The Magic Of Friddenlux
Episode 29"Apa yang membuat seorang manusia datang kemari?"
Pertanyaan yang membuat Audrey merinding. Mata Audrey membulat sempurna, keringatnya mengalir dari kepalanya hingga ke leher.
Saat Audrey menoleh, ia langsung terkejut karena tepat di sebelah Audrey ada wajah kera raksasa itu. Audrey spontan terjengkal karena takutnya.
Ahh..
Teriakan kecil dari AudreyAudrey memang terkejut, namun ia juga heran karena wajah kera itu, hanyalah sebuah wajah dan transparan. Dengan menahan gemetar tubuhnya, Audrey mencoba untuk bangkit dan melihat apa yang sedang terjadi.
Kini Audrey lebih terkejut, karena ternyata kera itu tidak pergi dari tempatnya dan masih memakan buah-buahan.
Audrey masih kebingungan dengan apa yang terjadi. Ia berkali-kali melihat kera yang asli dan wajah kera transparan itu. Sedikit demi sedikit ketakutan Audrey mulai menghilang.
"Kau tidak usah bingung. Kau pasti telah berte
The Magis Of FriddenluxEpisode 30Kali ini di lorong, tampak Audrey yang berlari lebih cepat dari sebelumnya. Kali ini Audrey dikejar oleh seekor cicak raksasa.Cicak raksasa itu mengeluarkan liur yang dimana jika ada benda yang terkena liur itu, maka benda itu akan meleleh.Audrey sekuat tenaga berlari. Segala upaya Audrey lakukan saat berlari. Sepanjang ia berlari, Audrey menjatuhkan semua barang yang terlihat oleh matanya.Namun itu sia-sia. Karena yang mengejar Audrey sekarang ada seekor cicak. Yang dimana keahlian cicak itu adalah menempel di dinding.Jadi saat Audrey melemparkaj barang untuk menghalangi cicak itu, pasti cicak itu melompat ke dinding. Kini cicak itu mengejar Audrey dengan merayap di dinding.Zlepp..Terdengar suara lidah cicak yang keluar masukCicak itu berusaha untuk menangkap Audrey dengan menggunakan lidahnya. Tapi Audrey masih bisa mendengar suara lidah itu keluar, sehingga ia masih bisa menghindar dar
The Magic Of FriddenluxEpisode 31"Bukankah sudah kukatakan, jangan melawan!" seru Theodore.Thedore terlihat sangat marah, ia menggunakan kekuatan sihirnya untuk membuat Andrew kesulitan bernafas. Bukan hanya itu, ia juga mengangkat tubuh Andrew ke atas.Andrew berusaha untuk melawan pikirannya sendiri. Didalam alam bawah sadarnya, Andrew yang diikat tangan dan kakinya, berusaha untuk melepaskan ikatan itu.Andrew berusaha meregangkan ikatan yang ada pada tangannya. Ia menggerakan pergelangan tangannya, berharap ikatan itu bisa kendur. Namun pada akhirnya ikatan itu tidak terlonggar sedikit pun.Tapi Andrew tidak pernah menyerah, ia terus melawan kekuatan pengendalian pikiran dari Theo. Andrew sangat berusaha keras. Lalu tiba-tiba.."Andrew!" terdengar suara Audrey yang memanggil nama adiknya.Saat mendengar ada suara Audrey memanggil suaranya, Andrew langsung bangkit dan dengan mudah terlepas dari pengendali pikiran milik Theo
The Magic Of FriddenluxEpisode 32Hari yang cerah di sekolah Remeny. Tampak seorang guru sedang mengajarkan bagaimana menyelesaikan soal matematika. Tidak ada yang aneh hari itu di dalam kelas.Semuanya tampak normal, guru mengajar dan murid mencatat. Hingga pelajaran selesai, tidak ada hal mencurigakan muncul di sekolah."Audrey, tolong bawakan buku ini ke ruang guru ya," pinta guru itu.Audrey pun mengangguk sebagai tanda setuju. Ia langsung mengambil buku itu dan pergi mengantarkan buku itu ke ruang guru.Saat Audrey hendak meninggalkan kelas, ia tidak sengaja bertabrakan dengan Julian. Saat itu Julian belum mengetahui bahwa Audrey adalah efek dari sihir Xavier.Brakk..Suara bahu Audrey dan Julian bertabrakan"Hei, hati-hati kalau jalan!" seru Julian.Namun Audrey tidak menghiraukannya. Bahkan ia juga tidak melihat ke arah Julian. Begitu Audrey pergi meninggalkan kelas, Julian mendatangi ilusi dari Xavier.Julian menat
