Saat tiba di tempat itu, lampu yang mengarah pada jembatan terlihat sangat redup. Beberapa hari sebelumnya memang terdengar desas-desus, bahwa tempat itu dijadikan sebagai wadah pembuangan rakyat, yang memberontak pada pemerintah. Meskipun demikian, aku mencoba untuk tetap meyakinkan diri.Tidak jauh dari Jembatan Fires terdapat taman bunga mawar, dan semacam bangunan untuk berteduh bagi wisatawan. Ketika melangkahkan kaki menyusuri jembatan, aku tidak sengaja melihat seorang wanita, yang terbawa arus deras di bawah sana.Tanpa pikir panjang, aku langsung terjun dari atas jembatan, untuk menolong wanita bergaun merah darah itu. Karena tidak punya cara lain, aku mengeluarkan kekuatan magic pelindung, yang berhasil membawa kami ke pinggiran sungai. Rasa dingin mulai merasuk sampai ke tulang-tulang. Salju yang turun membuat tubuhku menggigil. Terkadang, aku menggosokkan telapak tangan untuk menghangatkan diri.Karena kekuatan yang belum sepenuhnya kembali, aku hanya bisa menggunakan mag
"Gak, gak mungkin. Ini pasti cuma mimpi buruk." Aku menjambak rambut dengan frustasi, setelah memporak-porandakan meja di depanku. Kata-kata yang diucapkan oleh Calvin begitu menyakitkan. Mataku rasanya memerah, saat itu. Kebohongan apa lagi yang disembunyikan dariku? Kupikir, apa yang diucapkan olehnya adalah sebuah kejujuran."Gue juga gak nyangka sama Profesor Edward, Bro." Pria berkacamata dengan rambut blonde-nya itu menunduk. Dia sepertinya merasakan kesedihan yang sama denganku."Semuanya adalah kebohongan yang dipercaya selama berabad-abad. Padahal, Profesor Edward selaku presiden, sudah sangat dipercayai oleh rakyat Scramble." Sera yang bersandar pada dinding—di samping Calvin, seakan menahan amarahnya. Pukul dua belas malam yang sangat menyakitkan. Hasil dari laboratorium menunjukkan bahwa, aku tidak dihapus sepenuhnya dari buku sejarah. Selama ini, Nona Lily mengetahui semua kebenarannya, dan tidak pernah angkat bicara di depan publik.Bug!Tinjuku menghantam dinding di b
Kami mengunjungi sebuah restoran bintang lima, di ujung Kota Riqueza. Kata orang-orang di sana, tempat itu sangat menarik, dan wajib dikunjungi oleh para wisatawan. Pemandangan alam di Kota Riqueza masih terlihat asri. Berbeda halnya dengan Scramble, semua sisi kota di sana, telah dipenuhi dengan mesin-mesin berteknologi mutakhir. Manusia memang tidak terlepas dengan yang namanya ketergantungan. Perkembangan zaman seakan tidak mempengaruhi pola pikir masyarakat, di Daerah Riqueza. Kebijakan pemerintah daerah di sana, sepertinya sangat berperan penting dalam pengelolaan lingkungan. Aku sangat mengagumi sosok walikota Riqueza, yang telah membuat kemajuan kota tanpa menghilangkan unsur alam. Tanpa membuang waktu, kami langsung masuk ke restoran itu. Restoran Aquacfoddy's nampak ramai dengan para pembeli. Ada banyak orang yang mengantri di depan sana. Ya, mulai dari pekerja kantoran, hingga kelas atas. Aku menghela napas panjang. Menghadapi keramaian bukanlah hal yang menyenangkan,
"Maaf, saya tidak bisa membiarkan kalian masuk ke dalam." Pria yang memakai setelan toxedo itu menghadang kami."Bukankah kami telah membayar uang masuknya, Tuan?" Sera yang memakai high heels, berbalutkan gaun merah memukau, tampak berkacak pinggang.Pria yang sepertinya bekerja sebagai pelayan itu, membungkuk 90°. "Maaf sekali lagi, kami memang tidak menerima tamu asing. Kalian tidak terdaftar di list khusus.""Berapa biaya tambahannya?" Calvin menyodorkan lima kartu blackcard limited edition miliknya. Rekanku itu memang mempunyai banyak uang, karena banyaknya saham yang dimilikinya. Di Scramble, Calvin adalah anak dari pemilik perusahaan pembuatan robot ternama. Dia sering bercerita tentang keluarganya padaku, saat menjelang tidur malam.Pelayan yang memiliki rambut dengan poni potongan koma itu, memberikan seulas senyum seakan puas, dengan sogokan yang Calvin berikan."Lima kartu blackcard Anda sudah bisa mendapatkan tiket VIP, Tuan." Pria bermata oranye itu mempersilahkan kami m
