Vinia segera melepaskan rangkulan Dewa itu. Menampar wajahnya yang bak porselen itu.
”Kurang ajar. Beraninya kau menyentuhku.” Bentak Vinia geram.
Lalu pria itu berlutut di depan Vinia melebarkan telapak tangannya, seikat bunga Edelweis kering muncul di genggamannya. Matanya memerah ketika mengingat kembali kenangan bunga itu, butiran bening menetes dari pelupuk matanya, jatuh membasahi Edelweis yang kering itu. Seketika kuntumnya kembali mekar dan segera seperti baru dipetik.
”Kau pernah memberikan bunga ini kepadaku ketika di lembah Bloom Forest. Di antara semua bunga, kau paling menyukai ini. Kau bilang ini melambangkan cinta yang abadi. Aromanya tak pernah pudar seperti cintaku padamu. Kendatipun kau tak mengenali aku, tetapi aku selalu mengenalimu.”
Kilas balik ingatan Vinia berputar-putar di benaknya. Kadang ia melihat Padang bunga, sepasang kekasih yang berke
Suasana hati Ryu sedang buruk. Bahkan saat para dayang-dayang yang memberinya hormat saat berpapasan di koridor, ia bentak sesuka hati. Ryu memang dingin, namun sikapnya hari ini sangat buruk. Para penghuni istana awan sangat memahami perubahan sikapnya itu. Sepertinya akan ada hujan badai. Seikat Edelweiss itu mampu membuat amarah Ryu meledak.Heris hendak ke pergi istana samudera, ke rumah para siren, bangsa duyung. Pertemuan untuk membahas perdamaian dengan istana awan. Dahulu sang pemimpin Siren, Tymus Dien dikurung Ryu dalam sebuah bola kristal penangkap jiwa. Kenakalan Ryu pada masa itu, membuat seluruh penghuni alam itu resah. Para Siren menuntut Ryu untuk membayar ganti rugi dan tentu saja, Heris yang bertanggung jawab.Heris bertemu dengan Ryu di koridor itu, namun saat Heris memberinya salam, Ryu mengacuhkannya seakan ia transparan. Heris merasa a
”Mengapa kau tidak mencegahnya?” tanya Ryu dengan penekanan nada yang sedikit keras. ”Maafkan keteledoran hamba, Yang Mulia. Saat hamba sedang bertarung dengan Tymus, rupanya dia tidak sendirian. Seseorang bersamanya yang membawa Vinia. Lalu ia berpesan, 'jika ingin mendapatkan gadis itu kembali, suruh si Brengsek Ryu yang menemui aku' begitulah yang dia katakan, Kaisar,” Heris menirukan perkataan Tymus, ia sempat ragu-ragu untuk mengatakan 'brengsek', namun kini ia puas. Walau itu adalah ucapan dari Tymus, Heris senang seakan itu adalah kata-katanya sendiri. Hal yang seharusnya ia katakan sedari dulu. Ryu mengernyitkan keningnya dan berpikir. Ia sangat penasaran mengapa Tymus harus membawa Vinia sedangkan Tymus sendiri tidak tahu menahu hubungan Ryu dan Vinia. ”Ada banyak orang yang lebih berarti untuk di s
”Merindukanku, huh?”Sosok itu adalah Kaisar Ryu. Ia tersenyum tipis menatap Vinia yang terkejut dengan kehadirannya. Vinia segera melepaskan rangkulan Kaisar Ryu sesaat setelah mereka menapaki lantai.Tymus tertawa lebar, tebakannya benar. Lalu ia berbicara lantang tanpa ada rasa hormat sedikit pun.”Ryu, aku tahu kau akan datang. Ternyata kau sangat mengkhawatirkan manusia ini,” kekeh Tymus.Kaisar Ryu menyahut Tymus dengan dingin, suaranya terdengar lembut namun setajam belati, ”kau punya urusan denganku, bukan dengannya. Sedikit saja kau melukai dia, aku akan mengurungmu kembali ke dalam kristal penangkap jiwa.””Kulihat, kau sudah berubah. Tidak sedingin dulu. Hanya tatapanmu saja yang masih sama. Memandang r
Konon menurut legenda ada sebuah benda pusaka ajaib yang kekuatannya bisa mengubah nasib. Pusaka itu adalah pena Emas yang terbuat dari logam terbaik dari gunung naga. Satu hal yang pasti pena emas itu memilih sendiri pemiliknya. Bukan dewa terkuat melainkan peri yang memiliki sedikit kemampuan yang berhasil memikat pena emas itu, seorang peri bunga yang bernama Sena.Sena hanyalah salah satu peri bunga dari sekian banyaknya peri. Namun, hanya Sena yang tercantik diantara mereka. Kecantikan Sena berhasil menaklukkan Aslan Falan sang Dewa perang.Ryu Damian sang kaisar membunuh peri Sena. Itu adalah pilihan tersulit baginya. Ia merelakan cintanya demi kedamaian di seluruh alam. Cinta dan obsesi tidak bisa dipisahkan. Bahkan setelah puluhan ribu tahun, takdir mempertemukan mereka kembali.
