PLAKKKK!
Suara tamparan yang begitu kuat terdengar di seluruh ruangan. Tetapi anehnya Gadis sama sekali tidak merasakan sakit, bahkan gerakan aniaya kakak kembarnya pun terhenti. Waktu seperti terhenti sejenak. Suasana mendadak hening. Gadis melihat sudut bibir kakaknya robek dan mengalirkan setetes darah. Rupanya ayahnya lah yang telah menampar kakaknya!
"Ayah menampar Maya? Gadis melihat kakaknya memandangi ayahnya dengan tatapan tidak percaya dan diikuti dengan butiran bening air matanya yang jatuh berderaian. Untuk pertama kalinya Gadis melihat kakaknya menangis.
"A
"Duh muka Bapak kok bisa sampai benyek-benyek kayak kue bika ambon bantet begini sih? Digebukin penjahat atau dimassa orang sih, Pak? Kesian amat."Fahrani yang di titahkan oleh ibu mertuanya mengantarkan sarapan pagi untuk suami njelehinnya, sampai lupa pada tujuan utamanya saking speechlessnya melihat keadaan Orlando. Tangannya bahkan refleks langsung membelai sayang rahang Orlando yang seketika membuat Lando menjauhkan wajahnya jengah dan membuat kedua mata Gadis mendelik kesal.Ini mbak-mbak dari mana sih main ngelus-ngelus muka orang aja nggak pake assalamuaikum dulu. Belum juga Gadis menanyakan pada Orlando siapa mbak-mbak ini, suara marah atasan Orlando sudah menjawab rasa penasarannya. Mbak-mbak ini istri atasan Orlando rupanya."Rani, Sedang apa kamu hah?" Desisan marah Fatah membuat Rani kaget seketika. Bagaimana tidak kaget, baru saja ia ing
"Lo siento, señor Lopez. Pagaré mi deuda tan pronto como sea posible. Lo juro!!"(Saya minta maaf tuan Lopez. saya berjanji akan melunasi hutang saya secepatnya. Saya bersumpah!)"Gue udah bilang kalo gue lagi bokek. Lo ngerti nggak sih! Bilang sama majikan pelesit penghisap darah lo itu, kasih gue waktu seminggu lagi. Gua akan lunasi sisa bunganya kalo gue udah balik dari Hawai!!"Misericordia señor Lopez !! Prometo no engañarte de nuevo. ¡Por favor perdóname!"(Ampun tuan lopez! Saya berjanji tidak akan mencurangi Anda lagi. Tolong maafkan saya!!)"Kak, Kak Maya. Bangun Kak. Kakak mimpi ya! Kak Maya!" Gadis mengguncang-guncang pelan bahu kakaknya yang sepertinya sedang bermimpi buruk. Kakaknya terus saja ngelindur dengan sekujur tubuh gemetaran dan keringatan. Ia tadi sedang membuat segelas susu di dapur k
... 146, 147, 148, 149, 150. Selesai. Orlando duduk bersila setelah selesai push up 100 kali dan sit up 150 kali. Dia belum sanggup kembali pada repetisi jumlah push up yang biasanya 200 kali dan sit up 250 kali. Tubuhnya belum benar-benar pulih. Ini pun dia seperti memaksa kesembuhannya agar di percepat akibat tidak percayanya ia meletakkan tanggung jawab kepada anak buahnya sendiri. Ada perasaan tidak puas saat bukan dirinya sendiri yang menjaga dan melindungi Gadis. Kemarin atasannya mengancam akan memberikan pengawalan atas Gadis kepada AKBP Maman Supratman apabila Orlando masih saja membangkang dan nekad mengawal Gadis dalam keadaan fisik yang masih babak belur. Atasannya ingin agar ia beristirahat penuh minimal tiga hari lagi agar fit saat bertugas nantinya. Tetapi perasaan kan tidak bisa di bohongi. Saat ini saja dia sudah rindu setengah mati kepada Gadis, padahal kemarin pagi mereka masih saling bertemu di kantor polisi.
"Saya akan memberi Anda kesempatan satu kali lagi. Jawab dengan jujur, Anda ini Maya atau Gadis? Don't you dare lie to me, darling. I am police. I read eyes." Orlando menunjuk matanya sendiri dengan dua jari tangannya yang membentuk huruf V. Gadis makin merasa serba salah. Kalau ia mengaku, maka sudah bisa di pastikan Bripda Sahat akan mendapat hukuman karena sudah dianggap lalai dalam menjalankan tugasnya. Padahal dia sendirilah yang salah. Gadis tidak tega kalau sampai Bripda muda yang baik dan sopan itu ikut menanggung akibat dari kesalahannya.Akan tetapi, kalau dia tetap diam dan melanjutkan sandiwaranya sebagai Maya, bisa-bisa ia akan dikerjain beneran oleh AKBP galak ini. Orlando bukan type orang yang suka berbicara omong kosong belaka. Dia pasti akan benar-benar merealisasikan segala ucapannya. Bagaimana ini ya, Tuhan? Untuk pertama kalinya Gadis tahu bagaimana rasanya istilah harus makan buah simalakama.
