Share

Act 10. Pengorbanan yang Sia-sia

Lyxia mulai menari dengan indah, sambil mengelilingi ibunya, dan membuat ibunya tersebut terpana akan keindahan setiap gerakan tari yang dibawakan Lyxia. Hanya gerakan tari balet yang sederhana, namun, ia mampu menghipnotis ibunya sendiri.

Para penyihir yang sedang memperhatikan mereka berdua, bukannya senang karena tarian tersebut indah, melainkan justru merasa ketakutan, karena bayangan Lyxia yang terlihat tampak seperti burung gagak hitam dengan sayap besar yang seolah sedang menari-nari sebelum membunuh mangsanya.

Dari kejauhan, terlihat Rae dan Yvoxy yang sedang berlari ke arah Lyxia dan ibunya, namun, keduanya justru langsung menghentikan langkahnya masing-masing ketika mereka memperhatikan bahwa Lyxia sedang menari di hadapan ibunya sendiri.

Sementara Rae seperti terpana dengan tarian Lyxia, Yvoxy justru melihat bayangan Lyxia yang seolah-olah adalah burung gagak hitam dengan sayapnya yang besar, sedang menari di hadapan mangsanya.

Menyadari ada sesuatu yang salah, Yvoxy langsung berlari ke arah ibu Lyxia sambil berteriak, "Ibu tua! Sadarlah! Ini semua hanya manipulasi!"

Namun, Lyxia langsung mengayunkan tangan kanannya ke depan, dan tiba-tiba saja entah dari mana asalnya, Yvoxy terhempas dan terlempar agak jauh oleh angin yang kencang, membuatnya jatuh tersungkur di atas tanah.

Rae yang melihat kejadian itu, langsung berlari ke arah Yvoxy, kemudian berlutut dan membantunya untuk berdiri.

Mereka berdua masih memperhatikan Lyxia yang masih menari, kemudian, ia mulai mengayunkan tangan kanannya lagi, dan tiba-tiba saja dari dalam tanah, dari bawah kakinya dan ibunya, sebuah pohon besar keluar, lalu tumbuh tinggi ke atas, membawa mereka berdua menjauhi tanah.

Sambil masih menari, Lyxia kembali bertanya kepada ibunya, "Ibu, apakah kau rela memberikan seluruh jiwa ragamu padaku, dengan tulus?"

Lalu ibunya menjawab dengan cepat, "Iya, aku bersedia, nak."

Lyxia tersenyum. Ia lalu berdiri di depan ibunya dan sambil menari, sebuah bulu burung gagak yang berwarna hitam, muncul dari telapak tangan kanannya dan ia langsung meraihnya, lalu dengan cepat, bulu burung gagak hitam itu berubah menjadi sebuah pisau kecil yang sangat tajam.

Sama seperti apa yang terjadi pada Mikhel sebelumnya, Lyxia langsung menghunuskan pisau kecil itu ke arah dada ibunya, dan menancapkannya pas di jantung ibunya.

Yvoxy yang melihat kejadian itu, langsung berteriak, "Lyxia! Sadarlah!!"

Namun, teriakan itu sudah terlambat. Pisau kecil yang tajam tadi, sudah tertancap di dada ibu Lyxia, tepat di jantungnya.

Yvoxy dan Rae hanya bisa terdiam menatap kejadian yang baru saja terjadi dengan cepat itu. Semua penyihir di sekitarnya, yang juga melihat kejadian tersebut, ikut terdiam dalam ketakutan.

Ibu Lyxia yang kini sudah mengeluarkan banyak darah dari dalam dadanya, lalu jatuh tersungkur, namun, matanya melotot menatap anak gadis satu-satunya tersebut. Bibirnya terbuka seolah hendak berbicara, namun, ia langsung tewas seketika.

Lyxia langsung mencabut pisau kecil yang ia tancapkan tepat di jantung ibunya, dan mengubahnya menjadi debu hitam. Menyadari korbannya sudah tewas, Lyxia lalu mengangkat kedua tangannya kedepan, dan mulai menyerap seluruh energi korbannya itu.

Debu-debu berwarna hitam mulai keluar dari dalam tubuh ibunya, mengalir menuju ke kedua tangannya. Tubuh ibunya yang kini sudah kaku dan menghitam, tiba-tiba saja menjadi debu-debu halus di udara setelah Lyxia selesai menyerap seluruh energinya, lalu menghilang secara perlahan.

Pohon besar yang menjulang tinggi ke atas, yang menopang Lyxia dan ibunya tadi, kemudian seolah terhisap ke dalam tanah secara perlahan dan menghilang. Kaki-kaki Lyxia lalu mendarat di atas tanah dengan lembut, namun, tiba-tiba di dalam tubuhnya, terjadi sebuah pergolakan yang hebat.

Ia mulai merasa kesakitan di sekujur tubuhnya, sehingga ia terjatuh dengan posisi berlutut di atas tanah.

Kedua bola mata Lyxia tiba-tiba saja berubah warna menjadi hitam kembali, lalu ia berteriak, "Keluar kau dari tubuhku! Apa yang sudah kau lakukan! Siapa dirimu, mengapa kau membunuh ibuku!!"

