Darah mengalir di mana-mana sementara, di depan rumah, para manusia pengusir penyihir, mulai mengusir burung-burung gagak hitam yang terbang ataupun bertengger di sekitar area itu."Ada seorang penyihir yang sedang melakukan ritual di sekitar sini, cepat cari!" teriak seorang dari mereka."Baiklah!" seru beberapa orang lainnya yang langsung pergi ke segala arah untuk memeriksa apakah ada seorang penyihir di sekitarnya.Di dalam rumah, Dexy sedang berusaha melahirkan anaknya. Yvoxy terus menerus memberi seruan agar Dexy mau mengejan dan mendorong agar anaknya dapat keluar.Dexy sendiri mulai kehabisan tenaga.Sementara Rae, melihat seluruh proses tersebut dengan wajah yang penuh dengan ketakutan, sambil berpikir, "Astaga, melahirkan ternyata sangat sulit dan sakit, bahkan sebagai seorang penyihir sekalipun!"Dan terkadang, Rae menutup matanya, sesekali, karena merasa ketakutan akan darah yang semakin banyak keluar. Dexy masih terus berjuang untuk melahirkan, dan sudah beberapa jam berl
Melihat Demona yang hendak menargetkan Rae dan bayi perempuannya, Dexy Langsung berusaha bangun dengan cepat walaupun ia masih merasakan sakit yang luar biasa, kemudian dengan cepat juga, ia langsung berdiri tepat di hadapan Rae dan bayi perempuan anaknya itu.Demona langsung dengan cepat mengarahkan pisau kecilnya di hadapan Rae namun, pisau tersebut tidak berhasil menusuk Rae, melainkan… Pisau tersebut menancap tepat di jantung Dexy.Suasana sangat tegang, bahkan Yvoxy sendiri terkejut menyaksikan semua kejadian yang berlangsung cepat tersebut.Ia langsung berdiri dan lalu berseru, "Dexy! Demona, kau sudah gila! Ia baru saja melahirkan!"Namun, Dexy tidak gentar, ia justru tersenyum kepada Demona, menahan sakit, sambil berkata, "Guru, cepat bawa anak itu pergi dari sini!"Rae kemudian dengan cepat berlari keluar dari kamar itu sambil menggendong bayi perempuan yang baru saja dilahirkan Dexy tadi, dan membiarkan Dexy serta Yvoxy yang masih bersama Demona di dalam kamar.Setelah itu,
Setelah tertidur, bayi perempuan itu kemudian dikembalikan oleh wanita tersebut, kepada Rae. Rae langsung meraih bayi perempuan itu dan menggendongnya, melihatnya dengan senyum sambil sedang tertidur pulas setelah wanita itu menyusuinya."Kalau begitu, aku pergi dahulu, anak muda," ucap wanita tersebut, kemudian ia kembali berjalan, hendak pulang menuju rumahnya, namun, Rae langsung berteriak kepada wanita itu, "Nyonya! Tunggu!" Dan teriakan itu membuat wanita tadi menghentikan langkahnya.Rae lalu berjalan mendekati wanita itu, kemudian bertanya, "Ehm, nyonya, maafkan aku, tapi apakah anda tahu di sekitar sini, mungkin ada tempat untuk merawat bayi perempuan ini?"Wanita itu langsung terkejut mendengar pertanyaan Rae, namun, dengan tenang, ia menjawab, "Anak muda, ada apa dengan bayi tersebut? Bukankah bayi itu anakmu? Di sekitar desa ini tidak ada panti asuhan, di kota sebelah sana, mungkin ada. Desa kecil seperti ini, yang kami lakukan hanya bercocok tanam dan melakukan bisnis keci
Rae kemudian berjalan hingga agak jauh dari rumah pasangan suami istri itu, menuju ke sebuah pohon besar yang letaknya benar-benar jauh dari rumah Iora dan Han, hanya untuk mengintip mereka dari kejauhan.Dari balik pohon besar, Rae terlihat mengelus dadanya, kemudian ia berkata sendiri, "Ixy, aku akan mengunjungimu sesekali, maafkan aku tidak bisa merawatmu, ada hal lain yang harus kulakukan, namun, aku akan menjagamu dari kejauhan!"Tiba-tiba saja seseorang yang berada di samping Rae, membalas perkataan Rae, "Jadi ini rencanamu, Rae? Ya, menurutku juga sangat tepat, desa ini tidak begitu ramai dan Demona serta pengikut-pengikutnya belum pernah ke desa ini, sepertinya. Ixy namanya, bukan? Rae, setelah ini, perang di antara anak itu dan Demona, akan segera dimulai."Rae kemudian menoleh ke samping, dan terkejut ternyata Yvoxy-lah yang membalas perkataannya barusan."Kau sangat mengejutkanku, Yvoxy!" seru Rae, dan Yvoxy hanya tersenyum kecil, lalu membalas, "Rae, lalu apa rencanamu set