Wanita yang memakai gaun pengantin, dengan untaian bunga yang menghiasi kepalanya itu, tersenyum manis padaku. Ia meraih tangan, dan mengajakku untuk menaiki sebuah perahu kano kayu, di tepi danau merah muda."Aku akan selalu mencintaimu selamanya," ucap gadis itu dengan nada lembut. Suaranya begitu menenangkan pikiranku yang sedang kacau balau. Tidak akan kubiarkan wanita yang sangat kucintai itu, kehilangan senyumannya lagi."Aku lebih dari cinta, Nona." Aku membalas senyuman hangatnya.Tanpa terasa, aku telah mendayung sampai ke tengah danau. Aku melihat angsa-angsa putih yang menawan, serta kodok-kodok lucu di atas daun teratai. Mereka menari riang, beriringan dengan nyanyian indah milik Alea. Pujaan hatiku itu, ternyata tidak pernah berubah ... selalu menyukai musik.Saat kami hampir mencapai seberang, suara tabuhan gendang seperti di karnaval, dan suara grup vokal terdengar semakin mendekat. Lagu kebangsaan Middleside yang berjudul, "Eternate for our Beautiful Princess" dinyanyi
Apa itu definisi jatuh cinta? Apakah ketika melihat seorang wanita cantik, lalu menyukainya, itu dapat disebut dengan jatuh cinta? Ataukah perasaan bahagia, tatkala melihatnya tertawa, itu juga disebut dengan jatuh cinta?Aku mengalami perasaan, yang tidak dapat diukirkan dengan kata-kata. Entahlah, aku sendiri tidak dapat menyimpulkannya. Terkadang, aku sulit membedakan antara rasa cinta, dan rasa suka sesaat—sekedar singgah karena penasaran.Mendiang Nyonya Lily pernah berkata,"Tuan muda, cinta sejati itu tidak memandang apa pun, dan tidak memandang siapa pun. Semua orang bisa merasakannya, tetapi hanya beberapa orang saja yang beruntung. Tak peduli jika cinta itu terbalas, atau memilih terpendam selamanya di dasar hati. Ada kalanya, Tuan pasti merasakan hal itu nanti.""Aku tidak mau merasakan cinta, Nona Lily," kataku, saat itu."Tidak ada yang dapat menolak takdir, Pangeran. Sejak manusia dilahirkan, garis tangan sudah ditetapkan sebagai bagian dari alur kehidupan. Cinta itu mem
Aku merapikan buku-buku sejarah yang telah terbaca. Beberapa lembar catatan kecil tampak penuh dengan coretan tinta. Aku membersihkan sampah kertas yang berserakan di lantai. Sementara itu, Calvin masih sibuk dengan laptop ultraportabel di atas meja.Malam itu, kopi buatan Sera menemani waktu begadang kami. Gadis itu sangat ahli dalam membuat minuman. Aku jatuh hati berulangkali dengan kopi buatannya. Tidak diragukan, aku memilih gadis yang tepat untuk dinikahi. Beberapa makanan ringan seperti cokelat, permen, dan keripik kentang menjadi cemilan kami. Aku tahu, kami akan gendut, jika mengemil terus-menerus. Namun, tanpa cemilan rasanya begadang tidaklah lengkap.Ada sesuatu yang harus kami selidiki secara mendetail, pada malam itu. Jam digital telah menunjukkan pukul dua dini hari, tetapi aku masih sibuk menyusun beberapa file di tablet."Gue udah berhasil dapetin lokasi akuratnya, Bro. Tidak jauh dari sini, ada ikan axolotl tertua yang masih hidup. Tapi, kayaknya kuil itu besok tutu
Jalanan di depan sana terlihat sangat ramai. Siang itu, Kota Riqueza mengalami kemacetan lalu lintas yang cukup parah. Kota indah yang dipadati dengan berbagai jenis bangunan mewah itu, berhasil membuat hatiku tidak ingin meninggalkannya. Namun, misi menyelamatkan Eunoia jauh lebih penting, saat itu. Sehingga, aku memutuskan untuk menurunkan ego. Lampu lalu lintas udara masih menampilkan warna merah—pemberhentian wajib selama tiga puluh detik. Sesekali 'ku melirik penjual makanan cepat saji, di samping jendela pesawat. Pria paruh baya dengan kemeja putih itu, menawarkan dagangannya dari satu jet ke jet yang lainnya. Skateboard canggihnya membawa sebuah mesin persegi, yang menyajikan berbagai jenis makanan seperti: burger, hotdog, pizza, dan aneka kue varian rasa. Tentu saja, hal itu bukanlah sesuatu yang aneh lagi di Riqueza. Aku sering menonton berita di gadget yang menyebutkan bahwa, kota itu termasuk ke dalam penghasil teknologi terbaik sepanjang tahun. Para remaja yang berjala