Share

Bab 13

Di Pulau Wisata Nagi.

Tempat ini merupakan tempat wisata yang dikembangkan secara pribadi. Berlokasi di pinggir Kota Juwana dan memiliki luas lebih dari 60 hektare.

Di sekeliling danau yang jernih dan pulau-pulau di danau tersebut, sebuah hotel bintang lima dibangun dengan investasi ratusan miliar. Di tempat ini terdapat berbagai tempat hiburan dan berbagai tanaman langka, membuatnya menjadi tujuan wisata yang terkenal di Kota Juwana.

Hari ini, seluruh Pulau Wisata Nagi telah disewa oleh Adhi. Hanya mereka yang diundang yang boleh masuk.

Sebuah pulau di tengah danau, setelah beberapa hari persiapan, telah diubah menjadi sebuah tempat acara yang luas. Tempat itu dipenuhi meja, kursi, bunga segar, serta berbagai macam makanan dan minuman. Menciptakan suasana yang menggembirakan.

Surya memarkir mobilnya di luar dan berjalan menuju pulau tersebut. Tempat pertama yang dia temui adalah tempat pendaftaran tamu yang juga merupakan tempat pengumpulan hadiah pernikahan.

Surya menghampiri meja pendaftaran dan mengeluarkan uang sejumlah 1 juta yang telah disiapkannya. Dia melemparkannya ke meja dan berkata, "Ini hadiah dariku."

Semua staf di meja pendaftaran berasal dari Keluarga Lintang. Manajer yang berada di antara mereka melihat bahwa orang itu adalah Surya. Dia melirik 1 juta yang tergeletak di meja dan berkata, "Kamu benar-benar sudah jatuh miskin. Coba kamu lihat orang lain, hadiah mereka bernilai puluhan juta, bahkan ada yang ratusan juta. Apa kamu nggak malu memberikan 1 juta ini?"

"Haha." Surya terkekeh dan berkata, "Sebenarnya aku punya 100 miliar, tetapi seseorang mengambilnya dan nggak mau mengembalikannya. Sekarang, aku hanya ada 1 juta ini."

Mendengar perkataannya, wajah sang manajer pun menggelap. Dia berteriak marah, "Bocah, apa kamu ke sini untuk cari ribut?"

"Cari ribut?" Surya membalas dengan tajam, "Yang selalu cari ribut adalah Keluarga Lintang, bukan aku."

Manajer itu mendengus dan berkata, "Bocah, kalau bukan karena perintah Pak Adhi dan Kak Maya, hari ini kami sudah mengusirmu."

"Aku nggak memercayainya," ucap Surya tak acuh.

Beberapa anggota Keluarga Lintang di samping manajer itu hendak maju untuk menghajar Surya.

Namun sang manajer menahan mereka. "Hari ini adalah hari yang bahagia untuk Kak Maya. Sekarang kita biarkan saja, kita tangani dia setelah acara selesai."

"Cari tempat dudukmu sendiri. Ada banyak makanan dan minuman, cobalah untuk mendapatkan kembali 1 jutamu," ucapnya sambil mengejek.

Surya pun mengabaikannya dan berjalan masuk ke dalam. Manajer itu segera menelepon Maya.

Surya tiba di pulau tengah, tempat pesta terbuka itu diadakan. Dia mengambil segelas minuman dan menemukan sebuah tempat untuk duduk.

Sekarang sudah pukul 11 dan tamu pun satu per satu berdatangan. Beberapa adalah tokoh terkenal, nama mereka diumumkan melalui mikrofon untuk menghormati mereka.

Grup Sukajaya cukup terkenal di Kota Juwana, terutama di Distrik Mando. Grup Sukajaya dianggap sebagai perusahaan kelas atas. Para tamu undangan hari ini adalah orang-orang kaya atau tokoh-tokoh terkenal, membuatnya tampak seperti pertemuan untuk para orang terpandang.

Surya belum lama duduk ketika Adhi dan Maya datang menghampiri.

Adhi memakai jas berwarna merah tua, rambutnya tertata dengan sangat rapi. Sementara itu Maya menggunakan gaun putih yang ketat, memeluk lengan Adhi dengan wajah bahagia.

Mereka berdua berjalan ke depan Surya, Adhi pun tersenyum. "Nggak kusangka kamu sungguh berani datang."

"Aku diundang, tentu saja aku harus datang untuk menyelamati kalian. Apalagi, aku dan Maya pernah menjalin hubungan yang dalam," ucap Surya.

Maya segera berkata, "Jangan membuatku jijik. Kami mengundangmu untuk menunjukkan perbedaan kita dan untuk membuatmu memahami kenyataan. Bukan untuk membuatmu berkhayal tentang hubungan kita."

"Aku nggak pernah berpikir seperti itu sejak meninggalkan Keluarga Lintang," ucap Surya.

Maya mendengus. "Baguslah. Duduk di situ dan lihatlah apa yang dimaksud dengan kelas, koneksi dan kuasa. Dasar sampah."

Surya tersenyum samar dan berkata, "Aku pasti akan mengamatinya dengan baik, aku harap aku nggak akan kecewa."

