Share

Act 11. Selamat Jalan, Lyxia

Lyxia lalu menatap Rae dengan sorot mata yang sinis dan berkata, "Lyxia sudah tewas. Gadis bodoh itu sudah tidak ada. Jangan kau sebut lagi namanya. Ramona yang bodoh menyegelku dengan kepingan-kepingan hatinya sehingga ia hidup sampai akhir hayatnya tanpa merasakan emosi dan tidak memiliki perasaan apapun, bodoh bukan?"

"Namun ia lupa satu hal, bahwa segel bodohnya itu tidak kuat untuk selamanya. Gadis bodoh yang kau panggil Lyxia ini, keinginan jahatnya sangat kuat sekali, menarik perhatian burung-burung iblis pelayan-pelayanku. Gadis bodoh ini datang sendiri kepadaku, perlu aku jelaskan apa lagi? Ia telah membangkitkan kekuatan kegelapan dalam hatinya dan hal itu membuat segel yang mengurungku selama ini, akhirnya hancur! Bagus sekali!"

Air mata Rae seketika tumpah mendengar jawaban itu. Ia langsung teringat sosok Lyxia yang selalu senang ketika ia menari balet untuk semua orang.

Tariannya selalu indah dan elegan, seolah-olah angsa putih, Lyxia selalu membuat orang-orang yang melihat tariannya, senang sekaligus hatinya penuh dengan cinta.

Lyxia yang sekarang, bukan, tapi Demona, lalu tersenyum licik melihat Rae yang mulai menangisi kepergian Lyxia, dan mulai berkata, "Kau tidak perlu bersedih, aku, Demona, sudah kembali. Kau bisa menyegel diriku lagi, Rae. Namun, hahaha! Dengan apa? Kau punya kekuatan sekuat nenekmu, Ramona? Tentu tidak! Kau hanya salah satu keturunannya yang bodoh, hahahaha!"

Kemudian, kabut-kabut hitam mulai mengelilingi tubuh cantik Lyxia dan mengubahnya menjadi seekor burung gagak hitam besar dengan sayap yang juga besar dan panjang, membuat penyihir-penyihir yang berada di sekitarnya ketakutan, kali ini mereka berlarian berusaha melindungi dirinya masing-masing.

Yvoxy lalu mengayunkan tangan kanannya dan seberkas cahaya putih muncul dari telapak tangan kanannya tersebut. Ia lalu melemparkan cahaya putih tersebut ke arah Demona, namun, Demona berhasil menepisnya.

"Kau sadar diri, penyihir bodoh! Kau pikir kekuatan para penyihir putih akan bisa menandingiku?" seru Demona.

Lalu ia mengepakkan sayapnya dan terbang ke atas langit, membuat seluruh langit gelap gulita. Yvoxy hanya bisa mengepalkan telapak tangan kanannya, dan perasaannya sungguh sangat kesal dan sedih atas kematian Lyxia, anak didik tersayangnya.

Yvoxy lalu bergumam, "Demona sialan! Beraninya dia mengambil tubuh Lyxia!"

Rae hanya bisa menatap Yvoxy yang sedang kesal. Ia juga bisa merasakan kesedihan yang dirasakan oleh Yvoxy, namun, ia memberanikan diri untuk berkata, "Yvoxy, kita tidak bisa melupakan satu penyihir lagi yang akan menjadi korban selanjutnya!"

Yvoxy langsung bertanya kepada Rae, "apa? Siapa?"

Rae langsung menjawab, "Ayah Lyxia, Yvoxy. Demona sudah membunuh ibunya dan sekarang pasti mengincar ayahnya, karena yang dibutuhkan Demona adalah sebuah hati, sebuah jiwa dan raga yang mau merelakan dirinya sendiri untuk menjadi korban ilmu sihir hitamnya!"

Yvoxy langsung tersadar bahwa Lyxia masih mempunyai seorang ayah. Mereka berdua langsung berlari menuju rumah Lyxia padahal, mereka bisa menggunakan pintu sihir, namun entah mengapa mereka tidak berpikir untuk menggunakannya.

Sesampainya di depan rumah Lyxia, Yvoxy dengan cepat membuka pintu rumah itu, yang terlihat terbuka sedikit, namun, yang ia temukan hanyalah jasad seseorang yang ia kenal, sudah terbujur kaku di hadapannya.

Rae yang tadinya tertinggal di belakang, dengan cepat ia berlari dan tiba di belakang Yvoxy. Ia langsung mengarahkan matanya ke dalam rumah itu dan melihat seorang penyihir yang sudah terbujur kaku di atas lantai, yakni jasad ayah Lyxia.

Rae langsung menutup mulut dengan kedua tangannya, dan mulai menangis, tidak percaya dengan apa yang sudah terjadi. Tubuh kaku ayah Lyxia tiba-tiba berubah menjadi debu halus berwarna hitam, lalu menghilang begitu saja.

Yvoxy lalu menolehkan kepalanya ke arah Rae, dan melihat Rae yang mulai menangis.