The Magic Of FriddenluxEpisode 33Zwingg..Terdengar bunyi pedang yang saling menebasXavier yang tampak kehabisan tenaga dan nafasnya mulai kewalahan melawan untuk melawan sepupunya sendiri. Namun Xavier tidak pernah menyerah.Hosh..hoshTerdengar suara nafas Xavier yang terengah-engah"Apa kau sudah jadi selemah ini?" tanya Theodore.Xavier tidak menjawab pertanyaan dari Theodore. Ia malah melirik ke arah Audrey dan Andrew yang sedang bersembunyi.Audrey yang melihat keadaan Xavier bertarung menjadi tidak tega. Mata Audrey berkaca-kaca saat melihat darah Xavier kembali membasahi jubah sihir Xavier.Darah itu terus menerus membuat bekas yang lebar, hingga hampir setengah jubah sihir Xavier yang berwarna putih itu berganti menjadi merah.Tanpa sadar air mata Audrey telah jatuh membasahi pipinya. Xavier melihat air mata Audrey yang telah mengalir. Ia terkejut karena lagi-lagi melihat Audrey menangis."Jangan menangis, in
The Magic Of FriddenluxEpisode 34Brakk..Terdengar suara muntahan darah dari TheoTernyata dengan membuat ilusi Theo menyerang ilusi yang lain bisa mempengaruhi tubuh asli Theo. Kini Xavier tahu yang mana Theodore yang asli.Xavier langsung mengacungkan lurus pedangnya ke arah Theodore. Dengan senyuman sinis dan tatapan tajam ke arah Theodore yang tertunduk karena kondisi tubuhnya."Bukankah seharusnya kita akhiri saja sekarang?" tanya Xavier."Kenapa?" tanya Theodore dengan suara pelan."Apa?" tanya Xavier yang bingung."Kenapa kau sampai berbuat seperti ini? Hanya untuk mereka berdua!"teriak Theodore."Kau tidak akan mengerti," kata Xavier."Apa yang aku tidak mengerti? Memangnya siapa mereka?" tanya Theodore."Mereka adalah teman sekolahku," jawab Xavier sambil melirik ke arah Audrey dan Andrew.Audrey dan Andrew terkejut mendengar perkataan dari Xavier. Apalagi Andrew yang benar-benar tidak
The Magic Of FriddenluxEpisode 35Theodore mulai memperbesar aura kegelapannya. Saat itu terjadi, tiba-tiba muncul juga pusaran angin yang sangat kencang.Xavier hanya melihatnya dengan santai dan malah mengertakan lehernya. Kemudian ia memutarkan pedang bermata 2 yang baru saja ia buat saat melawan Theo di ruangan singgahsananya.Theodore menggerakkan tangannya dan membuat pusaran angin bergerak menuju Xavier. Pusaran angin itu begitu cepat datang ke arah Xavier.Xavier tidak mau hanya menunggu, ia malah mendatangi pusaran angin itu. Ia berlari sambil membawa pedang bermata 2. Sangat dekat, kini posisi Xavier dengan pusaran angin itu sudah sangat dekat. Xavier langsung memutarkan pedangnya.Sekiranya sudah mendapatkan putaran yang sempurna, Xavier menghempaskan dengan kuat pedangnya. Saat itu pedang Xavier langsung bisa menghilangkan pusaran angin itu.Namun Xavier tidak diberi kesempatan. Setelah pusaran anginnya menghilang, Th
The Magic Of FriddenluxEpisode 36Brakk..Terdengar suara gemuruh dari bangunan yang akan roboh.Tampak Theo yang berusaha untuk bangkit akibat terkena serangan dari Xavier. Ia terlihat sedikit berantakan karena baru saja terkena serangan satu pukulan dari Xavier.Serangan Xavier barusan itu salah satu serangan mematikan. Karena seluruh aura kegelapannya terkumpul menjadi satu di tangan.Saat ia menjatuhkan serangan itu kepada lawannya, orang yang terkena itu akan mengalami kerusakan tubuh yang dahsyat. Karena aura kegelapan akan menyerang energi sihir dari pihak lawan saat aura kegelepan menyentuh lawannya.Namun hal yang berbeda dengan Theo, karena ia juga memiliki aura kegelapan. Setiap keturunan penyihir Darkmare, pasti memiliki kecendrungan untuk membangkitkan aura kegelapan.Setiap orang yang telah bisa membangkitkan aura kegelapannya, harus mampu mengendalikan aura kegelapan itu dengan baik. Karena jika tidak maka dirinya a
The Magic Of FriddenluxEpisode 37"Aku akan pulang," kata Xavier sambil mengulurkan tangannya pada Theodore yang terbaring."Kau menyukainya ya?" tanya Theodore.Xavier terdiam, uluran tangannya belum disambut oleh Theodore tapi sudah membuat Xavier terdiam."Gadis itu, kau menyukainya ya?" tanya Theodore."Pertanyaan macam apa itu?" kata Xavier yang berusaha mengelak."Bodoh, kau pikir aku tidak tahu," ujar Theodore sambil menggapai ulurab tangan Xavier.Theodore berjalan keluar dari lengkungan tanah akibat ledakan tadi bersama Xavier. Semua orang melihat Theodore berjalan bersama Xavier.Semua penyihir Darkmare langsung berlari ke arah raja mereka. Bukan hanya itu, semua penyihir Darkmare kini mengelilingi mereka dan mengancungkan senjatanya ke arah Xavier."Tenanglah, kini sudah tidak apa-apa," kata Theodore."Tapi tuanku," sangkal mereka."Aku bilang tidak apa-apa! Turunkan senjata kalian," seru Theodore.