Share

Bab 6 [ EMOTIONAL BOND 1 ]

“ARGHHH….” Terikan itu keluar dari mulutku membuat seluruh rumah segera berbondong-bodong masuk ke dalam kamar. Tubuhku berguling-guling di atas kasur, tangan yang terus menjambak rambuku sendiri, rasa sakit di kepalaku semakin menjadi, kepalaku terasa hampir pecah merasakan sakit yang sangat luar biasa.

            “Ada apa Farrel?” Zio, orang pertama yang masuk ke dalam kamarku dengan rusuh, diikuti paman dan bibi dibelakangnya.

            “Aku tidak tahu, kepalaku terasa sangat pusing seperti dihantam batu besar.”

            “Apa kau sudah sering merasakan sakit seperti itu?” Tanya paman.

            “Aku rasa semenjak meminum darah rusa dari kotak hitam paman. Awalnya hanya sakit kepala biasa tapi akhir-akhir ini terasa lebih sakit. Tubuhku juga kadang terasa sakit ketika bangun tidur.”

            “Aku antar kau bertemu Osgar, tabib dari Klan Vampir Origin.”

            Paman menggendongku di punggungnya dan berlari secepat kilat menuju rumah Osgar. Aku tidak tahu siapa Osgar ini, tapi sepertinya paman sangat percaya bahwa dia dapat menyembuhkanku. Aku terkulai lemas di balik punggung paman dengan mata sayu dan bibir pucat. Aku merasa seperti tidak berdaya saat ini, kepalaku terus terasa sakit seperti hantaman batu besar itu tiada hentinya menghantam kepalaku. Ranting-ranting pohon menyapa tubuhku yang tengah di gendong paman, mencoba berjabat tangan dan bersentuhan dengan kulit pucatku. Namun sayang, tubuh lemas akibat sakit kepala yang di hantam batu besar bertubi-tubi membuatku menghiraukan uluran meraka untuk berjabat tangan denganku.

            Kurang dari satu jam paman sudah tiba di depan menara batu yang menjulang tinggi, gerbang dari kayu tua seperti pintu-pintu kastil berabad-abad lalu terbuka lebar menyambut kedatangaku dan paman. Kaki paman berlari masuk membelah menara batu yang menjulang tinggi tersebut, berlari dan berteriak memanggil Osgar yang tengah berlari dari arah yang berlawanan di depan sana. Tubuh Osgar terlihat sangat ringkih, hanya terlihat tulang belulang yang dibalut kulit tipis serta bibir merah keriput serta mata yang terlihat sama khawatirnya dengan paman saat melihatku yang lemah tak berdaya. Aku sudah tidak menarik-narik rambut seperti di rumah paman tadi, rasa sakitnya semakin menjadi-jadi membuat tanganku terasa percuma untuk terus menarik-narik rambut.

            “Ada apa? Ada apa ini Alex?”

            “Osgar tolong, tolong keponakanku.”

            “Baik, mari ikut aku.” Osgar memandu jalan paman yang tengah menggendongku. Tubuh kecilku terbaring pada kasur tua lapuk yang terlihat bersih, kembali tangan kecilku menarik rambut yang ada di kelapu dengan brutal, rasa sakitnya kembali berkali-kali lipat.”

            “ARGHHHH…. SA-SAKITHH….” Aku semakin berteriak kencang dengan tangan yang mulai memukul kepalaku sendiri.

            “kenapa dia bisa seperti ini Alex? Apa kau sudah beritahu Yohan?”

            “Belum. Aku belum memberitahunya, aku bahkan panik melihat dia berteriak dan berguling-guling di atas kasur tadi.”

            “Kau beritahu Yohan, biar Farrel bersamaku. Dan lihat dia, apakah dia terluka sama seperti Farrel.”

            “Baik.” Paman segera berlari secepat kilat menuju rumah Yohan, entah aku tidak tahu siapa Yohan. Apa mungkin Yohan ayahku? Atau dia hanya teman paman seperti teman-teman paman yang sering berkunjung ke rumah? Entahlah, aku tidak ingin membuat kepalaku semakin sakit dengan memikirkan sesuatu yang tidak berguna.

            Di ruangan kecil yang dindingnya terbuat dari batu, hanya ada aku dan Osgar. Dia terus mengoleskan ramuan berwarna bening di sekitar kepalaku dengan tangan keriputnya. Terkadang aku melihat bibir keriputnya komat-kamit merapalkan mantra sembari mengoleskan ramuan berwarna bening di sekitar kepalaku. Dan ajaib, kepalaku terasa lebih baik dari sebelumnya, memang masih terasa sakit tapi tidak menyiksa seperti sebelumnya. Osgar pergi meninggalkanku di ruangan itu, dan kembali dengan ramuan berwarna Hijau terang ditangan kanannya. Menuangkan sedikit ramuan berwarna hijau terang itu ke dalam mangkuk kecil, mencampurnya dengan ramuan berwarna bening yang sebelumnya dia oleskan pada kepalaku. Mencampur kedua ramuan itu dan kembali mengoleskannya pada kepalaku sambil merapalkan mantra yang mungkin hanya dia seorang yang tahu. Seiring dengan berjalannya waktu dan olesan dari ramuan itu mulai mongering di kepalaku, rasa sakit itu berangsur menghilang. Aku tertidur setelah rasa sakit itu hilang sempurna dari kepalaku, sedangkan Osgar masih terus mengawasiku dan sesekali memeriksa bagian tubuhku dengan cermat.

