Mendapat serangan tiba-tiba disaat menurunkan kewaspadaan, Jaxon pun refleks memasang kuda-kuda dengan posisi siap bertahan, namun kedua tangannya menggantung di udara ketika dia menyadari bahwa Nicko hendak menyerang kembali.
“Whoa… Bro,” kata Jaxon sembari menarik wanita bergaun merah itu menjauh.
Namun, bukannya kemarahan Nicko reda, dia malah semakin melayangkan pukulan cepat hingga nyaris mengenai pipi Jaxon.
“Ada apa denganmu?”
Mendapat pertanyaan itu, mata Nicko berkilat merah.
“Ada apa denganku? Seharusnya aku yang bertanya padamu, Idiot!”
Satu pukulan kembali Nicko layangkan dan kali ini mengenai sisi perut Jaxon sebelah kiri, mengakibatkan tubuhnya terdorong sedikit ke belakang saat menahan serangan yang hendak menargetkan dada.
Rey, Gideon dan yang lain memperbaiki kursi yang tergetak di lantai akibat insiden amukan Jaxon barusan. Satu per satu mereka pun duduk merapat sembari meny
Suara bell pintu menyadarkan Mia yang saat itu tengah membereskan baju-bajunya ke dalam lemari. Dalam beberapa jam setelah kepergian Rey pagi itu, dia memikirkan keputusannya yang hendak berpisah dengan Jaxon.“Hhhh …,” hela wanita itu sembari menutup pintu lemarinya kembali.Setelah diingat-ingat lagi, tidak akan ada pria yang akan melindunginya seperti Jaxon yang melindungi Mia. Dan sekeras apa pun dia berpikir, anak dalam perutnya pastilah membutuhkan kehadiran sosok ayah.Lagi pula, pria itu bukannya selingkuh atau melakukan sesuatu yang melukai dirinya, hanya sikap overprotectivenya saja yang berlebihan. Dan dia juga bukan pria biasa, melainkan kepala sebuah organiasi yang berbahaya.“Kau benar-benar membuatku bingung,” bisik Mia sembari menjauhi lemari, menuju pintu yang setengah terbuka.Dia baru saja turun ke lantai bawah, saat salah satu penjaga yang Rey tugaskan bersamanya hendak membuka pintu depan. D
BAB 115Kepala Jaxon memutar cepat saat dia mendengar Mia mengatakan; “Aku ingin kembali ke Aurelia.”Keduanya tengah berada di atas ranjang dengan tubuh saling memeluk, dan perkataan Mia barusan membuat Jaxon merasa lega sehingga dia menarik wanita itu semakin dekat.“Apa kau sudah memikirkan hal ini? Aku tidak ingin ada pertengkaran jilid dua begitu kita kembali,” jelasnya yang mendapat cubitan pelan di pinggang. Tentu saja dia pura-pura meringis, karena tidak sakit sama sekali.Mia mengangguk pelan sedangkan jemarinya terus bermain di atas dada telanjang Jaxon, membuat pria itu merasa geli dan perlahan-lahan menyingkirkan tangan wanita itu dengan cara menggenggamnya erat.“Aku … tidak ingin kita berlarut-larut seperti ini.”Mendengar hal itu rasanya Jaxon ingin mengulas senyum, namun dia menahan diri karena waktunya tidak tepat. Dia merasa seolah beban besar telah lepas dari dada. Sungguh melegak
BAB 116Kepulangan Mia dan Jaxon ke Kastil Aurelia mendapat sambutan baik dari seluruh pekerja di sana. Mereka bahkan beramai-ramai mendekati Mia sembari mengucapkan selamat atas kehamilannya. Dan layaknya seorang calon ibu yang bangga, wanita itu menunjukkan beberapa sonogram bayi kembar mereka.“Astaga, aku tidak sabar menunggu kelahiran tuan muda kita,” ucap Pipper dan Emily bersamaan.Allana yang tidak mau ketinggalan juga mengatakan hal serupa.“Apa anda sudah memilih nama?”Mendengar pertanyaan itu, seketika Mia pun melirik ke arah Jaxon yang tengah berbicara cukup serius dengan Nana di sudut ruangan. Tampaknya cucu dan nenek itu tengah mendiskusikan sesuatu, sehingga Mia pun memusatkan perhatiannya kembali pada para pelayan yang tengah mengelilingi dirinya.“Aku dan Jaxon belum berdiskusi tentang itu, tetapi masih ada banyak waktu untuk melakukannya,” jawab Mia yang membuat semua orang mengangguk se
BAB 117Melihat beberapa anggota Red Cage lainnya telah berkumpul, Jaxon pun menyampaikan informasi yang baru saja dia dapatkan dari Salvador.“Jadi, mereka sudah menemukan keberadaan Gioluca?”Jaxon mengangguk sembari menarik sebuah kertas yang juga Connor berikan.“Aku ingin membawamu dan juga beberapa anggota lainnya ke Chicago. Jika kalian memiliki kesibukan yang tidak bisa ditinggalkan, aku bisa membawa orang-orangku,” jelasnya, yang langsung mendapatkan anggukan.“Aku akan ikut,” ucap Rey, hendak beranjak dari sana untuk mempersiapkan kepergian. Tetapi, Jaxon menahan tangannya, dan meminta Rey kembali duduk di sofa.“Masih ada yang harus didiskusikan.”Seketika pria-pria itu pun duduk dengan tubuh sedikit condong mendekati Jaxon. Mereka ingin tahu pesan apa lagi yang pria itu bawa.“Wanita itu.” Tunjuk Jaxon pada wanita berambut merah muda yang sudah mereka ketah
