Yvoxy lalu menggandeng Rae, dan berjalan menuju ke tengah-tengah bagian dalam gedung tersebut, dan para penyihir senior terlihat memberikan jalan bagi mereka berdua.
Terdapat tiga buah anak tangga yang menuju ke atas sebuah altar besar yang letaknya persis di tengah Gedung Axell. Yvoxy lalu menaiki anak-anak tangga tersebut dan ketika ia sampai di atas altar, ia kemudian berdiri tegak sambil masih menggandeng Rae yang terlihat agak bingung dan panik.
Yvoxy lalu berbisik pada Rae, "Ini kali pertamamu, jangan tegang, seluruh penyihir yang berkumpul di sini adalah para penyihir senior, kau tidak perlu setakut itu."
Kemudian, Yvoxy menoleh ke depan, ke arah para penyihir senior yang sudah menunggu-nunggu kedatangannya sejak tadi.
Seorang penyihir senior lalu berteriak, "Apa yang sudah terjadi, Yvoxy? Lyxia adalah anak didikmu, bagaimana kau bertanggung jawab akan hal ini?"
Seorang penyihir lainnya berteriak juga, "Apakah mungkin Lyxia sudah jatuh cinta pada seorang manusia dan perasaan itu membangkitkan Demona? Jelaskan, Yvoxy! Dia adalah anak didikmu, dan kini Demona sudah kembali, lalu apa yang akan kau lakukan?"
Bahkan, seorang penyihir lainnya juga turut berteriak, "Ramona memilihmu menjadi penerusnya, Yvoxy, bukankah itu berarti kau juga harus melakukan hal yang sama seperti yang Ramona lakukan dulu untuk menyegel kembali Demona?"
Yvoxy hanya bisa menghela nafas panjang mendengar semua keluhan-keluhan tersebut. Ia lalu berdehem sedikit, kemudian mulai berbicara panjang lebar:
"Tenang saudara-saudaraku! Ramona memang memilihku sebagai penerusnya, namun usiaku sendiri sudah delapan puluh dua tahun, dan aku akui, bahwa sistem yang kubuat sekarang tentang penyihir kelas bawah, menengah, dan atas, harus diakhiri hari ini juga, karena kembalinya Demona, kita harus kembali kepada sistem lama, yakni pembagian kelompok penyihir-penyihir hitam dan penyihir-penyihir putih! Dan untuk Lyxia, dia sudah tidak ada... Maafkan aku, aku sudah gagal menjaga dan mendidiknya... Aku benar-benar minta maaf... Namun aku benar-benar tidak mengetahui apapun tentang kebangkitan Demona untuk sekarang."
Seorang penyihir tiba-tiba menunjuk ke arah Yvoxy dengan jari telunjuk kirinya, dan berteriak, "Kau harus bertanggung jawab atas semua ini, Yvoxy! Kau harus jelaskan semua kepada kami, apa yang terjadi! Mengapa segel Demona bisa dibuka oleh anak didikmu?!"
Yvoxy mulai kesal mendengar pernyataan tersebut, lalu ia membalas, "Baiklah akan kujelaskan beberapa kemungkinan yang membuat segel Demona terbuka, dan kemungkinannya hanya dua, apakah anak didikku, Lyxia, jatuh cinta kepada manusia, atau kepada seorang penyihir sehingga membuat ia dimabuk asmara yang begitu besar? Atau apakah ia memiliki sebuah keinginan jahat yang membuat kegelapan dalam hatinya membesar?"
Namun, seorang penyihir tua menyela Yvoxy, "Jika memang karena cinta maka segel Demona terbuka, maka seluruh penyihir di dunia ini tidak mungkin bisa mencintai sesama penyihir, menikah, dan lalu mempunyai anak!"
Yvoxy langsung saja membalas pernyataan penyihir tua tadi, "Yang bisa membuka segel Demona, bukanlah cinta! Demona tidak membutuhkan cinta untuk membuka segelnya!"