”Sena, maafkan aku. Aku tepaksa harus melakukan ini. Aku tidak punya pilihan lain.” Pria berambut panjang berwarna putih itu menghunuskan mata pedangnya ke dada wanita itu. Wanita itu hanya pasrah menerima luka di dadanya. Air matanya bercucuran. Sebelum ia menghembuskan nafas terakhirnya, ia bersumpah kepada pria itu. ”Demi langit jika aku kembali bereinkarnasi aku akan membalasmu Ryu..” ******** ”Hah! Mimpi itu lagi.” Vinia terbangun dari tidurnya. Sekejur tubuhnya dipenuhi air asin yang keluar dari pori-pori kulitnya. Hal yang paling menakutkan baginya adalah tidur. Setiap kali ia tertidur mimpi yang sama akan selalu menghantuinya. ”Huh. Mengapa harus memimpikan itu lagi sih.” Gerutu Vinia sembari bangkit dari ranjang dan pergi keluar kamar. Ia melangkahkan kakinya dengan gontai ke dapur. Di sana ia melihat ibunya sedang memasak sarapan untuk mereka. Vinia mengambil gelas dari rak dan menuangkan air kedalam
”Aku di mana?” Vinia membuka lebar matanya dan memperhatikan ke sekelilingnya. Ia berkali-kali mengucek matanya. Seakan tidak percaya dengan yang di lihatnya. Mereka mendarat di hutan yang gelap dan terlihat misterius. Suasananya sangat mencekam. Ia tidak pernah tahu bahwa sekarang dia berada di dimensi lain. Dunia yang dihuni oleh para abadi. ”Hei... Siapa kau sebenarnya? Mengapa kau membawaku kemari? Aku ingin pulang. Bawa aku kembali.” Vinia menunjuk pria itu dengan kesal. Ia hampir saja memukul pria itu dengan tinjunya. Pria itu malah tersenyum. ”Selamat datang kembali nona Sena.” Ia membungkuk memberi penghormatan. Vinia semakin bingung. Ia menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal. Semua terlalu nyata untuk di pahami. Dengan sedikit marah ia memaki pria itu. ” Sena? Aku Vinia bukan Sena. Dasar penipu. Penculik." Vinia menarik kerah baju pria itu. " Cepat buka lagi lingkaran itu. Aku mau pulang." Suara kerasnya memecah keheningan d
Sementara itu jauh dari kerajaan Nirwana, sebuah Puri berdiri diatas gunung Naga. Itu adalah tempat pengasingan bagi dewa yang melakukan kesalahan fatal. Seorang pria terlihat sedang bermain dengan seekor Jinx hewan peliharaannya. Jinx salah satu hewan ajaib menyerupai harimau putih bersayap yang ukurannya setinggi pria itu. Dia adalah sang dewa perang Aslan Falan yang juga saudara dari sang kaisar Ryu Damian. Seorang dewa kecil tiba-tiba menghampirinya yang membuat ia menghentikan kegiatannya. ”Tuan, hamba mendengar kabar sedang ada keributan di istana awan.” Pria itu adalah Reyes dewa kecil yang menjaga gunung Naga. ”Istana awan? Aku tidak peduli apa yang terjadi disana. Aku sudah lama memutuskan hubungan dengan istana awan. Jangan melaporkan hal yang tidak penting padaku.” Balas Aslan sambil mengusap bulu halus hewan kesayangannya. Reyes tersenyum menanggapi perkataan Aslan. ”Aku yakin Tuan akan peduli dengan berita ini. Ku dengar si tua Heris kembal
Dahulu Ryu Damian dan Aslan Falan memiliki hubungan yang baik. Sebagaimana abang pada adiknya. Aslan selalu melindungi Ryu. Kemana pun Aslan akan pergi, Ryu selalu mengikutinya. Aslan selalu bersikap ramah dan hangat. Sedangkan Ryu sedingin es dan angkuh. Suatu hari, Kaisar kerajaan Nirwana Dewa Ares mengatakan akan mencari penerus tahta. Energinya selama ratusan ribu tahun mulai menipis. "Heris, aku sudah menghabiskan ratusan ribu tahun memimpin para dewa. Kini energiku mulai menyusut. Aku ingin bermeditasi memulihkan energiku." Ujar Kaisar Ares. "Tapi, yang mulia itu akan memakan waktu puluhan ribu tahun. Jika yang mulia bermeditasi, hamba khawatir para dewa yang lainnya akan leluasa menggunakan kekuatannya." Balas dewa Heris sembari membungkukkan badannya. "Aku akan mencari penerusku." Ungkap Kaisar Ares. "Tapi, Yang mulia.." Dewa Heris menyanggah perkataan Kaisar Ares. "Lihatlah ke atas langit. Kau lihat kilauan cahaya kilat itu? L