“Ha?” Harry memandang sinis pada pria yang sudah mencekal pergelangan tangannya. “Jangan ikut campur, karena ini bukan ranah anda.”“Saya penasihat hukum Bu Elok, terkait permasalahan yang sudah terjadi di dalam rumah tangga beliau. Jadi, silakan lepas, atau urusannya akan semakin pelik, karena ada saya sebagai saksi mata di sini.”Tatapan gusar Harry karena sudah kepergok oleh Elok, kini berubah tajam dan tersirat amarah di dalamnya. “Keluarga Mahardika sudah punya pengacara sendiri, dan bukan dari Firma Sagara.”“Keluarga besar Mahardika, bukan bu Elok.”“Aku yang minta Mas Lex untuk jadi penasihat hukumku,” sambar Elok segera menyentak tangan Harry ketika pria itu lengah. Meskipun merasa serba salah karena perdebatan yang sempat terjadi di Antariksa, tapi Elok tidak akan menolak jika pria itu mengulurkan pertolongan padanya saat ini.Begitu tangan Elok terlepas dari genggaman Harry, Lex juga segera melepaskan tangannya. Ia mundur satu langkah untuk menjaga jarak, lalu sedikit menun
Dengan kedua siku yang bertumpu pada meja kerjanya, kesepuluh jari Elok sibuk memijat hampir seluruh bagian kepalanya dengan begitu erat. Di saat Elok harus menata banyak hal untuk mempertahankan posisi dan harga dirinya di Antariksa, permasalah di luar sana justru lebih pelik dari perkiraan.Sandra … hamil anak Harry.Jika sudah begitu, cerai adalah jalan satu-satunya yang bisa dilakukan Elok. Mana mungkin Elok sanggup, jika harus memiliki madu dalam pernikahannya.Baik Kasih maupun Joana, keduanya harus bisa memaklumi keputusan yang akan diambil Elok nantinya.Karena terlalu pusing memikirkan semua hal sekaligus, Elok akhirnya memutuskan untuk menelepon seseorang untuk membantu meringankan salah satu bebannya. Dengan segera ia mengambil ponsel, dan berharap pria itu bisa segera mengangkat panggilan darinya.Satu per satu.Elok akan menyelesaikan semua masalahnya satu demi satu, dan berharap dirinya masih sanggup berada di batas kewarasan.“Halo, Mas Aga!” sapa Elok terburu. “Bisa mi
“Bu Elok, sekali lagi maaf.”Kiya ingin menangis saja rasanya karena lagi-lagi tidak bisa mencegah seseorang masuk ke dalam ruang kerja Elok. Padahal, Kiya sudah mengetuk pintu terlebih dahulu. Namun, pria yang tampak tidak sabar itu langsung meraih handle pintu dan membukanya tiba-tiba.“Tapi Pak Harry mendadak langsung buka pintunya,” tambah Kiya berharap tidak akan dipecat setelah kejadian ini. Terlebih-lebih, Kiya juga tengah melihat posisi Restu dan Elok yang bisa membuat Harry salah paham.“Oh! Jadi begini kelakuanmu di kantor, El!” serobot Harry berjalan cepat menghampiri Elok, lalu menarik kemeja Restu dengan geram. Harry kemudian menghempas Restu menjauh dari Elok, kemudian meraih tangan wanita itu dan menariknya. “Karena itu kamu terus minta cerai dan nggak mau berusaha ruj—”Plak!Satu tamparan langsung Elok layangkan di pipi Harry. Kendati tidak terlalu keras, karena Elok tidak menggunakan tangan kanannya yang dicengkram oleh Harry.“Perlu aku ambilkan kaca?” Elok menarik
Elok tersadar dari lamunan ketika suara klakson mobil bersahutan tanpa henti di belakangnya. Karena terlalu banyak yang singgah di kepala, Elok sampai-sampai tidak memperhatikan lampu lalu lintas yang sudah berubah warna. Kalau begini, sepertinya untuk sementara Elok butuh sopir agar tidak terjadi sesuatu pada dirinya ketika mengemudi.Sejak keluar dari lift bersama Harry beberapa waktu lalu, mereka hanya berdiam diri. Tidak lagi berdebat, karena sudah lelah dengan masalah yang menimpa pribadi masing-masing.Mungkin, ini juga cobaan untuk Harry. Semua yang diucapkan Harry pada Elok, mungkin saja ada benarnya. Pria itu hanya menjadikan Sandra sebagai pelampiasan saja. Untuk bersenang-senang dan tidak lebih dari itu. Namun, kesenangan itu akhirnya sudah menjerumuskan Harry ke dalam jurang yang sudah terlalu dalam. Sehingga, Harry sendiri sudah tidak bisa keluar dari sana.Setelah sampai di tempat yang dituju, Elok segera keluar dengan hanya menggunakan sandal jepit. Masuk ke dalam Firma