Langsung saja, seorang penyihir lainnya bertanya, "Lalu apa jika bukan rasa cinta? Semua orang melihat bahwa Demona membunuh kedua orang tua Lyxia hanya untuk menyerap energi korbannya dan membuat energinya sendiri bertambah, lantas mengapa Demona menanyakan kesediaan korbannya untuk merelakan diri kepadanya, sebelum membunuh korbannya. Lalu menurutmu apa kalimat itu, Yvoxy?"
Dengan tatapan tajam, Yvoxy lalu menatap seluruh penyihir-penyihir senior yang berdiri di hadapannya, dan berseru, "Keinginan yang jahat, ambisi yang salah! Demona tidak mengincar cinta, yang membuat segel Demona terbuka itu adalah ambisi! Sebuah ambisi dengan niat jahat, pasti telah membangkitkan kegelapan dan menuntun Lyxia ke dalam ruangan rahasia tersebut, sehingga ia bisa dengan mudah membuka segel batu kristal hitam itu dan membuat Demona bangkit!"
Seluruh penyihir-penyihir senior yang mendengarkan pernyataan Yvoxy tersebut, justru terkejut bahkan ada yang terheran-heran, sehingga salah satu dari mereka bertanya, "Lalu, anak didikmu itu, Lyxia, punya ambisi jahat apa yang kuat yang bisa membuat Demona bangkit?"
Yvoxy langsung menjawab, "Aku tidak tahu, aku akan mencari tahu hal ini nanti, lalu akan kukabarkan lagi kepada kalian, jika aku sudah mengetahui apa yang telah terjadi!"
Rae sendiri masih berdiri dengan penuh rasa takut di belakang Yvoxy, kemudian berbisik, "Lalu mengapa kau membawaku ke atas sini, Yvoxy?"
Yvoxy lalu menoleh kebelakang, menatap Rae, dan mulai berteriak, "Akan ku perkenalkan pada kalian, cucu dari Ramona, inilah Rae!"
Yvoxy kemudian menoleh lagi ke arah para penyihir senior, dan melanjutkan, "Aku rasa kalian sudah tahu bahwa Rae adalah satu-satunya penyihir yang membawa kebudayaan manusia, yakni seni tari balet yang indah, anggun dan elegan..."
Namun tiba-tiba saja perkataan Yvoxy langsung dipotong oleh seorang penyihir tua, "Hei Yvoxy! Cucu-cucu kami juga belajar tarian bodoh itu, di dalam kelas yang dia buka di sini!" ucap penyihir tua itu.
Kemudian, ia mengangkat jari telunjuk kanannya lalu menunjuk-nunjuk ke arah Rae, lalu melanjutkan perkataannya, "Aku sudah melihat dengan mata kepalaku sendiri, tarian yang dibawakan oleh Demona ketika ia hendak membunuh ibunya Lyxia barusan, itu bukanlah sebuah tarian yang anggun, melainkan sebuah tarian yang menakutkan! Tarian yang membawa kematian!"
Rae dan Yvoxy langsung terdiam tidak bisa membantah perkataan penyihir tua tersebut.
Namun, setelah beberapa saat, Rae mengumpulkan seluruh keberaniannya untuk membalas perkataan penyihir tua tadi, dan mulai berseru, "Hei kakek tua! Tarian yang dibawakan Demona bukanlah tujuan dari tari balet itu sendiri! Aku belum pernah melihat manusia yang saling membunuh dengan sebuah tarian! Tari balet itu indah, anggun, dan elegan, serta di setiap tariannya, selalu terselip banyak emosi dan perasaan, yang bisa dipelajari oleh penyihir-penyihir muda! Tari balet adalah seni, bukan tarian kematian!"
Penyihir tua tadi rupanya kesal setelah mendengar seruan Rae barusan, lalu membalas lagi, "Lantas, tarian apa yang dilakukan oleh Demona barusan ketika ia hendak membunuh korbannya? Ia justru menghipnotis korbannya melalui tarian bodoh itu! Sudahlah! Hentikan seluruh kegiatan belajar mengajar tarian bodoh itu sekarang juga!"