Adhi tertawa. "Kamu nggak akan kecewa. Semua orang di sini adalah orang yang harus kamu hormati seumur hidupmu. Lihatlah baik-baik."

Adhi dan Maya pun saling tersenyum dan pergi sambil saling mengaitkan lengan.

Surya menggelengkan kepala dengan pasrah dan meneguk minumannya. Rasanya pahit.

Tepat pada saat itu, sebuah suara bergema melalui pengeras suara.

"Konsorsium Pelita, Kantor Pusat Provinsi Andaru, Bu Linda Kaluna telah tiba."

Pengumuman ini seketika memicu tepukan tangan yang meriah.

Tanpa perlu diragukan lagi, Konsorsium Pelita memiliki kekuatan tingkat dunia. Bahkan kepala cabang pun memegang peranan penting, karena mereka mewakili seluruh Konsorsium Pelita.

Adhi dan Maya berdiri di meja pendaftaran, menunggu tokoh-tokoh penting ini untuk datang.

Setelah Linda tiba, kedua orang itu segera menghampirinya dan menuntunnya ke meja utama di pesta.

Sikap mereka yang penuh perhatian membuat Linda tampak seperti tokoh utama acara ini.

Saat Linda berjalan melewati tempat acara, matanya bertemu dengan Surya. Mereka berdua pun saling tersenyum.

Setelah mengantarkan Linda, Adhi dan Maya kembali ke meja pendaftaran untuk menunggu tamu lainnya.

Saat itu, seorang pria dengan tubuh seperti tombak tiba di meja pendaftaran bersama dengan ajudannya.

Pria itu melirik Adhi dan Maya, lalu dia pun bergegas masuk.

Sang manajer mengamati situasi dan menyadari bahwa Adhi dan Maya juga tidak mengenal pria ini. Dia pun buru-buru bertanya, "Pak, kamu mencari siapa?"

"Aku mencari Surya," jawab pria itu dengan dingin.

Sang manajer terkejut. Dia melirik Adhi dan Maya, lalu berkata, "Boleh aku bertanya kenapa kamu mencarinya?"

Saat ini, ajudan pria itu tiba-tiba berseru, "Pria ini adalah Jenderal Dalin Wijaya, dia bertanggung jawab atas distrik militer Provinsi Andaru. Apakah dia perlu melaporkan tujuannya padamu?"

Manajer itu pun seketika tercengang. Orang ini jelas tokoh yang sangat penting, tetapi kenapa dia tidak ada di daftar tamu?

Adhi dan Maya juga panik. Mereka buru-buru maju dan bertanya, "Jenderal Dalin, kenapa kamu mencari Surya?"

Di dalam hati, mereka bertanya-tanya apakah ada koneksi di antara Surya dan orang sepenting Dalin.

Dalin berkata dengan dingin, "Kami ada beberapa masalah pribadi. Tenang saja, kami nggak akan mengganggu pernikahan kalian."

Mendengar itu, mereka berdua merasa lega.

Mengingat tidak adanya koneksi di antara Surya dan Dalin, jelas ada dendam di antara mereka.

Astaga, tidak disangka dia bahkan berani menyinggung orang sepenting Dalin. Surya benar-benar tidak tahu apa itu kematian.

Adhi dan Maya buru-buru menuntun Dalin masuk ke dalam. Mereka menjelaskan, "Sebenarnya, Surya dan kami nggak memiliki hubungan."

"Benar, dia adalah mantan suamiku. Dia bergantung pada keluargaku selama 3 tahun dan tidak bekerja. Jadi, aku pun bercerai dengannya. Tetapi hari ini, dia memaksa untuk datang dan menggangguku. Kami juga malu untuk mengusirnya, jadi ...." Maya menjelaskannya sepanjang jalan. Dia tidak mau melibatkan dirinya dan Adhi dalam masalah ini.

Dalin melambaikan tangannya. "Aku nggak peduli dengan urusan kalian. Hari ini aku datang untuk menyelesaikan masalah kami sendiri."

"Baik, baik." Adhi memaksa sebuah senyum dan berkata, "Lakukanlah apa yang kamu mau. Bajingan itu memang membutuhkan seseorang sepertimu untuk memberinya pelajaran."

Mereka bertiga pun tiba di hadapan Surya.

"Itu dia, apa kamu perlu aku melakukan sesuatu?" tanya Adhi untuk menyenangkan Dalin.

Dalin melambaikan tangannya dan berkata, "Nggak perlu. Aku ingin berbicara dengannya sendiri, kalian berdua bisa kembali melakukan urusan kalian."

"Baik, baik." Kedua orang itu menjawab berulang kali. Mereka lalu berkata pada Surya, "Kamu bahkan berani menyinggung Jenderal Dalin. Tunggu saja kematianmu."

Setelah mengatakan itu, mereka berdua memberi hormat pada Dalin sebelum akhirnya pergi.

Saat ini, Dalin menyuruh supirnya untuk menunggu di samping, dia juga berkata, "Jangan ganggu aku kecuali ada telepon kemiliteran." Kemudian, dia duduk seorang diri di seberang Surya.

Dalin menatap Surya dan bertanya dengan nada yang dingin, "Apa ada yang ingin kamu katakan?"

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status