I Love You
Satu Minggu kemudian Chiaki dan Eleine menikah, tidak ada pernikahan mewah layaknya pernikahan seorang konglomerat. Hanya ada pengambilan sumpah di gereja yang disaksikan oleh beberapa orang yang merupakan keluarga inti.
Eleine berjalan mondar-mandir di dalam kamar, bukan karena malam itu adalah malam pengantin yang membuatnya merasa gugup.
Ia sejak lama telah jatuh cinta pada Chiaki, Chiaki juga tahu perasaan Eleine. Tetapi, pria itu selalu santai menghadapi dirinya dan mengatakan jika mereka adalah saudara. Hari ini, pria yang ia impikan sepanjang hidupnya resmi menjadi suaminya, seharusnya ia bahagia. Seharusnya ia merasa menjadi gadis yang paling beruntung di muka bumi.
Faktanya di malam pengantin, Chiaki tidak tidur bersamanya. Sepulang dari pemberkatan pernikahan, mereka kembali ke rumah yang ditinggali Chiaki dan mengatakan, "Mulai hari ini, ini adalah rumahmu dan ini adalah kamarmu."
Anxiety DisorderCrystal sesaat menghentikan langkahnya karena mendapati seseorang bersandar di mobilnya sambil mengisap rokok di tangannya, ia mengembuskan napas dengan cara sedikit kasar lalu kembali melangkah mendekati mobilnya."Chiaki menugaskanmu menguntitku, 'kan?"Maddie menghisap tembakaunya dalam-dalam lalu mengepulkan asapnya ke udara, ia kembali menghisap tembakau di tangannya lalu melemparkan benda itu ke tanah, menginjaknya menggunakan ujung sepatu untuk mematikan apinya.Ia menatap Crystal dengan tatapan dingin. "Sekarang kau pandai mencari masalah.""Aku?" Crystal mengerutkan keningnya dan menempatkan satu telapak tangannya di depan dadanya."Nona, apa ada orang lain yang kuajak bicara di sini?"Crystal mencebik. "Aku tidak merasa membuat masalah."Maddie menghela napas dengan kasar, ia menarik pintu mobil Cry
Look at Me"Nona, kau sangat tegang, apa kau perlu segelas air?" Donna yang sedang menata rambut Crystal jelas menyadari jika gadis kesayangannya tuan mudanya dalam kondisi cemas.Crystal menggeleng.Donna menghela napasnya pelan, di dalam benaknya, ia merasa iba terhadap Crystal. Gadis yang tampak rapuh itu mungkin sama seperti Chiaki, memiliki gangguan kecemasan hanya saja tingkatnya berbeda, terlihat dari cara Crystal meremas telapak tangannya berulang kali hingga kulitnya mulai memerah.Ia beringsut setelah memastikan jika rambut Crystal telah tertata rapi kemudian ia kembali mendekati Crystal dengan segelas air di tangannya. "Minumlah beberapa teguk agar mengurangi keteganganmu."Ragu-ragu Crystal menerimanya, ia perlahan meneguk air di dalam gela. Air yang mengalir melalui kerongkongannya terasa menyegarkan dan menyejukkan, tidak dipungkiri jika efek yang ditimbulkan memang m
A FansCrystal duduk tepat di depan konduktor, ia memegang biolanya dengan caranya yang anggun, tetapi penuh tekad, juga semangat. Ketika konduktor berambut putih mulai mengayunkan tongkatnya, Crystal menatap konduktor dan mengikuti ketukan tongkat yang diayunkan oleh pria di depannya, ia mulai menggesek biolanya dengan caranya. Sekilas caranya menggesek biola tampak terlalu lemah gemulai, tetapi tidak dengan nada yang dihasilkannya dan itu merupakan ciri khas yang mungkin tidak dimiliki oleh pemain biola lain.Bibirnya terus mengulas senyum, senyum yang sama sekali tidak ia buat-buat setiap kali ia berada di atas panggung pertunjukan seolah panggung hanya miliknya, seolah ia sedang menunjukkan pada dunia betapa indah nada yang ia hasilkan setiap gerakannya, ia mampu mengajak penonton untuk terpaku ke arahnya tanpa berkedip.Meskipun kali ini ia berada di dalam orkestra dan posisinya duduk, Crystal sama sekali tidak berp
