Kewajiban.Sebagai seorang istri, Elok sangat paham akan makna satu kata tersebut di dalam berumah tangga. Terlebih-lebih perihal mengenai melayani kebutuhan biologis Harry, yang terkadang tidak bisa ditolak.Akan tetapi, kali ini semuanya jelas terasa berbeda. Titik-titik sensitif di tubuhnya memang merespons dengan semua sentuhan Harry. Akan tetapi, semuanya terasa hambar dan hanya berujung menyakiti tubuh sendiri.“Kalau pak Fahri memang mau kamu mundur, sebenarnya kamu bisa mundur dan stay di Jurnal,” ucap Harry seraya memeluk Elok dari belakang. Bagi Harry, penyatuan mereka kemarin malam merupakan sebuah langkah besar. Meskipun awalnya menolak, tapi pada akhirnya Elok bisa mendesah puas di bawahnya. “Seperti yang sudah aku bilang kemarin.”“Nggak segampang itu.” Ternyata, berpura-pura melakukan sesuatu demi menyenangkan orang lain sungguh menyakitkan. Elok bahkan bertanya-tanya, pergi ke mana semua rasa cinta yang pernah ada untuk Harry selama ini. Elok bahkan tidak bisa menikmat
Kedua alis Elok terangkat pelan sambil menggaruk dahi, saat melihat Kasih sudah berdiri dan tersenyum tanpa dosa di depannya. Gadis kecilnya hanya memakai sandal, dan menenteng satu kresek hitam yang Elok yakin berisi sepatu. “Tumben Mama jemput aku?” tanya Kasih dengan wajah berbinar ceria. Jarang-jarang sang mama bisa menjemputnya di sekolah seperti ini. Elok pun melebarkan senyum datar, saat melihat tas putrinya yang penuh coretan spidol warna warni. “Itu sepatu?” tunjuk Elok pada kantong kresek hitam di tangan kanan Kasih. “Iya,” angguk Kasih dengan wajah polosnya. “Basah! Jadi tadi pagi aku olahraga, terus waktu selesai, aku dijorokin sama …” Kepala Kasih menoleh ke kiri dan kanan untuk mencari teman yang telah membuatnya jadi seperti sekarang. Tidak menemukannya di mana pun, Kasih kemudian membalik tubuhnya lalu memicing. Ketika melihat bocah seumuran dirinya baru keluar dari gedung sekolah, Kasih pun langsung menunjukknya dengan tegas. “Itu, Ma!” seru Kasih mengangkat wajah
“Mamaaa, aku mau telpon papa,” pinta Kasih ketika seorang pelayan telah pergi menjauh dari meja mereka.Elok yang duduk di samping Kasih segera mengusap puncak kepala putrinya dengan senyuman. “Papa lagi meeting.”Mulai saat ini, sepertinya Elok akan sering berbohong pada Kasih tentang Harry. Bukannya ingin menjauhkan putri semata wayangnya dengan Harry, tapi, Elok harus membiasakan Kasih hidup tanpa Harry. Setidaknya, solusi itulah yang ada di pikiran Elok saat ini.Jika sudah terbiasa, maka Kasih tidak akan terlalu memikirkan Harry jika mereka nantinya jadi bercerai.Kasih lantas menguap dengan lebar sambil merebahkan separuh tubuhnya di meja. “Meetingnya lama?”Elok mengangguk dan kembali mengusap kepala Kasih. “Lama! Makanya Mama minta om Gilang yang datang ke sini.”“Terus, aku kapan punya adek cowok?”Kepala Elok semakin pusing dibuatnya. Bagaimana bisa memiliki seorang adik, jika Elok meminta pisah rumah untuk sementara waktu. Lagi pula, Elok juga belum melepas kontrasepsinya.