Dan seluruh penyihir-penyihir senior yang berada di sana, mulai mengangguk setuju kemudian ikut berteriak, "Hentikan, hentikan kelas tari balet itu!"
Rae menatap seluruh penyihir-penyihir senior tersebut, dengan wajah yang penuh dengan kekecewaan.
Yvoxy langsung mendekati telinga Rae, dan berbisik, "Mengalah saja dulu, untuk sekarang. Bagaimana mengalahkan Demona adalah prioritas kita semua, sebelum ia mencari korban lain untuk dijadikan pemuas ilmu hitamnya."
Rae akhirnya mengangguk walaupun air matanya mulai keluar, ia tidak bisa membela dirinya sama sekali, satu-satunya yang bisa ia lakukan adalah... Mengalah.
Yvoxy lalu menatap lagi penyihir-penyihir senior tua yang berkumpul di hadapannya, kemudian berseru, "Baiklah, kelas tari tersebut akan dihentikan mulai besok. Aku juga akan mencari tahu apa yang sudah terjadi pada Lyxia sehingga segel Demona bisa ia lepas dengan mudah. Kembalilah tiga hari lagi di gedung ini, aku akan menyampaikan hasilnya. Beri aku waktu tiga hari."
Seluruh penyihir-penyihir senior tampak saling berdiskusi setelah mendengar pernyataan Yvoxy tersebut, dan selang beberapa waktu kemudian, mereka semua setuju dengan Yvoxy, dan akhirnya mulai membubarkan diri, pulang ke rumah masing-masing.
Setelah seluruh penyihir-penyihir senior tersebut sudah meninggalkan Gedung Axell, kini tinggallah Rae yang masih berdiri bersama Yvoxy di atas altar.
Rae lalu menepuk bahu penyihir tua itu dan bertanya, "Dengan cara apa kau akan tahu apa yang sudah terjadi pada Lyxia?"
Yvoxy hanya terdiam. Ia sendiri sebenarnya kebingungan harus melakukan apa dan mulai dari mana.
"Aku... Belum berpikir sampai ke situ, Rae..." ucap Yvoxy pelan.
Mereka berdua hanya bisa menghela nafas panjang, karena masih kebingungan dengan apa yang harus mereka lakukan setelah ini.
Mendengar pertanyaan dari Rae barusan, Yvoxy lalu menjawab dengan cepat, "Lyxia baru saja menguasai sihir untuk membuka portal ke dunia manusia. Kita bisa mulai dari sana, dunia manusia. Ia tampak terburu-buru memintaku dalam waktu satu minggu, agar ia bisa menguasai caranya membuat portal tersebut. Kau harus mengikutiku, Rae, sebagai cucu dari Ramona, aku berharap banyak padamu."Rae mengangguk. Mereka lalu berjalan bersama, keluar dari Gedung Axell, lalu pulang ke rumah masing-masing. Langit masih tampak gelap gulita karena kehadiran Demona yang mulai menguasai langit di dalam dunia penyihir.Melihat langit yang begitu kelam, Rae kemudian bersedih. Ia mengingat Lyxia sebagai anak didik yang pintar, bahkan tariannya selalu membuat orang-orang yang melihatnya, terpana dan terkagum-kagum. Rae meneruskan langkahnya, berjalan menuju rumahnya yang agak jauh dari Gedung Axell. Matanya masih terlihat sedih atas kejadian hari ini.Sementara itu, pintu di sebuah gedung tua kosong dan gelap ya
