Ainul sudah sembuh dan telah di perbolehkan pulang hari ini. Tapi, sejak kemarin Sean tidak kembali ke rumah sakit untuk melihat keadaan Ainul. Tentu saja hal ini membuat Ibu Aisyah resah."Coba hubungi Sean, Zahra. Tanya dia sedang dimana? Kenapa tidak ada kabar sama sekali. Biasanya ia akan pulang dan berkabar walau harus ada tugas malam. Tidak menghilang begitu saja bagai di telan bumi," ucap Ibu AIsyah mulai kesal pada putra semata wayangnya."Tidak bisa Bu. Mas Sean tidak bisa di hubungi. Bagaimana ini? Administrasi belum di bayar. Zahra tidak memiliki uang," ucap Zahra lirih.Zahra mendesah pelan. Sungguh hidupnya seperti sedang di permainkan oleh alam semesta."Saya akan melunasi semua tagihan atas nama Ainul Madhiah," ucap Sean mantap yang datang bersama Pinka dan Adzan.Bagian kasir rumah sakit langsung mencari nama anak yang di sebut Sean tadi dan mencetak seluruh tagihan hingga Ainul bisa keluar dari rumah sakit. Tagihan tercetak itu di beriakn pada Sean dan Sean melunasi s
Fatih diam menunggu dokter yang sedang memeriksa mamanya di dalam ruangan. Zhein nampak terlihat santai dan otaknya terus berpikir mengingat siapa Fatih sebenarnya. Baru kali ini. Zhein bertatap muka secara face to face dengan tatapan yang begitu dalam dan lama.Sedangkan Fatih, ia terdiam memikirkan Mamanya yang tiba -tiba saja terjatuh. Apa yang terjadi selama satu tahun ini setelah kepergiannya? Apa ada orang jahat yang ingin mencelakai Mamanya? Padahal Papah Lukman sudah lama tiada."Keluarga pasien?" panggil dokter yang keluar dari ruangan kecil itu setelah memeriksa Mamanya."Iya. Saya Fatih, putra kandung pasien. Apa yang terjadi dengan Mama saya, dokter," tanya Fatih penasaran."Mama kamu sudah lama mengidap penyakit jantung. Kali ini kambuh lagi dan sepertinya kamu harus menjaga benar kesehatan Mama kamu. Jika tidak, hal seperti ini bisa terjadi lagi, dan mungkin bisa tidak tertolong lagi," ucap dokter itu memberi tahu."Tolong Mama saya, dokter. Sembuhkan Mama saya, berapa
Malam ini Sean menginap di rumah Pinka. Sean berjanji untuk tetap bersama Pinka, apapun yang terjadi. Semua barang Sean yang berada di mess pun sudah di pindahkan ke rumah Pinka.Pinka sama sekali tidak keberatan dan justru moment seperti inilah yang Pinka harapkan. Lelaki yang ia cintai kembali dalam pelukannya dan mulai mengendari kapalnya yang sempat terhenti karena rapuh.Kesempurnaan cinta, ketulusan rasa sayang dan indahnya berumah tangga selalu menjadi impian Pinka setelah melahirkan Adzan. Tidak setitik pun keburukan di pikiran Pinka untuk menggantikan posisi Sean dengan yang lain termasuk Reno, lelaki yang sudah jelas -jelas akan meminang Pinka.Ranjang besi yang berukuran queen size itu kini tak kosong lagi. Ada Pinka dan Sean yang telah merebahkan tubuh mereka dan sudah berada di bawah selimut.Sean meletakkan ponselnya saat Pinka sudah duduk dan ikut berbaring di sampingnya."Adzan sudah tidur, sayang?" tanya Sean yng langsung meraih tubuh Pinka untuk di peluk dengan erat.