"Dis, panggil Mas mu makan dulu sana." Gadis yang baru saja duduk dan bersiap-siap untuk makan makan menatap Jaka dengan pandangan meminta pertolongan. Semenjak peristiwa Gadis menolak untuk mempropamkan Orlando, kakaknya itu memang marah sekali padanya. Hari ini memang Jaka libur sampai besok. Ia meminta izin khusus pada Cakra untuk menjenguk kedua orang tuanya di kampung dan tentu saja Gadis minta ikut. Dia pun sudah rindu sekali kepada abi dan uminya. Setelah meminta izin pada Orlando dengan drama penuh air mata, barulah Orlando dengan berat hati memberinya izin. Itu pun dengan ancaman apabila dalam dua hari Gadis tidak kembali, ia sendiri yang akan menjemputnya ke kampung."Lho Dis kok diam saja? Sana panggil Mas mu. Keburu demo ini cacing-cacing diperut Abi." Kali ini abinya lah yang menegur Gadis yang masih saja duduk terpaku di kursinya. Mau tidak mau, dengan langkah yang sengaja di seret-seret enggan Gadis pun mulai berjalan menuju ke arah
Dalam diam dan bercucuran air mata Gadis mengobati luka-luka Putra. Sebenarnya Gadis masih penasaran mengapa kakak sulungnya ini keukeh sekali untuk mengakui kalau dia adalah orang yang telah menghamilinya. Padahal jelas-jelas Orlando lah yang sudah menanamkan benih dirahimnya. Laki-laki dengan segala pemikiran absurdnya adalah hal yang paling membingungkan baginya. Bayangkan saja, biasanya sebagian besar laki-laki pasti akan gentar bila di hadapkan pada masalah pertanggung jawaban saat pacarnya hamil bukan? Makanya di acara-acara berita kriminal yang ditayangkan oleh stasiun-stasiun televisi, banyak sekali kasus-kasus pembunuhan yang sebagian besar dilakukan oleh pacar atau pasangan mereka sendiri yang kalap dan kebingungan saat dimintai pertanggung jawaban karena pacarnya hamil. Tapi kakaknya ini malah bersikeras mengakui anak hasil benih laki-laki lain sebagai anaknya. Benar-benar cari penyakit bukan?"Mas. Kok Mas ngaku-ngaku sudah menghamili
"Bi, polisi sialan ini sudah menggagahi Gadis dengan paksa. Masa sih Abi masih menerima lamarannya? Karakter manusia ini nggak baik, Bi. Suka memaksa. Mau jadi apa nanti kalau Gadis sudah jadi istrinya? Pasti dia akan memaksa Gadis ini itu. Coba tolong Abi pikirkan sekali lagi. Putra melakukan ini semua demi untuk kebaikan Gadis. Putra harap Abi mengerti."Putra berdiri berhadap-hadapan dengan abinya. Menatap penuh permohonan dalam keputusasaan. Harapannya semakin tipis saja rasanya."Nak, kamu sadar dengan kata-katamu sendiri? Oke Orlando memang salah karena sudah memaksa Gadis. Tapi kamu bagaimana? Kamu juga memaksa kan? Kamu bilang itu semua demi kebaikan Gadis? Sungguh? Tapi kok Abi malah merasa itu semua demi untuk memuaskan hasrat dan obsesimu sendiri?"Tirta Sanjaya sebenarnya merasa kasihan melihat anaknya tampak begitu merana karena keinginannya untuk memiliki Gadis musnah sudah. Tetapi sebagai seorang ayah dia ha
"Gue pikir lo itu gadis yang baik, pintar dan suci, makanya si Adiguna cinta mati sama lo. Rupanya lo itu sama aja kayak gue, tukang selingkuh. Malah lo lebih parah lagi, sampai hamil! Bravo, selamat ya atas kehamilan anak ajaib lo itu. Kalo aja Adiguna tahu, pasti dia akan berhenti untuk nyalahin dirinya sendiri karena lo itu nggak pantes buat dia tangisin!"Gadis yang baru saja keluar dari kamar langsung saja di hadang oleh Sasya, sepupu penghianatnya. Setelah perselingkuhannya dengan Adiguna terbongkar, Arga memang langsung menalaknya saat itu juga. Keesokan harinya melalui pengacaranya, Arga segera mendaftarkan gugatan perceraiannya ke pengadilan agama. Saat ini mereka sedang menunggu hasil sidang perceraian mereka berdua. Kabarnya saat ini Arga bahkan sudah tidak mau lagi tinggal serumah dengan sepupunya ini. Arga terlalu sakit hati karena dikhianati oleh istri sekaligus sahabatnya sendiri."Mbak Sasya sedang apa ini? O