Looks Messy"D-di mana yang lain?" desah Crystal ketika ia telah berada tepat di depan Chiaki.Chiaki menurunkan satu kakinya, matanya masih tidak meninggalkan wajah Crystal, begitu pula senyum yang masih tergambar di bibirnya. "Duduklah."Crystal merasa kecanggungan melingkupinya dan lebih parahnya lagi, ia merasakan gugup padahal ini bukan kali pertama ia hanya berdua dengan Chiaki. Ia mengejawantahkan perintah Chiaki untuk duduk dikursi yang disediakan untuknya.Selang beberapa detik seorang pelayan pria datang dengan memegang nampan yang berisi dua buah gelas kristal yang dan sebuah botol sampanye diikuti pelayanan lain yang membawakan hidangan dan dalam hitungan menit hidangan telah siap di atas meja dengan penyajian yang luar biasa.Keduanya mulai menyantap makanan yang disajikan tanpa percakapan apa pun di antara mereka, hanya sesekali Chiaki memberikan potongan daging ke mu
I Won'tMaddie sedang mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi saat ponselnya berdering, setengah mengernyitkan dahi ia mengurangi kecepatan untuk menjawab panggilan dari Chiaki."Di mana Crystal?" pertanyaan Chiaki tentu saja mengejutkannya karena baru beberapa menit yang lalu ia meninggalkan Crystal di kamar Chiaki."Dia ada di kamarmu, seperti perintahmu.""Dia tidak ada di sini, hanya ada ponselnya di sini." Ucapan Chiaki terdengar tenang, tetapi Maddie tahu jika Chiaki tidak begitu."Tetap di tempatmu dan bernapaslah dengan benar, aku akan tiba di sana dalam lima menit." Meski tidak tahu pasti apakah Chiaki mengalami serangan hypervetilation atau tidak, setidaknya ia mengingatkan Chiaki. "Aku akan menginstruksikan pegawai hotel untuk memeriksa kamera pengawas." Maddie menambah kecepatannya lalu membelokkan setir mobil untuk memutar arah.Sayangnya pa
Chapter 31Ice CreamMaddie pasti berbohong.Pemikiran itu yang pertama terlintas di benak Crystal saat ia memasuki kamar. Tidak ada kekhawatiran di raut wajah Chiaki seperti digambarkan oleh Maddie, sedikit pun tidak.Kekecewaan melingkupi seluruh rongga dada Crystal, ia kira sikap Chiaki manis hanya kepadanya karena ia adalah wanitanya, simpanannya. Nyatanya terhadap Caren, sikap Chiaki juga manis, berbicara dengan nada lembut, dan yang paling membuatnya merasa iri adalah Chiaki dan Caren berbicara berdua di tengah pesta dengan cara yang terlihat akrab.Ia ingin berada di posisi Caren, ia ingin dirinya diakui keberadaannya. Dengan kata lain keserakahan benar-benar mulai tumbuh dan berakar di dalam dirinya.Mungkinkah jika Caren juga salah satu simpanan Chiaki?"Ayo, kembali ke rumah," ucap Chiaki datar.Crystal hanya bisa mengangguk lalu mengikuti
Chapter 32Ex SisterCrystal meringkuk dengan nyaman, pagi itu tempat tidurnya terlalu hangat untuk ia tinggalkan. Meski matanya masih terpejam, tetapi bibirnya tersenyum. Ia menghirup aroma tubuh pria yang melingkarkan lengannya di pinggangnya dengan cara yang sangat posesif, seperti dirinya. Lengan Crystal juga melingkar di pinggang Chiaki."Kurasa kita perlu sarapan," gumam Chiaki, suaranya terdengar serak."Jam berapa kita pergi ke Jerman?" tanya Crystal, dengan suara yang serak pula."Jam berapa kau ingin?"Bukannya membuka mata, Crystal justru semakin merapatkan tubuhnya pada Chiaki. "Bukankah kau memiliki pekerjaan?""Pekerjaanku bisa menyesuaikan." Chiaki mengunci kedua kaki Crystal menggunakan satu kakinya."Kalau begitu, bisakah kita tidur beberapa menit lagi?"Tadi malam, mereka melalui
Chapter 33ApologiesCrystal mengamati kondisi makam orang tuanya yang sangat terawat, tetapi justru membuatnya tersenyum sinis.Jack, Bajingan itu rupanya merawat makam orang tuanya. Tetapi, itu sama sekali tidak membuat perasaan Crystal bahagia. Pria itu tetaplah pria brengsek di matanya.Ia meletakkan dua ikat bunga lili berwarna putih di atas makam orang tuanya, ia kemudian berjongkok di depan makam ibunya. Sejak memasuki area makam, ia bertekad untuk tidak lagi menangisi kepergian ayah dan ibunya, tetapi saat ia berada tepat di depan makam mereka nyatanya tekad yang telah ia bangun seolah tidak memiliki fondasi."Mom, Dad," isaknya. "Maafkan aku, aku baru bisa mengunjungi kalian. Tapi, aku berjanji, mulai sekarang aku akan lebih sering mengunjungi kalian."Ia menelan ludah, batinnya berkecamuk penuh rasa sakit. Andai waktu bisa diulang, andai ia tahu umu