Terdengar anak kunci pintu depan rumahnya berbunyi setelah tadi Zella mendengar suara deru mobil milik marcell, suaminya. Zella menatap ke arah jarum jam yang menunjuk ke arah pukul dua belas malam. Zella memilih diam dan mendengarkan.Sudah beberapa bulan ini, Zella selalu mendapati suaminya pulang bersama wanita malam yang di ajak tidur di rumahnya. Mereka menggunakan kamar utamanya untuk bercinta. Mulai sejak itu, Zella memilih pindah kamar dan menempati kamar tamu yang berada tepat di smaping kamar tidur pribadinya bersama Marcell.Zella hanya mengintip dari sela -sela pintu yang ia buka sedikit saja untuk melihat suaminya sedang bersama wanita yang mana."Marcell ... Rumahmu panas sekali, aku kepanasan," ucap wanita itu penuh manja dan membuka jas kerjanya dan diletakkan secara asal di atas meja."Kau yakin? Rumah sebesar ini masih membuatmu panas dan tak ada oksigen untuk kau hirup?" tanay Marcell pada Luna, mantan kekasihnya dulu.Tatapan Luna begitu menggoda dan selalu membuat
Semalaman Zella tak menutup mata dan melihat fokus kebiadaban suaminya yang terus menggenjont ena -ena bersama Luna, mantan kekasihnya. Tak hanya itu saja, Zella dianggap sebagai penyebab karena mereka tak memiliki anak.Marcell yang sudah berkali -kali klimaks pun akhirnya menyudahi pertarungan panas ini pada Luna. Luna sendiri sudah terlihat lelah dan lemas sekali. Selama satu malam, mereka sudah menyelesaikan lima ronde dalam waktu lima jam secara terus menerus tanpa henti. Marcell adalah lelaki hiperseks yang sangat kuat sekali."Lelah? Hanya segitu kekuatanmu, Cell? Ku pikir kamu kuat, ternyata tidak," goda Luna yang menghapus peluh Marcell yang sedang mengatur napasnya sambil menatap heran pada Luna."Kamu sedang mengejekku, Luna? Kamu anggap aku lelaki tak berdaya? Atau kamu ingin ku habisi hingga kakimu lemas tak bisa berjalan? Hemmm?" ancam Marcell menatap Luna dengan tak suka. Luna mengecup pipi Marcell dan memeluk lelaki yang terlihat sangat kelelahan."Maaf sayang ... Aku
Zella berdiri di belakang pintu sambil mengontrol kembali napasnya yang sedikit memburu karena terkejut dengan perlakuan Marcell. Jangan sampai dirinya terjebak oelh lelaki macam Marcell. Perceraian adalah keputusan akhir yang akan di ambil Zella tepat di hari anniversarynya."Zella!! Buka Zella!!" teriak Marcell dari arah luar sambil mengetuk keras pintu kamar Zella.Zella terduduk di belakang pintu kamaranya dan menangis sejadi -jadinya. Ia teringat kata -kata Kakeknya saat itu."Queen ... Kamu harus menikah dengan Marcell. Sebab, kalau tidak, maka sia -sialah semua investasi kakek disana." Begitulah pesan Kakek pada Zella yang selalu memanggil namanya dengan sebutan Queen."Tenang Kek. Zella ambil semua apa yang nejadi hak Kakek. Biarkan Zella lepas dari lelaki yang tak pernah bersyukur dan tamak ini," ucap Zella lirih sekali.Suara Marcell masih terus mengetuk keras pintu itu dan sesekali menendang pintu kamar Zella dengan kasar. Tak lama, Marcell pun berhenti berteriak dan mengge
"Ohhh ... Aku pikir apa?" ucap Arka pelan.Zella masih menggendong Gea sambil menepuk -nepuk bokong gadis kecil itu penuh kasih sayang.Sesekali, Zella menatap jam tangannya untuk melihat waktu saat ini. Besok adalah acara anniversarynya, jadi usahanya tidak boleh gagal sama sekali. Perusahaan yang baru ia rintis juga tidak boleh di ketahui oleh Marcell, suaminya."Kenapa? Kamu kayak gelisah? Kalau sibuk, silahkan pulang duluan, biar Gea aku gendong," ucap Arka pada Zella."Gak apa -apa? Aku ada perlu soalnya," ucap Zella merasa tak enak."Gak apa -apa. Gea itu putriku, jadi tak masalah. Aku sudah biasa mengurusnya sendiri sejak Gea bayi," ucap Arka penuh keyakinan."Mengurus sendiri? Istrimu?" tanya Zella dengan cepat karena penasaran.Arka memejamkan kedua matanya sebentar dan membuka kedua matanya kembali. Rasanya malas untuk membahas istrinya yang menurutnya sangat tidak baik itu. Bisa -bisanya ia meninggalkan bayinya sendiri di rumah sakit setelah melahirkan dan pergi entah keman
Hari yang di tunggu akhirnya tiba. Acara segera akan du mulai. Para tamu undangan juga telah hadir memenuhi hall room hotel tersebut. Alunan musik akustik pimpinan Arka juga menampilkan persembahan yang sangat memukau para tamu undangan.MC acara sudah mulai membuka acara dengan sambutan salam. Azela nampak duduk manis dengan balutan pakaian hitam yang elegan dengan manik mengkilau. Riasan Azela juga nampak sangat berbeda dari biasanya. Malam ini Azela memakai MUA agar dirinya terlihat sangat cantik. Marcell juga telah datang dan duduk di samping Azela. Aluna, kekasih Marcell juga berada tak jauh dari Marcell dengan senyum sumringah berkumpul dengan keluarga besar Marcell termasuk Opa MArcell.Marcell memperkenalkan Aluna sebagai sekertaris hebat yang memiliki multi talenta. Konisi perusahaan yang sdeang tidak baik -baik saja berhasil di manipulasi oleh Aluna agar terlihat baik dan hebat.Setengah jam kemudian, Azela dan Marcell maju ke depan untuk memotong kue tart anniversary mereka