Baru kali ini Elba melihat Nina mengenakan gaun yang feminim. Ternyata setelah berpenampilan layaknya perempuan, Nina mampu mengalahkan wanita mana pun.
Ia terlalu cantik dan menawan. Giginya yang rapi dan putih, berjajar mempesona serta menyempurnakan garis senyum bibir Nina.
“Kupikir kita tidak akan bertemu lagi, Nina,” ucap Elba.
Nina hanya tertawa dan berbalik badan menuju balkoni yang menghadap ke arah tebing laut.
Gaun putih brokat yang terbuka punggungnya, menambah keseksian liuk tubuh wanita yang baru ia sadari telah mengubah jiwanya.
“Aku akan selalu menemukanmu. Hingga ujung neraka sekalipun,” jawab Nina dengan senyum.
Rambutnya yang sebahu tertiup angin. Nina menatap ke bawah dan menoleh serta mengulurkan tangan pada Elba.
“Maukah kau menjadikan aku pendampingmu, nanti?” Nina menatap Elba penuh harap.
Pria itu tersenyum dengan gembira.
“Aku akan menjadikan dirimu
Nina sebetulnya ragu menentukan tempat kunjungan mereka berikutnya. Seperti seekor singa yang kehilangan cakar dan giginya, Nina tampak melemah dan kehilangan kekuatan pemburunya.Namun tidak sedikit pun terlintas dalam benak Coque atau Tache untuk meragukan keputusan tersebut. Keduanya masih mempercayai Nina sepenuhnya.Setelah menghubungi beberapa teman Coque yang ada di Palestina, mereka mendapat akses yang cukup aman untuk melakukan pencarian dari satu kota ke kota berikutnya.“Aku pernah berada di daerah ini selama beberapa bulan,” ujar Nina.“Apakah targetmu para pejabat Palestina?” tanya Tache setengah mati penasaran.Nina menggelengkan kepalanya.“Targetku menghilangkan duka saat kehilangan Oliver,” jawab Nina.Coque baru teringat. Nina hilang selama satu tahun penuh setelah Oliver pergi.Ini adalah kota yang kelima setelah mereka tiba di negara konflik tersebut.“Jika ka
Elba baru saja selesai membangun ruang tahanan untuk Abigail dari berbagai bahan yang Roth bawa melalui portal. Udara dingin dataran Alaska menyulitkan mereka untuk menyiapkan tempat tersebut. Untunglah Roth memiliki sihir dan membantu Elba menyelesaikan pekerjaannya.Bangunan bekas markas militer tersebut memiliki dasar yang kokoh dan masih dalam kondisi yang baik. Elba hanya perlu mengaktifkan serta menambahkan beberapa peralatan dan juga teknologi seperti kamera CCTV dan juga lampu sorot otomatis. Sel tahanan juga mereka desain dengan menggunakan listrik. Elba menghindari pemakaian gembok atau kunci yang kurang bisa diandalkan kekuatannya.Beruntung tempat tersebut memiliki generator sendiri dan juga pembangkit tenaga listrik yang setelah dibetulkan masih berfungsi dengan baik.“Mesin pemanas ruangan juga sudah berjalan dengan lancar, tidak macet lagi. Mulai malam ini kita bisa bernapas lega, Mustafa,” cetus Roth dengan bangga.“Thank
Nina merasakan wajahnya panas dan terjaga. Sebelum sadar sepenuhnya, sebuah tamparan kembali melayang di wajah Nina.“Ough!” erang Nina. Ia merasakan darah dalam mulutnya.Nina meludahkan ke lantai dengan geram. Waktunya mengalah sudah selesai! Nina menguasai diri dengan cepat dan melihat Coque juga Tache sedang diinterogasi bersamaan.Ketika jawaban mereka menghasilkan grafik yang mencurigakan, sebuah cambuk besi dengan tali mengandung duri tajam melecut tubuh keduanya.Teriakan Tache melengking, sementara Coque cukup tangguh menahan siksaan. Dari yang Nina tangkap, mereka dicurigai sebagai komplotan Panther!‘Apa yang Panther lakukan sehingga dicari para teroris lokal?’ batin Nina penasaran.“Hentikan!” seru Nina.Salah satu orang yang mengajukan pertanyaan meminta berhenti.“Kau harus tunggu giliran! Kecuali informasimu berharga!” bentak pria kurus itu.Nina menawarkan m
Tache melihat debu berterbangan di bawah sinar bulan yang terang. Nina bangkit dan melihat Panther kembali setelah lima jam pergi. Tubuh dan wajahnya penuh dengan bercak darah.Pria itu melempar tiga ransel ke pasir.“Kau membantai semuanya?!” seru Tache kaget. Gadis itu mengendus tubuh Panther.“Aku sudah meminta baik-baik. Mereka memang terkenal sebagai suku pemarah,” jawab Panther santai.Nina tersenyum dan memeriksa semua isi tas. Ponsel, passport dan juga uang masih utuh. Tangannya merogoh kantong depan dan mengeluarkan sebungkus rokok. Nina menyalakan satu dan memberikan pada Panther.“Thanks.”Nina menyalakan satu lagi untuk dirinya. Coque terbangun dengan wajah mengantuk dan kaget waktu melihat ranselnya telah kembali. Kini pandangannya telah berubah total mengenai Panther.“Tunjukkan padaku foto ketiga temanmu. Mungkin aku bisa membantu,” cetus Panther. Nina mengulurkan foto di