Elok menghela panjang ketika baru saja membuka mata. Belum bisa berkata apapun, dan hanya melihat langit-langit ruang yang tampak asing baginya. Sejenak, Elok kembali menutup mata untuk mengingat kejadian yang menimpanya. Namun, sebuah suara wanita yang terasa sangat dekat di telinga, seketika itu juga segera menyadarkannya.“Bu Elok! Sudah sadar?”Elok kembali membuka mata, dan menatap seorang wanita cantik yang tampak tidak asing baginya. Namun, Elok lupa atau tidak pernah memperhatikan nama yang tertera pada name tag wanita itu.“Mbak …”“Arista!” serunya lega. “Sekretarisnya pak Lex.”“Ohh …” Akhirnya, Elok mengingat dengan jelas semua yang telah terjadi. Karena itulah, kedua tangannya reflek terangkat untuk kembali memijat kepalanya. Ternyata, rasa pusing itu masih saja betah tinggal di kepala. “Mas Lex, di mana?”“Pak Lex lagi di ruang meeting, ada tamu,” jawab Arista kemudian membantu Elok yang berusaha untuk bangkit dari tidurnya. “Tadi, beliau juga sudah telpon dokter, karena
“Kenapa, ke parkiran basement?”Elok menunjuk ke arah drop off lobby, tapi mobil yang dibawa Lex terus saja turun memasuki parkiran basement gedung apartemen.“Mas Lex bisa turunkan saya di depan pintu lobi, terus bisa langsung pulang,” lanjut Elok jadi semakin merasa tidak nyaman, karena Lex sudah mengantarnya sampai di lokasi janji temunya dengan Aga.“Apa sopir keluarga Mahardika sudah sampai?” Bukannya menanggapi perkataan Elok, Lex justru bertanya tentang hal lain.“Lagi otw,” jawab Elok kemudian mengembalikan topik pembicaraan mereka semula. “Kalau tahu begini, saya nggak mau diantar sampai sini.”“Saya tinggal di sini juga.”Akhirnya, Elok dibuat melongo karena jawaban Lex. Kenapa pria itu tidak mengatakan hal tersebut sedari tadi, jika memang tinggal di gedung apartemen yang jadi tujuan Elok?“Aga di lantai 40, saya di atasnya,” tambah Lex kemudian menghentikan mobilnya, tepat di sebelah pintu lobi yang berdekatan dengan kafe yang ada di lantai bawah. “Kafenya, ada di dalam. M
“Kita jadi ke Singapur, kan, Ma?”Setelah mencium pipi kiri dan kanan Elok untuk berpamitan, Kasih tidak melepaskan tangannya yang mengalung pada leher sang mama. Bibir mungilnya membentuk senyum lebar, berharap liburan akhir minggunya tidak akan batal.“Jadi dong!” Elok lantas memeluk Kasih dengan menyimpan banyak rasa getir di dalam dada. Bagaimana nasib putrinya nanti, jika Elok benar-benar telah bercerai dengan Harry?Bagaimana perasaan Kasih, jika Harry akhirnya menikah dengan Sandra?Bagaimana pula perasaan Kasih ketika tahu akan memiliki adik, tapi bukan dari rahim Elok?Begitu banyak masalah yang hinggap di kepala Elok, sampai-sampai ia tidak bisa berpikir sama sekali.Kasih mengurai pelukannya. “Om Gilang sama tante Kiya jadi ikut, kan?”“Kiya?” celetuk Gilang yang baru saja berdiri di samping Kasih. “Kiya … si Saskiya?”Elok dan Kasih kompak mendongak, dan menatap datar pada Gilang yang masih terlihat berantakan. Pria itu baru bangun, dan langsung turun ke bawah tanpa mandi
"Kiya, Sayang!" sapa Elok dengan terburu sambil menghampiri Kiya yang berada di mejanya. "Tolong hubungi Gilang, dan pastikan dia dapat saham yang saya mau.” Kiya yang baru berdiri dari tempat duduknya itu, hanya bisa mengangguk. Belum sempat ia memberi jawaban, tubuh Elok langsung tenggelam di balik pintu ruang kerja wanita itu. Padahal, Kiya baru mau mengabarkan jika Restu baru saja memasuki ruang kerja Elok. Seperti yang sudah-sudah, Kiya mana berani mengatakan tidak pada Restu, karena statusnya hanyalah seorang bawahan di Antariksa. “Kamu lagi!” ketus Elok memilih duduk di sofa terlebih dahulu, karena Restu saat ini berada di kursi kerjanya. “Mau apa lagi? Apa yang kemarin belum cukup? Mau aku tampar lagi?” Tangan Restu langsung terangkat mengusap pipi kirinya. Kemarin, merupakan kali pertama ada seseorang yang menamparnya dengan begitu keras. Bahkan, kedua orangtuanya tidak pernah memperlakukan Restu dengan kasar seperti itu. “Pak Adi mulai turun tangan rupanya.” Restu mendeng