Seolah Lyxia yang asli sedang melawan seseorang yang merasuki tubuhnya, ia memukul-mukul terus dadanya dengan sekuat tenaga.

Tiba-tiba saja, bola mata Lyxia berubah lagi menjadi warna abu-abu dan berteriak lagi, "Hei gadis bodoh! Aku memberikanmu kekuatan! Kau sendiri yang ingin menjadikan dunia ini milikmu, namun, kekuatan hebat tersebut butuh pengorbanan! Seorang dengan cinta yang tulus adalah orang yang cocok energinya dengan kekuatan hitam ini, karena dengan begitu, ia akan rela memberikan seluruh jiwa dan raganya, dan kau akan menjadi penyihir terkuat yang akan memimpin kedua dunia ini!"

"Tidak! Aku tidak akan membiarkanmu membunuh korban berikutnya!" teriak Lyxia lagi, lalu, ia membuka telapak tangan kanannya, muncul sebuah bulu burung hitam yang langsung berubah menjadi sebuah pisau kecil yang tajam seperti tadi.

Ia lalu menghunuskan pisau kecil itu menuju ke dadanya sendiri, namun, Lyxia sendiri juga, langsung menahan tangannya sendiri dan berseru, "Kau sudah gila! Membunuhku? Tidak mungkin! Kau membunuhku sama saja dengan membunuh dirimu sendiri!"

"Jika itu bisa menghentikanmu, iblis!" seru Lyxia juga setelahnya.

Ia langsung menancapkan pisau kecil tersebut tepat di jantungnya sendiri tanpa berpikir. Darah mulai mengalir keluar, sangat banyak, dari dalam dadanya. Seluruh penyihir yang melihatnya pun terkejut dan ekspresi wajah-wajah mereka menjadi sangat ketakutan.

Yvoxy dan Rae sendiri tidak berani mendekat, walaupun tampak jelas kekhawatiran dan kesedihan, serta ketakutan yang terpancar melalui wajah mereka berdua.

Lyxia langsung tersungkur di atas tanah setelah ia melakukan aksi bunuh diri demi membunuh iblis yang merasuki dirinya itu.

Beberapa penyihir terlihat langsung berjalan mundur ketika melihat tubuh Lyxia sudah terbaring di atas tanah, mereka berusaha berjalan menjauhi tubuh Lyxia, dan tidak ada yang berani mendekat, kecuali Yvoxy dan Rae yang terlihat mulai berdiri dan berlari kecil menuju Lyxia yang kini sudah berlumuran darah.

Mereka hendak menolongnya.

Namun, setelah beberapa saat, Lyxia yang tubuhnya masih tergeletak di atas tanah tersebut, tiba-tiba ia tertawa. Mendengar Lyxia yang tertawa padahal dirinya masih berlumuran darah dan terlihat sudah tewas seketika itu juga, Yvoxy dan Rae langsung menghentikan langkahnya.

"Mmm, hahahaha! Uh, hahaha!" suara tawa Lyxia yang tubuhnya terlihat masih tergeletak di atas tanah.

Yvoxy melihat darah Lyxia yang tadinya tumpah begitu banyak, di atas tanah, dalam sekejap, kemudian menghilang, seolah terhisap kembali ke dalam tubuh Lyxia. Setelah itu, tiba-tiba saja Lyxia bangkit, lalu berdiri tegak di hadapan Yvoxy dan Rae.

Ia lalu tertawa lebar, kemudian berkata, "Aku sudah mengatakan semuanya kepada gadis bodoh ini. Cinta bisa mengakibatkan seseorang mengalami kebodohan jangka panjang. Anak ini, berusaha membunuh dirinya sendiri dengan pikiran bahwa ia akan membunuhku juga jika ia tewas. Dasar penyihir tingkat tinggi yang bodoh! Hahaha."

Lyxia melanjutkan tawanya dan entah mengapa, ia terlihat berbeda sekarang.

Yvoxy dengan wajah kesal lalu bertanya, "Lyxia... Kaukah itu?"

Lyxia langsung menoleh ke arah Yvoxy dan menatap tajam mata guru sihirnya itu, lalu menjawab, "Guru sihir bodoh. Tentu saja ia sudah tewas! Anak didikmu sudah tewas, bodoh! Kau pikir dia bisa mengalahkan ilmu sihir hitam. yang ada pada diriku, hanya dengan tusukan sebuah pisau kecil? Kalian ini bodoh sekali!"

Keringat dingin Rae mulai mengalir jelas dari kepala, turun menuju wajahnya.

Dengan penuh rasa ketakutan, Rae lalu bertanya kepada Lyxia, "Demona... Kaukah itu? Kau, apakah kau sudah bangkit kembali? Tidak mungkin. Nenekku, Ramona, sudah menyegel dirimu sudah lama. Mengapa kau tiba-tiba bangkit? Apa yang sudah terjadi, dan mengapa kau menggunakan tubuh Lyxia untuk kau jadikan fisikmu sendiri?!"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status