Argh!Aku jatuh menabrak dahan-dahan pepohonan liar. Pelatihan yang diberikan oleh kraken, terbilang sangat sulit, dan menguji adrenalin. Sejak menetap di pulau itu, kami berlatih kekuatan air dari Monsta, dan Kraken. Dunia yang kami tempati adalah dunia bawah alias dunia buangan.Kota Scramble bagian bawah hanyalah sebuah sampah, bagi orang-orang kaya. Di sana hanya tinggal manusia-manusia, yang menunggu ajal menjemput. Vano bohong, jika mengaku bahwa, dia hidup bahagia, di tengah-tengah populasi manusia lansia yang hampir mati.Keadilan hanya milik orang-orang yang selamat, dari batu meteor raksasa, dua belas tahun sebelumnya. Pembuatan planet lain yang mirip dengan bumi, atau yang disebut sebagai calon bumi ke-empat oleh presiden Edward, mengecam banyak hujatan. Pasalnya, apa yang dia lakukan, sudah melewati batas sebagai seorang manusia biasa.Kabut asap tebal berwarna putih di atas sana adalah lapisan ozon buatan, yang dikembangkan oleh salah satu perusahaan dunia—Svoz. Svoz didi
Aku mengumpulkan dedaunan kering, serta ilalang belukar. Malam itu, kami berlima berkumpul bersama menyanyikan lagu-lagu indah, untuk sang rembulan penuh. Kelelawar yang menggantung di bawah dahan besar, seakan ikut menyimak. Suara Monsta terdengar merdu, sedangkan, suara Kraken malah sebaliknya.Monsta dan Kraken mempunyai magic perubah bentuk. Katanya sih, sebagai adaptasi dengan lingkungan. Namun, entahlah, siapa tahu mereka punya alasan tersendiri; kemungkinan besar untuk menyamarkan identitas asli. Monsta berubah menjadi seorang lelaki kekar, tampan, dan berkulit sawo matang. Berbeda halnya dengan Monsta, Kraken memilih untuk menjadi seorang anak kecil laki-laki, yang berperawakan gemuk, pendek, dan buruk rupa. Dia bilang, untuk mengetes, apakah wanita tertarik karena hati, atau penampilan wajahnya. Aku membuat pematik api dari ujung jari telunjuk. Kobaran api yang tidak terlalu besar pun muncul. Syukurlah, dinginnya hawa malam, dapat diimbangi dengan kehangatan dari panasnya a
Aku mengacungkan jempol tangan sambil menahan tawa. Melihat kado yang telah dipersiapkan oleh Eunoia, hampir membuatku lepas kendali. Perutku rasanya digelitik oleh banyak jari. Apa itu? Kenapa dia malah membangun toko, bukannya istana megah?"Bagus, kan? Aku membuat kerajaan pasir untuk perpisahan kita. Bagaimana menurutmu, Sera?" tanya Eunoia pada Sera.Gadis yang mengenakan pakaian tidur itu menggeleng. Duh, dia terlalu jujur! Gawat, Eunoia sudah berkacak pinggang. Aku harus cepat -cepat melarikan diri dari sana sejauh-jauhnya."Mau ke mana kamu, Ar?" Eunoia memasang dinding penghalang di depanku. Otomatis, kepalaku terbentur, karena tidak melihat magisnya. "Hei, jangan pakai magic-mu! Itu curang, tahu!" Aku menghancurkan magic air beku itu hanya dalam sekali pukulan.Sera melerai pertikaian kami berdua. Gadis yang baru bangun tidur itu berkata, "Sudahlah, daripada kamu ribut, dan mengacaukan Eunoia, mending bantuin aku buat kalung dari kerang." Sera memotong rambutnya menjadi pe
Di dalam sebuah cerita, karakter utama pasti lebih memiliki kesempatan untuk hidup, dibandingkan dengan karakter sampingan. Ada kalanya sebuah cerita tampak berjalan hambar, tanpa adanya konflik. Villain yang menjadi penghalang di dalam sebuah cerita, biasanya lebih banyak disukai, daripada tokoh utama, jikalau masa lalunya lebih suram.Aku belajar banyak tentang cara-cara menulis novel dari Zay. Vampir dingin itu pandai menulis sebuah surat, ataupun novel panjang. Beberapa ceritanya pernah kubaca, dan itu sangatlah bagus. Bahkan, mungkin melebihi para authors di seluruh dunia. Aku masih mengingat dengan jelas, salah satu kutipan surat cinta untuk Felicia yang dia tulis, ketika aku sedang tertidur. Kala itu, misi pembongkaran dan penukaran cetak biru pemerintah sepertinya membuatku kelelahan. Di sana Zay menulis,"Aku tidak pernah merelakanmu bersama orang lain, Felicia. Pria mana yang tidak sakit hati, ketika wanitanya malah memilih sahabatnya sendiri? Aku belajar untuk ikhlas, teta