***

Di sisi lain, Alex berlari dengan kecepatan penuh menuju rumah Yohan. Tidak peduli sudah berapa orang yang dia tabrak untuk sampai di rumah mewah bernuansa hitam mengkilat itu. langkah kakinya bergerak semakin cepat hingga tiba di depan gerbang hitam, membukanya dengan kasar dn berlari memasuki rumah bernuansa hitam mengkilat di hadapannya. Ekor matanya mencari-cari dimana adik sepupunya itu, sampai dia menangkap bayangan seorang wanita cantik dengan surai coklatnya berjalan menuju ke arahnya.

“Ada apa Kak Alex? Kenapa kau terlihat sangat panik, apa ada masalah?” Tanya wanita bersurai coklat yang menghampiri Alex.

“Yohan? Yohan mana?”

“Apa terjadi sesuatu pada anakku?”

“YOHAN MANA?” teriakan Alex memecah keheningan di rumah itu, membuat ayah dan seorang anak laki-laki seumuran Farrel segera turun untuk menemuinya.

“Ada apa Lex?”                 

“Farrel. Kau harus segera kesana? Dia ada di rumah Osgar, kead—“ belum sempat Alex meneruskan kalimatnya, Yohan sudah pergi dengan kecepatan kilat menuju rumah Osgar. Wanita bersurai coklat tadi mengambil alih anak laki-laki yang tadi digandeng oleh yohan, memeluknya dengan erat sembari menatap Alex, bertanya melalui tatapan matanya yeng terlihat sendu.

“Farrel sakit kepala sampai menjerit-jerit di rumah. Apa dia tidak terluka?” Alex menatap anak laki-laki di dekapan wanita bersurai coklat.

“Dia sering mengeluh merasakan sakit kepala semenjak beberapa minggu kebelakang dan tadi pagi rasa sakitnya membuat dia menjerit sama seperti yang kau bilang. Sama persis dengan Farrel. Apa anakku akan baik-baik saja?”

“Ya, aku tahu si Kembar akan baik-baik saja, mereka anak yang kuat.”

Alex meninggalkan wanita bersurai coklat bernama Raii, ibu dari si kembar, Farrel. Dia pergi menyusul adik sepupunya Yohan menuju rumah Osgar. Berharap saat sampai di sana Farrel sudah baik-baik saja. Pikirannya melayang membayangkan hal-hal buruk, peristiwa kepala Farrel dan anak laki-laki di rumah Yohan tadi membuatnya cemas. Entah apa yang akan terjadi ke depannya nanti, tapi firasatnya mengatakan aka nada hal besar di depan sana.

***

Aku terbangun dengan rasa sakit yang luar biasa di sekitar perut, aku tidak tahu apa yang terjadi tapi luka lebam yang tiba-tiba muncul seperti sekarang sudah beberapa hari ini terlihat dan terasa sangat sakit. Aku bahkan tidak tahu sebab dari luka lebam yang muncul itu. Pandanganku menelusuri seluruh ruangan dengan dinding batu, ternyata masih sama. Aku masih berada di ruangan kecil di rumah Osgar. Tibalah pandangku pada sosok pria dengan rambut merah terang yang tengah berbincang dengan Osgar dan paman.

            “Pa-paman.” Rintihanku mengalihkan fokus ketiga pria dewasa yang berada di ruangan tempat aku berbaring. Paman segera menghampiriku, wajahnya terlihat jelas sangat khawatir. Lalu aku melirik ke arah pria berambut merah terang, sama halnya dengan paman, wajahnya terlihat sama paniknya melihat keadaanku. Tapi aku tidak tahu siapa pris berambur merah terang yang kini berdiri di samping tempatku berbaring. Aku hanya tahu paman dan Osgar dengan tubuh ringkihnya. “Dia siapa paman?” sedikit berbisik aku mengatakan kalimat itu kepada paman. Sedangkan paman hanya tersenyum dan berdiri untuk memberi ruang kepada pria berambut merah terang untuk duduk di samping tempatku berbaring.

            “Kau baik-baik saja?” Kalimat itu keluar dari bibir pria berambut merah terang, bibirnya memiliki warna yang sama dengan rambut merah terangnya. Tangan pria itu menepuk dadaku pelan dan lembut, tapi sentuhan itu, “ARGHHH SAKIT, JAUHKAN TANGANMU. AKHH…” sentuhan tangan pria berambur merah itu membuat lebam baru di sekitaran dadaku. Rasanya sakit sekali, perutku terasa seperti dihantam batu besar begitu pula dadaku yang mulai terlihat luka lebam yang lebih jelas.

            “Orgas dia kenapa?” Pria berambut merah terang itu bertanya dengan wajah paniknya melirik ke arah Osgar yang segera menghampiriku. Osgar melihat luka lebam yang ada di perut dan dadaku, menekan pelan luka itu,”Apa terasa sakit?” aku membalas pertanyaan Osgar dengan gelengan kepala. Luka itu memang sakit, sangat sakit. Tapi entah kenapa setelah tangan pria berambut merah terang itu menjauh dari tubuhku rasa sakitnya hilang dengan sekejap.

            “Bawa dia ke sini!” Osgar menatap pria berambut merah terang, menyuruhnya dengan suara dan tatapan mata tegas.

            “Ta-tap—“ belum sempat pria berambut merah terang itu menjawab Osgar mendorong tubuhnya hingga keluar dari rumahnya, aku melihat dinding batu itu berlubang karena tubuh pria berambut merah terang terdorong dengan sangat keras sampai membuat dinding batu yang aku kira kokoh berlubang dalam satu dorongan Osgar.

            “Alex, kau bawa Zio kemari!” tanpa di suruh dua kali paman kembali ke rumah untuk membawa Zio ke rumah Osgar.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status