“Ha?” Harry memandang sinis pada pria yang sudah mencekal pergelangan tangannya. “Jangan ikut campur, karena ini bukan ranah anda.”“Saya penasihat hukum Bu Elok, terkait permasalahan yang sudah terjadi di dalam rumah tangga beliau. Jadi, silakan lepas, atau urusannya akan semakin pelik, karena ada saya sebagai saksi mata di sini.”Tatapan gusar Harry karena sudah kepergok oleh Elok, kini berubah tajam dan tersirat amarah di dalamnya. “Keluarga Mahardika sudah punya pengacara sendiri, dan bukan dari Firma Sagara.”“Keluarga besar Mahardika, bukan bu Elok.”“Aku yang minta Mas Lex untuk jadi penasihat hukumku,” sambar Elok segera menyentak tangan Harry ketika pria itu lengah. Meskipun merasa serba salah karena perdebatan yang sempat terjadi di Antariksa, tapi Elok tidak akan menolak jika pria itu mengulurkan pertolongan padanya saat ini.Begitu tangan Elok terlepas dari genggaman Harry, Lex juga segera melepaskan tangannya. Ia mundur satu langkah untuk menjaga jarak, lalu sedikit menun
Dengan kedua siku yang bertumpu pada meja kerjanya, kesepuluh jari Elok sibuk memijat hampir seluruh bagian kepalanya dengan begitu erat. Di saat Elok harus menata banyak hal untuk mempertahankan posisi dan harga dirinya di Antariksa, permasalah di luar sana justru lebih pelik dari perkiraan.Sandra … hamil anak Harry.Jika sudah begitu, cerai adalah jalan satu-satunya yang bisa dilakukan Elok. Mana mungkin Elok sanggup, jika harus memiliki madu dalam pernikahannya.Baik Kasih maupun Joana, keduanya harus bisa memaklumi keputusan yang akan diambil Elok nantinya.Karena terlalu pusing memikirkan semua hal sekaligus, Elok akhirnya memutuskan untuk menelepon seseorang untuk membantu meringankan salah satu bebannya. Dengan segera ia mengambil ponsel, dan berharap pria itu bisa segera mengangkat panggilan darinya.Satu per satu.Elok akan menyelesaikan semua masalahnya satu demi satu, dan berharap dirinya masih sanggup berada di batas kewarasan.“Halo, Mas Aga!” sapa Elok terburu. “Bisa mi
“Bu Elok, sekali lagi maaf.”Kiya ingin menangis saja rasanya karena lagi-lagi tidak bisa mencegah seseorang masuk ke dalam ruang kerja Elok. Padahal, Kiya sudah mengetuk pintu terlebih dahulu. Namun, pria yang tampak tidak sabar itu langsung meraih handle pintu dan membukanya tiba-tiba.“Tapi Pak Harry mendadak langsung buka pintunya,” tambah Kiya berharap tidak akan dipecat setelah kejadian ini. Terlebih-lebih, Kiya juga tengah melihat posisi Restu dan Elok yang bisa membuat Harry salah paham.“Oh! Jadi begini kelakuanmu di kantor, El!” serobot Harry berjalan cepat menghampiri Elok, lalu menarik kemeja Restu dengan geram. Harry kemudian menghempas Restu menjauh dari Elok, kemudian meraih tangan wanita itu dan menariknya. “Karena itu kamu terus minta cerai dan nggak mau berusaha ruj—”Plak!Satu tamparan langsung Elok layangkan di pipi Harry. Kendati tidak terlalu keras, karena Elok tidak menggunakan tangan kanannya yang dicengkram oleh Harry.“Perlu aku ambilkan kaca?” Elok menarik
Elok tersadar dari lamunan ketika suara klakson mobil bersahutan tanpa henti di belakangnya. Karena terlalu banyak yang singgah di kepala, Elok sampai-sampai tidak memperhatikan lampu lalu lintas yang sudah berubah warna. Kalau begini, sepertinya untuk sementara Elok butuh sopir agar tidak terjadi sesuatu pada dirinya ketika mengemudi.Sejak keluar dari lift bersama Harry beberapa waktu lalu, mereka hanya berdiam diri. Tidak lagi berdebat, karena sudah lelah dengan masalah yang menimpa pribadi masing-masing.Mungkin, ini juga cobaan untuk Harry. Semua yang diucapkan Harry pada Elok, mungkin saja ada benarnya. Pria itu hanya menjadikan Sandra sebagai pelampiasan saja. Untuk bersenang-senang dan tidak lebih dari itu. Namun, kesenangan itu akhirnya sudah menjerumuskan Harry ke dalam jurang yang sudah terlalu dalam. Sehingga, Harry sendiri sudah tidak bisa keluar dari sana.Setelah sampai di tempat yang dituju, Elok segera keluar dengan hanya menggunakan sandal jepit. Masuk ke dalam Firma
Elok menghela panjang ketika baru saja membuka mata. Belum bisa berkata apapun, dan hanya melihat langit-langit ruang yang tampak asing baginya. Sejenak, Elok kembali menutup mata untuk mengingat kejadian yang menimpanya. Namun, sebuah suara wanita yang terasa sangat dekat di telinga, seketika itu juga segera menyadarkannya.“Bu Elok! Sudah sadar?”Elok kembali membuka mata, dan menatap seorang wanita cantik yang tampak tidak asing baginya. Namun, Elok lupa atau tidak pernah memperhatikan nama yang tertera pada name tag wanita itu.“Mbak …”“Arista!” serunya lega. “Sekretarisnya pak Lex.”“Ohh …” Akhirnya, Elok mengingat dengan jelas semua yang telah terjadi. Karena itulah, kedua tangannya reflek terangkat untuk kembali memijat kepalanya. Ternyata, rasa pusing itu masih saja betah tinggal di kepala. “Mas Lex, di mana?”“Pak Lex lagi di ruang meeting, ada tamu,” jawab Arista kemudian membantu Elok yang berusaha untuk bangkit dari tidurnya. “Tadi, beliau juga sudah telpon dokter, karena