mereka dalam rahimnya? Tapi kenapa iblis itu mengenali ayahnya?
Elba bangun dengan tubuh limbung. Gedoran di pintunya terasa memekakkan telinga. Dengan mata setengah terpicing, ia menarik engsel dan membuka pintu. Nina menyeruak masuk dengan wajah tegang.“Kamu benar-benar tidak beradab dan memiliki sopan santun, Nina. Ini terlalu pagi!” seru Elba mengeluh. Nina tidak peduli dan meletakkan rekamannya di meja serta menekan tombol play.“Dengarkan keterangan dari kekasihmu, Reid,” pinta Nina.“Astaga, dia bukan kekasihku …,”“Sstt …,” potong Nina ketika rekaman itu mulai terdengar. Elba akhirnya memilih bungkam dan mengambil botol air mineral yang ada di meja. Awalnya, pembicaraan yang terekam hanya menjelaskan tentang kejadian di kota mati. Reid memaparkan tentang lima kasus utama yang menggemparkan. Elba masih tidak mengerti tujuan dari Nina memintanya mendengarkan rekaman yang dia sudah dengar langsung kemarin lusa.“Aku sudah mendengarnya, Ni
Nina duduk di selasar rumah sakit sementara ibu Reid masih berbicara dengan dokter. Elba duduk di lantai dengan wajah hampa. Sesaat, Nina mendengar ibu Reid terisak dengan pelan kemudian berubah menjadi tangis histeris. Nina memejamkan mata. Reid tidak lagi tertolong!Semakin Nina membuka diri untuk memahami cara manusia normal berinteraksi, semakin sulit menahan rasa sakit juga kecewa yang terkadang ia rasakan. Ternyata ada berbagai macam emosi yang membuatnya menguras energi jauh lebih besar dibandingkan saat bertempur.Inikah cara bagi Nina menjadi manusia seutuhnya? Belasan tahun mematikan perasaan dan tidak memiliki ambisi lain selain membunuh dan menuntaskan tugas. Kini terasa sangat berbeda setelah menjadi manusia bebas.“Aku akan menunggumu di kafetaria,” ucap Nina memberi kesempatan pada Elba untuk berduka bersama ibu Reid. Elba bergeming dan menatap Nina yang menjauh.Dengan gontai Nina melangkah keluar rumah sakit dan berjalan kaki menuju kafe terd
Rasanya menempuh jarak panjang dengan ritme musik pelan, bisa mengugah sisi melankolis jiwa seseorang. Nina mengambil alih kemudi dan membiarkan Elba berbaring di kursi belakang dalam kondisi terpuruk. Roth yang menghuni tubuh Reid sebagai media untuk mengikuti perintah Nina, duduk di sebelahnya. Nina tenggelam dalam kilas balik kenangan lalu.“Aku tidak pernah memiliki cinta yang Elba rasakan. bukankah itu aneh dan tidak normal?” tanya Nina dengan wajah lurus ke depan. Roth tersenyum. Botol vodka yang sudah kosong di tangannya, Roth letakkan di bawah dan ia mengambil botol kedua, whisky.“Kamu menutup hati dan mematikan perasaanmu hingga semua terasa kebas dan tidak mampu menembus benteng itu,” timpal Roth.“Betapa lucu dan anehnya kehidupan ini sesungguhnya. Menyenangkan rasanya menikmati semua emosi yang baru,” gumam Nina.“Padahal Elohim sudah memberimu paket yang lengkap. Dalam wujud terindah serupa wujudNya. Sifat dan karakter yang baik serta penuh caha
Perumahan di Florence tampak padat namun bersih dan hijau. Tata kota Florence juga sangat rapi dan teratur. Daerah yang dekat dengan Prison Complex atau komplek penjara untuk Arizona State ini tampak cukup ramai dan hidup. Nina berkendara melewati pertokoan dan pusat kota Florence.“Kita harus mencari hotel, aku merasakan kehadiran Belial yang cukup kuat,” cetus Roth dengan wajah tegang.“Aku masih tidak mengerti kenapa Belial begitu terlihat berambisi ingin mencemoohku,” balas Nina.“Mungkin ayahmu dan dirinya memiliki konflik di masa lalu.” Spekulasi Elba cukup masuk akal.“Jarak Serbia ke Amerika bukanlah dekat. Bagaimana mereka bisa kenal satu sama lain? Menurutmu ayahku bukan iblis yang berdomisili di Serbia?” tanya Nina. Roth tertawa, begitu juga Elba.“Iblis dan setan tidak terikat dalam ruang dan waktu. Mereka bebas bepergian tanpa kendala jarak. Bukan seperti kita yang terbentur semua i
Nina dan Elba masih terpana dan sulit menguasai diri ketika menyaksikan puluhan remaja dalam kondisi di luar kendali sedang menjahit mulut dengan kesadaran penuh.“Roth …,” desis Nina yang mulai kembali tersadar pada tujuan mereka saat ini. Roth menelan ludahnya dengan gusar.“Mereka sadar sepenuhnya dan mengalami kesakitan. Aku akan menghilangkan hipnotis yang mempengaruhi mereka dan tolong hubungi apparat!” pinta Roth.Elba tidak membuang lagi waktu segera melesat keluar ruangan mencari bantuan, sementara Nina memenangkan siswa yang mulai berhenti untuk tidak panik.Setengah jam kemudian gedung sekolah dipenuhi mobil ambulans dan polisi. Elba masih memberikan keterangan pada polisi. Sementara itu, Roth melanjutkan pembersihan dari pengaruh Belial di gedung tersebut.“Terima kasih atas bantuanmu,” ucap seorang wanita, ibu dari salah satu murid yang menjadi korban malam itu.Nina mengangguk gugup da
“Sulit menerima cara berpikirmu yang sangat berbeda dengan keputusan dan tindakanku selama ini. Tapi kini aku mengerti bahwa dirimu bukan manusia yang egois dan tidak peduli,” seru Roth pada Nina yang duduk di halte bus dengan botol yang hampir kosong. Nina bergeming dan masih menatap jalanan sepi.“Averin, kita mulai dari awal. Aku yang salah,” ucap Roth dengan terbata-bata. Nina menenggak cairan terakhir yang tinggal beberapa mili.“Sudahlah, aku tidak memiliki ekspektasi besar untuk orang mengerti tentangku.” Nina menaruh botol kosongnya dengan hati-hati di lantai halte.“Aku bukan manusia, dan aku iblis yang paling bodoh. Jadi, aku mempunyai kesempatan besar untuk kamu maklumi, kan?” tanya Roth membujuk dengan canda. Nina menoleh pada Roth dan mengernyitkan dahinya, Nina terlihat menawan saat melakukan itu.“Kamu tahu? Untuk makhluk yang jiwanya berada dalam genggamanku dan tidak berdaya, nyalimu c