Roth kembali dengan wajah terkejut. Di ruang tengah berceceran darah di lantai dan Elba sedang mengepel.“Siapa mereka?” tanya Roth.“Aku menemukan keduanya di depan pagar. Anak perempuan itu terluka di bagian perut dan aku sudah mengeluarkan pelurunya,” jawab Elba.“Astaga! Kasihan sekali!” Roth meraba dahi dan nadi masing-masing.“Aku sudah menyalurkan tenaga dalam pada mereka. Sebentar lagi pasti sadar.” Elba melanjutkan membersihkan lantai.“Bagaimana kabar perjalananmu, Roth?” tanya Elba kemudian.“Seseorang menghalangi perjalananku. Aku terdampar ke padang gurun Ghobi. Untunglah aku bisa kembali ke sini,” keluh Roth sembari mengibaskan jubahnya yang penuh dengan serpihan pasir.“Roth, aku baru membersihkan lantai!” seru Elba dengan jengkel.Tangan Roth mengibas di udara dan lantai bersih seketika.“Siapa yang menghalangi perja
‘Apakah ini yang yang dinamakan mencintai?’ batin Nina dengan dada berdebar.Setiap gerakan yang Elba lakukan menarik perhatiannya. Bahkan tawa Elba membuat Nina terpaku penuh pesona. Roth memahami apa yang saat ini bergejolak dalam hati Nina juga Elba. Ada hasrat dan keinginan yang menggebu dari keduanya saat saling mencuri pandang dari jauh.Roth juga tahun waktu mereka bersama tidak banyak. Nina akan segera kembali pada kodratnya dan wajib menjauh dari Abigail secepat mungkin. Atas inisiatif sendiri, Roth meminta Nina menyalurkan energi padanya.“Untuk apa, Roth?” tanya Nina heran.Roth tidak menjawab, namun muncul di udara sebuah portal menuju kawasan mewah di salah tempat hiburan di Los Angeles.“Pergilah bersenang-senang selama satu malam dan kami akan menjaga Abigail,” pinta Roth dengan senyum pengertian.Nina merasakan wajahnya memerah. Elba menoleh pada Nina dan mengulurkan tangan padanya. Dengan
Raut bingung terlihat pada wajah Roth menyaksikan sikap Nina dan Elba yang sangat aneh. Sebelumnya mereka tampak rukun dan saling menyayangi. Namun saat ini, keduanya seperti dua kutub. Saling membuang muka dengan segan.Sementara itu, Tache masih berdiskusi dengan dua pengikut barunya. Clod dan Drew. Kedua remaja tersebut terlihat takjub akan segala informasi mengenai kekompakan klan atau perkumpulan serigala pada umumnya.“Apakah menurutmu, Drew juga akan berubah seperti aku, Tache?” tanya Clod dengan cemas.Ia berharap adiknya bisa menjadi sepertinya. Jika tidak, akan sulit bagi Clod melindungi dan menjaga Drew yang pasti memiliki dunia yang berbeda dengannya.“Terkadang seseorang mengalami perubahan yang tidak menentu. Ada yang cepat dan tepat waktu, tapi ada juga yang sangat lambat. Untuk perempuan, biasanya berubah sangat lambat. Aku berubah waktu berusia sembilan belas tahun. Dua tahun lalu,” terang Tache.“Tapi
Clod mengikuti dengan patuh keempat seniornya yang terus menerjang lebatnya hutan dan jurang. Ketika mereka tidak menemukan kejanggalan, Letho memimpin mereka memasuki pemukiman.Clod mendeking ketakutan dan mundur perlahan. Polar memandang Clod dengan tatapan memberi dukungan. Dengan pelan, Clod maju dan menapaki aspal. Letho berjalan lurus menuju pertokoan.“Hai Letho!” sapa Mark, si tukang daging dengan ramah. Letho menyalak satu kali membalas.“Wah kau bawa semua adikmu? Apakah ada bahaya?” tanya Mark dengan cemas. Kali ini Polar yang menjawab dengan menyalak dua kali. Mark mengangguk seperti mengerti.“Kuharap baik-baik saja. Selamat bertugas!” Mark melambaikan tangan dengan wajah penuh dukungan. Clod terkesima. Seperti Inikah hidup para serigala di Roger Pass?“Wah Letho! Kau punya pengikut baru?” seru Diane, wanita penjual buah juga dengan ramah dan senyum lembut. Letho hanya menjawab dengan gonggongan pelan.Clod menjadi percaya diri dan m