Rae bermimpi dalam tidurnya. Ia bertemu neneknya, Ramona, dengan pakaian yang serba putih, rambutnya yang berwarna putih, dengan bola matanya yang berwarna coklat tua, serta wajahnya yang tidak menua. Ramona lalu menatap Rae dan tersenyum kepadanya.Rae terkejut melihat neneknya tersenyum, karena sejak ia berhasil menyegel Demona dengan kepingan-kepingan hatinya, yang Rae tahu adalah Ramona sama sekali tidak bisa tersenyum, apalagi merasakan cinta, kesedihan, kesepian, kekecewaan, dan perasaan-perasaan lainnya.Ramona yang tersenyum kepada Rae, berkata, "Rae, kau tidak pernah menemuiku karena aku sudah lebih dulu meninggal sebelum kau lahir namun, sepertinya orang tuamu menceritakan semuanya tentang diriku kepadamu, Rae."Rae langsung berlari, kemudian memeluk neneknya yang bahkan tidak pernah ia temui itu.Setelah memeluk neneknya untuk beberapa saat, ia lantas berkata, "Nenek! Aku akhirnya bisa bertemu denganmu, untuk pertama kalinya! Ah, apakah kau sudah tahu bahwa Demona sudah ban
Yvoxy langsung terkejut mendengar pernyataan Rae tadi. Ia bahkan menatap Rae dengan ekspresi wajah yang kebingungan, lalu bertanya, "Apa mungkin? Seorang penyihir, atau manusia?"Rae langsung menjawab pertanyaan Yvoxy dengan tegas, "Anak gadis tersebut, menurut nenekku, akan lahir dari rahim seorang penyihir netral, namun, kekasihnya adalah seorang manusia!"Langsung saja Yvoxy merasa kesal setelah mendengar jawaban itu, lalu menatap Rae dengan ekspresi wajah yang terlihat marah, kemudian berkata, "Tidak mungkin! Penyihir mana yang berani melakukan hubungan badan dengan manusia? Kau sudah gila, Rae. Mimpi adalah mimpi! Jika Ramona dalam mimpimu berkata demikian, itu artinya memang Demona tidak akan pernah bisa dikalahkan, Rae! Mustahil sekali, penyihir mana yang mau melahirkan anak seorang manusia?"Rae yang tiba-tiba menjadi kebingungan setelah mendengar perkataan Yvoxy, hanya bisa menghela nafas panjang, lalu berkata, "Kau benar juga. Mimpi adalah mimpi. Baiklah, dari pada kita hany
Mereka berdua, Yvoxy dan Rae, berjalan agak cepat ke arah yang ditunjuk oleh wanita tua tadi, sambil melihat-lihat rumah-rumah warga di sekelilingnya.Namun, setelah menyusuri jalan untuk beberapa lama, mereka berdua mulai kebingungan karena belum juga menemukan rumah pria muda tersebut. Karena dilarang menggunakan sihir di dalam dunia manusia, mereka berdua hanya bisa mencari-cari rumah pria muda itu tanpa memakai kekuatan sihir.Setelah mencari-cari untuk sekian lama, Yvoxy dan Rae mulai kelelahan. Mereka lalu memutuskan untuk beristirahat sebentar, kemudian tanpa sengaja, mereka melihat sebuah bangku kosong yang terletak di seberang jalan.Mereka kemudian memutuskan untuk menyeberang jalan dan lalu duduk di atas bangku itu.Yvoxy lalu menolehkan kepalanya ke arah Rae yang sedang duduk di sampingnya dan menatap Rae dengan ekspresi kesal, lalu berkata, "Aku rasa wanita tua itu hanya membual saja, mengarang cerita demi menakut-nakuti anak muda seperti dirimu!"Rae lalu menolehkan kepa
Waktu kembali berjalan mundur ketika Rae kembali menggunakan kekuatan sihirnya. Waktu berjalan lebih mundur daripada sebelumnya, dan seluruh kejadian di dalam rumah tersebut mulai perlahan muncul di sekeliling Yvoxy dan Rae.Tiba-tiba saja waktu berhenti tepat ketika di mana Lyxia sedang bermesraan dengan pria muda tersebut, lalu, semuanya menjadi jelas. Lyxia mencintai pria muda tersebut, seorang manusia. Yvoxy sangat terkejut ketika ia sendiri dengan mata kepalanya sendiri, menyaksikan Lyxia dan pria muda tersebut tengah dimabuk asmara berdua, semalam penuh.Dalam hati Yvoxy, tidak mungkin ada seorang penyihir yang berani melanggar peraturan untuk tidak mencintai manusia, apalagi sampai berhubungan badan dengan manusia!Yvoxy sangat terkejut dengan apa yang sudah ia lihat, bahkan, terlihat juga waktu ketika Lyxia menyaksikan bahwa pria muda itu ternyata sedang bersama wanita lain ketika Lyxia tidak ada.Kecemburuan terlihat jelas di mata Lyxia, dan tubuh Lyxia tiba-tiba dikelilingi