Angin sepoi-sepoi memberikan sensasi dingin. Rambutku yang kusisir rapi, kembali berantakan. Kehilangan mana lagi yang akan kurasakan? Aku sudah tidak memiliki tim yang utuh lagi. Kehilangan Vano, kematian Axel dan Darrel, seakan membuatku lelah untuk melakukan segalanya.Hidup itu tidak adil. Aku mengubah gaya rambutku menjadi potongan bowl cut, seperti gaya rambut milik Degree. Warna mataku yang tidak bisa berubah lagi menjadi abu-abu, membuatku kesulitan jika harus memakai lensa ketika berpergian. Penerbangan, pelabuhan, hingga rute jalan telah diblokade oleh pemerintah, dalam menyelamatkan acara pelantikan presiden baru. Kota Scramble atas banyak menuai pro dan kontra. Dari 100% penduduk, hanya 20% yang mendukung Harvey. Sungguh malang nasibnya. Kurasa perspektif beberapa orang menang benar. Ya, orang jahat tidak dapat dijadikan sebagai seorang pemimpin.Lebih baik aku memilih untuk berperang hingga kehabisan nyawa, daripada tunduk di kaki sang kaisar dari era kegelapan itu. Mend
Aku menguap sambil terus menopang kepala Sera, agar tidak terbentur kaca. Ketika Eunoia yang menyetir, kenapa rasanya jalannya makin lambat? Penglihatanku setelahnya kabur, gelap.*Kamu, Achilio, selalu begitu, ketika di dekat Sera. Aku—Eunoia, merasa sangat cemburu. Ingin rasanya kuhancurkan bumi, agar kalian berdua tidak bahagia. Namun, aku masih punya hati nurani. Aku menyesali semua keputusanku. Kenapa aku tidak ikut bersama Degree saja, saat itu?Menjadi obat nyamuk bagi orang pacaran adalah hal yang paling memalukan, di sepanjang perjalanan hidupku. Aku tidak ingin menjadi yang kedua di hatimu, Achilio. Ya, segalanya memang sudah terlambat, kan? Andai saja aku tidak menyia-nyiakan kesempatan kedua. Andai saja aku tidak mementingkan balas dendam, di malam pertama turunnya salju, hari itu.Sungguh kusesali, karena aku lebih memilih Rion. Ya, aku pikir dia adalah lelaki yang sangat baik. Sebenarnya, tempo hari, aku sudah mengingat semua kejadian di masa reinkarnasi Alea. Aku senga
Hembusan angin dan gersangnya terik matahari, menerpa luka memar pada beberapa bagian tubuh. Rasanya benar-benar pedih. Bahkan, lebih menyakitkan dari penolakan cewek yang kutaksir. Matahari yang tersenyum, pada lambaian nyiur kelapa, dan hamparan rumput ilalang, menjadi saksi bisu kekalahanku. Satu tahun telah berlalu. Peristiwa di hari itu, telah mengubah semuanya. Trauma membuatku membatasi komunikasi, tak ingin terulang kedua kalinya. Aku kehilangan kepercayaan diri. Sejak pertengkaran Sera dan Eunoia berakhir dengan kehancuran bumi ke-empat, aku jera menghalangi jalan wanita. Terserah apa maunya mereka, aku sudah angkat tangan.Aku terpaksa melanggar aturan magis, untuk membentuk dunia ke-empat. Memindahkan jiwa-jiwa para penduduk dari satu dimensi—bumi ketiga yang telah hancur, ke dimensi lain—bumi baru—cermin ke-empat. Sang Dewa Naga kepala tujuh menghampiriku di dalam mimpi, dan memarahiku tanpa jeda. Untunglah, aku masih bisa terbangun di dunia nyata.Aku tidak mencabut inga
Sudah tiga hari aku gelisah. Tubuhku panas dingin. Kepalaku ingin pecah dari tempurung tengkorak. Sebuah pedang yang menancap di atas televisi, tidak bisa ditarik. Berat."Sebenarnya, apa sih, isi kotak kayu itu? Kok pedangku nggak bisa menembusnya, ya?" gumamku seorang diri, sambil memutari televisi yang sudah gosong itu. Di malam sebelum kejadian itu, aku sibuk menonton acara kesayangan—film romantis. Film yang berjudul, "Onze hope for your enemy", karya sutradara terkenal di Linear, memang patut diberi rate seribu dari per sepuluh. Film yang bercerita tentang kehidupan asmara Ceyda–seorang gadis remaja broken home, menuai banyak respon positif dari fansnya. Pertemuan Ceyda dengan seorang pria dingin–Atan, adalah kisah paling unik sepanjang sejarah. Tisuku habis hanya untuk menyeka air mata yang jatuh, ketika menyaksikan film itu di layar televisi.Dua jam setelahnya, aku memutuskan untuk tidur. Lamaran pekerjaanku menjadi asisten lab telah disetujui Tuan Clay—kepala laboratorium