Yvoxy kemudian menepuk-nepuk punggung Rae, lalu berkata, "Bukan salah dirimu. Bukan juga salah Ramona. Kita semua tahu bahwa seratus tahun lalu, seluruh penyihir di dunia ini adalah sama tingkatan dan kelasnya, yang membedakan adalah apakah dia penyihir hitam atau penyihir putih. Perkumpulan penyihir hitam yang dipimpin Demona memang membuat dunia penyihir ini kacau balau karena ia selalu membunuh manusia bahkan penyihir lainnya hanya demi memberi makan kekuatan sihir hitamnya."

"Aku, dan seluruh penyihir-penyihir di dalam dunia ini, sangat berterima kasih atas seratus tahun yang damai, karena hanya Ramona, nenekmu, penyihir putih yang sudah merelakan dirinya sendiri untuk menyegel Demona dengan seluruh kepingan-kepingan hati miliknya. Bukan hal mudah, bahkan sampai akhir hayatnya, Ramona tidak bisa merasakan perasaan atau emosi apapun karena kehilangan seluruh kepingan-kepingan hatinya. Rae, aku rasa kau tidak perlu bersedih begini. Ramona adalah penyihir putih yang hebat, namun, karena kecerobohan Lyxia, aku rasa dunia penyihir akan kembali lagi ke masa-masa kelamnya dulu."

Rae mengangguk, namun, kesedihan tampak jelas di wajahnya.

Ia hanya bisa menghela nafas panjang, lalu berkata kepada Yvoxy, "Lyxia adalah anak didik kelasku yang paling pintar dan cantik. Seluruh tarian yang ia bawakan, seolah-olah ia mengerti perasaan-perasaan seluruh peran yang ia bawakan. Ia seperti manusia yang mempunyai begitu banyak emosi dan perasaan, dan aku, aku sangat sedih, hatiku sangat sakit melihat tarian terakhirnya barusan, sama sekali bukan Lyxia! Ia tidak mungkin menari dengan gerakan yang mengerikan seperti itu! Tariannya menakutkan, seluruh gerakannya, benar-benar seperti burung gagak hitam yang sedang menunggu mangsanya!"

Setelah itu, Rae menangis dengan keras. Yvoxy lalu mendekatkan dirinya kepada Rae dan sekali lagi, ia menepuk-nepuk punggung Rae hanya untuk menenangkannya.

Mulai hari itu, seluruh penyihir yang tinggal di dalam dunia penyihir, mulai menyebarkan informasi dari mulut ke mulut, bahwa Demona sudah bangkit dan akan membuat kekacauan kembali.

Setelah kabar itu tersebar, penyihir-penyihir tua yang sudah senior, mulai berkumpul di dalam sebuah gedung yang dulunya adalah gedung pertemuan para penyihir putih seratus tahun lalu yang sudah tidak digunakan hingga hari ini akhirnya tiba.

Gedung Axell, nama bangunan tersebut. Seratus tahun lalu, hanya bangunan ini saja yang tidak bisa disentuh oleh Demona ataupun pengikutnya, karena para penyihir putih selalu berkumpul setiap hari di sini, dan mereka juga membuat sebuah benteng pelindung magis yang melindungi sekeliling gedung tersebut, dan benteng pelindung magis itu akan selalu ditambahkan mantra-mantra sihir agar lebih kuat, oleh para penyihir putih, setiap harinya.

Gedung ini memang sudah lama tidak digunakan lagi sejak Ramona berhasil menyegel Demona dan mengubahnya menjadi sebuah batu kristal hitam, dan juga mengurungnya di dalam sebuah kotak kecil, yang ia segel dengan menggunakan kepingan-kepingan dari hatinya, sehingga ia kehilangan seluruh perasaan yang ia punya.

Sepanjang sisa usianya setelah kejadian itu, Ramona hidup tanpa bisa merasakan emosi-emosi atau perasaan seperti cinta, benci, kecewa, dan perasaan lainnya layaknya orang normal. Ia lalu meninggal di usia sembilan puluh tahun karena sakit yang dideritanya.

Para penyihir senior yang disegani penyihir-penyihir lainnya, kini sudah berkumpul semua di dalam Gedung Axell. Yvoxy terlihat paling akhir masuk ke dalam gedung tersebut, sambil menggandeng Rae, memaksanya ikut masuk juga ke dalam Gedung Axell walaupun Rae tidak mau.

Ketika mereka berdua sudah berada di dalam gedung dan menutup pintunya, seluruh mata penyihir-penyihir senior itu langsung mengarah ke arah mereka berdua. Rae langsung mengeluarkan keringat dingin, karena menurutnya, tatapan-tatapan itu membuatnya ketakutan.

"Apa yang akan mereka lakukan kepadaku? Mengurungku? Memenjarakanku? Hanya karena aku memberikan pelajaran tentang tari balet? Astaga! Para penyihir tua itu menyebalkan sekali! Mereka terlalu kolot!" gumam Rae dalam hati, dengan wajah yang dipenuhi rasa ketakutan dan kegusaran.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status