Hari berganti hari, bulan berganti bulan, bahkan sudah mulai juga berganti tahun. Ixy kecil, sangat dicintai kedua orang tua angkatnya, Iora dan Han.Sejak mereka berdua memutuskan untuk mengadopsi Ixy sebagai anak angkatnya, Iora dan Han hampir sama sekali tidak pernah menemukan masalah dalam kehidupan mereka baik dalam pekerjaan ataupun mengurus Ixy kecil.Bahkan, mereka menganggap ia adalah anak pembawa berkah, karena sejak Ixy tinggal bersama mereka, hasil panen yang mereka dapatkan, selalu melimpah ruah, bahkan Iora dan Han, perlahan-lahan, mulai mampu untuk mengubah rumah jelek yang mereka punya tadinya, menjadi rumah yang sedikit lebih bagus.Dan juga, setiap tahun, Iora dan Han, mampu untuk mempersembahkan banyak persembahan seperti makanan dan minuman, ketika upacara panen sudah tiba di desa. Perubahan besar yang terjadi pada pasangan suami istri ini membuat semua penduduk yang tinggal di dalam desa itu, terkagum-kagum.Seiring waktu berjalan dan tahun demi tahun sudah dilalu
Mereka langsung merasa ketakutan, apalagi melihat Ixy yang sorot matanya semakin tajam menatap anak perempuan itu.Beberapa anak mulai berlari ketakutan ketika anak perempuan tersebut memuntahkan darah yang semakin banyak dari dalam mulutnya, namun ada juga yang berlari ke dalam rumah dan berusaha memanggil wanita tua pemilik rumah itu, Jena, hingga ia keluar dari rumahnya dan langsung menyaksikan seorang anak perempuan yang sudah mengeluarkan begitu banyak darah dari mulut, di depan rumahnya, dan Ixy yang berada di hadapan anak perempuan itu, sambil masih menatapnya dengan tatapan yang semakin tajam dan penuh dengan kebencian.Jena langsung berlari menuju Ixy yang masih sangat fokus menatap anak perempuan tersebut.Lalu, ketika ia sampai di dekat Ixy, Jena mulai berusaha menyadarkannya dari tatapan matanya yang tajam itu, yang tampaknya semakin sangat fokus menatap tajam penuh amarah kepada anak perempuan tadi.Jena kemudian mulai berteriak memanggil nama Ixy bahkan sampai berkali-ka
Ketika ia sampai di ruang tamu, ia justru menemukan tubuh ibu angkatnya, Iora, sudah tergeletak begitu saja di atas lantai. Ixy langsung terkejut dan hendak menangis.Ia lalu berjalan dengan susah payah juga, menuju ke dapur, dan melihat tubuh ayah angkatnya, Han, juga tergeletak begitu saja di atas lantai sementara rumah mereka mulai terbakar begitu hebat.Ixy yang mulai menangis, sambil berteriak, "Ayah! Ibu!! Tidak mungkin!" namun, rumah tersebut perlahan mulai roboh dan Ixy bisa melihat pilar-pilar rumah tersebut mulai jatuh ke atas tanah. Ia kemudian berusaha mencari jalan keluar dari rumah yang sudah terbakar parah itu, lalu berpikir untuk berlari menuju pintu belakang yang mengarah ke kebun kecil di luar rumah.Setelah berhasil keluar dari rumahnya yang terbakar, Ixy lalu berlari menuju ke rumah lainnya sambil berteriak meminta tolong, "Tolong aku, nyonya! Rumahku terbakar! Tolong!"Namun, seorang wanita melihat Ixy, kemudian langsung berteriak, "Hei! Anak penyihir itu belum ma
Rae kemudian naik ke atas sepedanya dan mulai mengayuh sepeda itu secara perlahan, namun, Ixy tiba-tiba saja berdiri, kemudian berjalan cepat ke arah Rae, dan berteriak, "Tunggu, kakak!"Rae langsung tersenyum setelah mendengar teriakan Ixy, seolah memang ia sudah menantikannya.Rae kemudian menghentikan kayuhan sepedanya, lalu menoleh ke belakang, dan bertanya, "Ada yang bisa kubantu lagi, nak?"Ixy terdiam sebentar setelah mendengar pertanyaan Rae, namun ia masih menatap Rae dengan ekspresi yang sedih.Melihat kesedihan yang terbaca jelas di raut wajah Ixy, Rae lalu bertanya lagi, "Nak, jika ada yang bisa kubantu lagi, katakan saja. Jika tidak, aku harus kembali ke panti asuhan tempat kerjaku, maafkan aku."Rae kemudian menunggu jawaban dari Ixy untuk beberapa saat, namun tampaknya Ixy masih sangat ragu untuk menjawab.Akhirnya Rae mulai menghela nafas panjang, dan hendak mengayuh sepedanya lagi, namun kali ini Ixy langsung berseru, "Tolong aku, kakak!" kemudian Ixy mulai menangis l