BAB 118Jaxon beserta anggota Red Cage lainnya memasuki mobil yang terparkir di tarmac begitu mereka tiba di bandara. Tampak beberapa pria berjas hitam telah menunggu kedatangan mereka, yang Jaxon yakini adalah anggota Famiglia suruhan Salvador.“Sir,” sapa seorang pria, yang merupakan reinforce di klan tersebut.Dengan kepala mengangguk samar, pria itu pun menuntun Jaxon ke mobil yang terparkir tidak jauh dari pesawat mereka mendarat.“Salvador memintaku untuk mengantar kalian langsung ke kediaman Vitielo,” ucap pria itu sembari membukakan pintu untuk Jaxon dan lainnya.Namun, mendengar penuturan pria tersebut, Jaxon pun menoleh ke arahnya sejenak.“Apa tidak ada tempat rahasia untuk pertemuan ini?”Seketika reinforce itu menggeleng ‘tidak’ yang membuat Jaxon merasa kurang puas.“Saat ini, hanya kediaman Vitielo yang dapat menjaga keamanan kalian semua.”Oh, Ja
“Apa yang ingin kau sampaikan padaku?” tanya Jaxon setelah mereka menyelesaikan makan siang yang penuh ketegangan dan canggung barusan.Para anggota Red Cage dan juga Famiglia tampak saling memperhatikan satu sama lain, takut bila terjadi sesuatu yang mengakibatkan letusnya peperangan antara dua organisasi yang makan dalam satu meja tersebut.Kehadiran Fabiana tentu saja sesuatu yang tidak terduga sebelumnya. Bahkan, Jaxon merasa sangat marah pada wanita itu tetapi tidak bisa melakukan apa-apa, sehingga dia hanya menatap tajam pada wanita tersebut dari meja seberang dengan pandangan seolah hendak menembakkan sesuatu ke kepala wanita itu.Tentu saja hal ini disadari oleh Salvador yang bersikap seolah menjadi penengah di antara mereka semua. Dan hal yang paling membuat Jaxon marah adalah sikap Salvador yang makan dengan tenang, seolah-olah mereka berada di tengah-tengah piknik dan kehadiran wanita paruh baya itu bukan sesuatu yang mengganggu.&l
Dengan dahi mengernyit bingung, Mia menatap Slaine penuh tanya.“Memangnya apa yang tidak akan aku percayai?”Kedua wanita itu saling berbisik, membuat atmosfir di antara mereka terasa berat sehingga Mia pun ikut mendekati pintu, tepat di belakang Slaine.Melihat temannya yang berjalan ke tempatnya berdiri, tangan Slaine pun mengisyaratkan agar Mia kembali ke tempat semula. Ada kepanikan yang terlintas di balik manik mata jernihnya, yang semakin membuat sahabatnya itu ingin melihat apa gerangan di luar sana.“Sebaiknya kau kembali ke tempat dudukmu, biarkan aku memeriksa keadaan di luar lebih dahulu,” bisik Slaine dengan sangat hati-hati, yang semakin membuat Mia penasaran hingga dahinya berkerut kebingungan.Wanita itu bahkan hendak mengintip dari celah pintu, namun dengan cepat Slaine menutupi menggunakan seluruh tubuhnya sehingga Mia sedikit terperanjat dan mundur beberapa langkah.“Astaga, Slaine! Kau mengag
Jaxon dan Salvador yang menunggu kedatangan Nicko tampak termangu di atas sofa. Keduanya lebih banyak diam sembari menanti kedatangan rombongan Famiglia yang akan membawa Gioluca ke kediaman Vitielo. Sementara itu, Rey serta yang lainnya duduk di seberang dengan posisi serupa. Mereka tampak menanti penuh antisipasi.Tidak ada satu pun suara, kecuali detak jam dinding serta kicauan burung di pepohonan dekat taman. Atmosfer di sekitar benar-benar sangat tegang dan intens.Di tengah-tengah keheningan, tiba-tiba saja terdengar ketukan pelan dari depan pintu, yang membuat semua kepala menatap ke sumber suara.“Biar aku yang lihat,” ucap Gavin, yang mulai berdiri dari tempat duduk.Dia mengintip dari celah kunci, dan mendapati Fabiana lah yang ada di depan sana. Melihat itu, Gavin menoleh ke balik tubuh, dan menangkap tatapan Rey yang bertanya.“Fabiana yang mengetuk,” ucapnya, menarik perhatian beberapa kepala. “Apa yang ha