Lyxia tidak berhenti menari. Ia terus melanjutkan gerakan-gerakan tarian Giselle sambil memerankan Giselle itu sendiri, kemudian ia menjawab guru tarinya itu, "Guru, aku mencintai pria manusia itu, Mikhel namanya. Aku tidak tahu bahwa ia sudah memiliki tunangan. Terpuruk, hatiku sakit, masih ingin mencari kebenarannya. Guru, apakah Mikhel mencintaiku juga, ataukah aku adalah Giselle dalam kehidupan ini?"Rae masih menari bersama Lyxia, mendengar pertanyaan itu dan langsung berkata, "Lyxia. Mencintai itu tidak salah. Kau tidak bisa menyalahkan cinta. Perasaan itu tidak pernah salah. Yang salah adalah orang itu, tidak bisa menjaga hatimu. Ia tidak pantas untukmu, yang mempunyai hati polos dan seputih salju. Lyxia, menarilah The Swan Lake bersamaku."Sambil masih menari sebagai Giselle, Lyxia langsung membalas Rae, "Tidak, guru. Aku adalah Giselle, bukan Odette. Odette tidak bisa melakukan pas de deux bersama pangerannya, karena Odile mencurinya. Hanya Odile yang berhasil melakukan pas d
Ruangan itu sangat kecil. Letaknya memang di bawah tanah rumah Yvoxy, dan memang, hampir semua penyihir senior, mempunyai ruang bawah tanah rahasia di dalam rumahnya, biasanya memang dibangun untuk menyimpan benda-benda berharga.Yvoxy lalu melepaskan tangan Rae, kemudian membuka sebuah lemari berwarna coklat, yang terlihat kotor sekali, bahkan diperkirakan usianya sudah sangat tua, jika dibandingkan, Yvoxy sendiri berusia seratus enam belas tahun.Setelah membuka lemari tua yang kotor itu, Yvoxy kemudian mengambil sebuah kotak kecil berwarna merah darah, kemudian memberikannya kepada Rae, lalu berbisik pelan, "Jika Lyxia memang ingin memperbaiki situasi ini, karena dia sendiri adalah penyebab satu-satunya kebangkitan Demona, berikan ini padanya jika kau bertemu Lyxia lagi dalam mimpimu di kemudian hari."Rae lalu memandang kotak kecil berwarna merah darah itu dengan sangat teliti tanpa membukanya sama sekali.Kemudian ia menatap Yvoxy dengan ekspresi wajah yang penuh dengan kebingung
(Cerita ini masih di dalam mimpi Rae.)Ramona terlihat sedang berjalan dengan seseorang di sampingnya, dan mereka terlihat sangat akrab sekali, berjalan sambil berbicara tentang apapun, bersama.Ramona, yang kemungkinan besar masih berusia tiga puluh lima tahun, masih memiliki rambut panjang berwarna abu-abu, yang memanjang hingga dadanya.Kedua bola matanya yang berwarna putih, berkaca-kaca setiap kali mendengarkan seseorang di sebelahnya yang sedang berbicara. Ramona terlihat sangat senang mendengarkan orang tersebut, oh, bukan, wanita tersebut.Wanita di sebelah Ramona yang sedang berbicara dengannya itu, memiliki rambut berwarna coklat yang pendek hanya sampai dagunya saja, dan kedua bola matanya berwarna hitam. Wanita itu adalah Demona.Mereka berdua, Ramona dan Demona, tampak berteman baik dan memang, mereka sebelumnya adalah teman baik, yang sangat akrab satu sama lain.Ramona selalu ada untuk Demona, begitu juga sebaliknya. Demona adalah anak yatim piatu. Ia tidak pernah diper