Jaxon kembali ke Red Cage dengan wajah sumringah di hadapan teman-temannya, membuat beberapa dari mereka malah menggeleng tidak percaya bahwa pria itu datang setelah melakukan sesuatu di parkiran De La Crush.
“Hapus senyum bodohmu itu sebelum aku sendiri yang melakukannya,” dengus Nicko yang membuat Jaxon semakin melebarkan senyuman.
Pria itu duduk di sofa sembari menyugar rambut yang masih basah, tepat di sebelah Danny Johanson. Membuat temannya itu menatap datar sembari memasukan beberapa potongan cookies ke mulut.
“Kalau kau merasa terganggu, pergi saja keluar,” balas Jaxon sembari merebut minuman Danny yang setengah jalan ke depan bibir, membuat dia mendapat delikan tajam yang tidak dihiraukan sama sekali.
“Hey!” hardik Danny kesal sembari berusaha merebut miliknya kembali, namun tidak berhasil karena dihabiskan lebih dulu oleh Jaxon.
Rey hanya memutar bola mata sembari memainkan bidak catur yang berada di at
Vero yang hendak menyelesaikan shiftnya dikejutkan dengan kedatangan Mia ke De La Crush. Seingatnya, tadi wanita itu pergi bersama Jaxon sekitar empat jam yang lalu.“Di mana minion Jaxon yang lain?” tanya Vero begitu Mia duduk di salah satu bangku.Melihat kedatangan temannya, Mia pun menyuruh Vero untuk ikut bergabung di meja yang sama.“Aku menyuruh mereka untuk berjaga di luar, dan melarang masuk ke sini bila tidak ada kepentingan,” jawab wanita itu sembari menatap sekitar.“Apa Jaxon mengizinkanmu kali ini?”Mia meringis mendengar pertanyaan tersebut, karena tadi, dia mengancam Jaxon untuk tidak menyentuhnya lagi selama satu minggu bila tidak diizinkan keluar seperti kesepakatan.Bisa-bisanya pria itu memberi Mia waktu hanya dua jam bertemu Slaine sebelum menyusul ke De La Crush.“Aku tidak butuh izin darinya,” sungut wanita itu sembari mencari-cari buku menu.“Kau tida
Suasana dalam rumah persembunyian terasa sangat berbeda ketika Jaxon memasukinya.Untuk beberapa saat dia terdiam ketika tidak ada tanda-tanda Mia berada di sana, namun berdasarkan laporan Alex yang mengatakan ada sesuatu yang urgen, membuat Jaxon pun pulang terburu-buru dari Red Cage.“Di mana istriku saat ini?” tanya Jaxon pada Emily yang kebetulan berada di ruang tengah.Mendapati wajah Jaxon yang dingin, wanita itu pun menundukan pandangan mata.“Dia ada di dekat kolam renang,” jawab Emily sembari memberi Jaxon jalan menuju koridor penghubung ke halaman belakang.Pria itu mempercepat langkah dan tiba di tempat tujuan dalam sekejap saja.Seketika dia pun berhenti saat menemukan Mia tengah duduk di tepi kolam dengan kaki menggantung ke dalam air. Dengan sangat hati-hati Jaxon mendekati. Tetapi wanita itu tetap bisa mendengar kedatangannya dari suara tumit sepatu pantofel yang beradu lantai.Ketika dia baru sa
Terdengar suara langkah beberapa pria yang berlari ke arah kamar Jaxon dan Mia.Tidak lama setelahnya pintu kamar itu pun terbuka diikuti sejumlah laki-laki yang menghambur ke dalam, namun langkah mereka langsung terhenti saat mendapati Jaxon yang berdiri di kaki ranjang sedangkan Mia tampak tertidur di hadapan pria itu.Seketika beberapa pasang mata menatap ke arah pria yang fokus pandangannya ke tubuh feminim di atas ranjang.“Kami mendengar suara jeritan,” ucap Alex yang tidak berani masuk lebih jauh lagi.Beberapa pria yang berada di belakangnya hanya diam menunggu instruksi.Jaxon mengangguk satu kali, sebelum akhirnya dia mengalihkan tatapan dari tubuh sang istri yang tidak sadarkan diri.“Tidak ada yang perlu dikhawatirkan,” kata pria itu sembari menatap bawahannya yang berkumpul di ambang pintu. “Kembalilah berjaga. Aku bisa mengurus semua dari sini.”Pria-pria itu tampak ragu-ragu untuk per
Remang-remang cahaya dari jendela yang terbuka, membuat Jaxon pun terjaga. Dia mengangkat sedikit kepala yang seketika membuatnya pusing tiba-tiba, sehingga suara ringisan lolos dari bibir maskulinnya.“Shit,” gumamnya pelan sembari memejamkan mata kembali dan meraba sisi ranjang di sebelah.Bukannya tubuh hangat yang dia dapatkan seperti kebiasaan selama ini, malah sebuah bantal yang dia rasakan di sana.Seketika matanya terbuka kembali, dan dengan cepat kepalanya menoleh ke sisi kasur di mana biasanya Mia tertidur.Kepala Jaxon mencari ke segala arah, dan dengan suara serak sesudah bangun, dia pun memanggil nyaring nama kesayangan Mia.“Dolcezza,” panggilnya beberapa kali, namun tidak ada sahutan kembali.Dia memilih untuk diam beberapa saat, sebelum akhirnya ingatan pertengkaran yang kemarin hadir di kepala, sehingga Jaxon pun segera bangkit dengan gerakan tiba-tiba yang membuat seluruh ruangan terasa berputar-puta
Kepala Mia menunduk selama perjalanan. Dia bahkan tidak mau melihat ke arah pria yang menyetir di depan. Bahkan, beberapa kali wanita itu membuang pandangan ke luar jendela, duduk diam membisu.Alunan lagu yang terdengar dari radio tidak lagi dia pedulikan, seakan kepalanya sudah penuh akan keributan dari perang pikiran serta hati yang saling berseberangan.Di saat kepalanya meminta untuk terus melanjutkan perjalanan, hati kecilnya seperti menolak dan berbisik untuk berbalik saja. Karena ada pria yang pastinya sedang mencari dan menunggu Mia kembali ke rumah.Dapat dia bayangkan bagaimana kondisi Jaxon setelah ditinggal pergi, sehingga Mia bertanya-tanya sendiri apakah ini keputusan yang tepat.Di tengah kebimbangan, perhatiannya teralihkan oleh perkataan seseorang yang berada di depan. Perlahan-lahan Mia menatap ke arah Rey Fredrick yang sejak tadi menyetir dengan tenang.Tadinya dia hendak pergi sendiri ke Blueberry, tetapi Rey Fredrick hadir tib
Tangan Jaxon masih mengeluarkan darah saat melintasi jalanan di depannya. Dia bahkan menyetir dalam keadaan terluka dan tidak sedikit pun merasakan sakit dari luka yang menganga. Darah berceceran di sekitar kaki, kursi, serta stir kemudi. Tidak hanya itu, beberapa orang sampai bergidik ngeri ketika melihat mobilnya melintas dengan bercak darah di jendela dan pintu.Dane Loren yang baru saja kembali dari patroli berpapasan jalan dengan mobil Jaxon, dan untuk sesaat dia terdiam ketika melihat mobil yang Jaxon bawa sedikit berdarah-darah di bagian body.“Apa dia menyimpan mayat di dalam mobilnya?” tanya Noel yang tampak antusias hendak mengejar, namun Dane menahan polisi muda itu.“Jangan melakukan sesuatu yang hanya membuatmu kehilangan nyawa,” ucap Dane Loren penuh peringatan.Namun, Noel tidak mau mendengarkan dan segera menekan pedal gas, mengabaikan nasihat dari seniornya tersebut.“Jangan ikuti pria itu, Kendrick!&r
Nicko berlari di sepanjang lorong rumah sakit. Dia bahkan tidak mempedulikan tatapan penasaran orang-orang di sekitar, ditambah lagi dia datang tidak sendiri. Ada sepasukan pria berjas hitam mengikuti dari belakang sehingga semua yang berada di jalannya pun menyingkir seketika.Saat berbelok ke sebuah koridor yang akan mengantarkannya ke sebuah kamar perawatan, Nicko berpapasan jalan dengan Dane Loren dan Noel Kendrick, polisi yang tadi berpatroli di Denver.Langkah ketiga pria itu nyaris berhenti, namun mereka meneruskan jalan dan hanya saling bertukar sapa dengan satu anggukan kepala. Namun, saat teringat akan sesuatu, Nicko berhenti dan memanggil kedua polisi itu.“Orang-orangku melihat seorang pria berseragam kepolisian mencoba untuk mengendus area Red Cage.”Mendengar nada suara Nicko yang dalam, tiba-tiba saja suasana di sekitar menjadi tegang.Para pria yang tadi mengikuti Nicko dari belakang tampak siaga dengan tangan berada di
Mia menatap datar ke luar jendela. Sejak pagi dia melakukan hal yang sama, membuat beberapa orang yang mengenalnya pun enggan mendekat. Bahkan, wajah sendunya menjadikan semua orang di sekitar bersikap sangat hati-hati ketika menghampiri.Saat Mia menarik napas untuk yang ke sekian kali, tiba-tiba saja dia dekati oleh pria paruh baya bersama dengan dessert dan minuman dalam nampan. Seketika itu juga pria tersebut duduk di bangku, tepat di hadapannya.“Kau terlihat sangat lelah, beristirahatlah di atas,” kata Matt, mantan bos Mia sebelum meninggalkan Blueberry. “Aku sudah menyiapkan kamar untukmu di lantai dua.”Mia hanya memberikan senyum lemah.Pada akhirnya, dia pun kembali ke kota kecil itu. Satu-satunya orang yang bisa Mia mintai tolong hanyalah pria di hadapannya.Sebelum ke Deli, Rey hendak mengantar Mia ke sebuah hotel yang secara halus dia tolak. Bahkan, wanita itu memiliki pemikiran hendak menyewa apartemen lamanya,