Aksan membungkuk dengan hormat kepada Surya dan berkata, "Tuan, kamu sangat murah hati dan aku merasa malu atas perbuatanku barusan. Jadi, untuk menyampaikan permintaan maafku, aku akan memberikan beberapa hadiah padamu sebagai permintaan maaf. Tolong terimalah.""Oh?" Surya agak terkejut.Aksan melihat sekeliling dan berkata, "Pulau Aora adalah milik Keluarga Hatani. Aku sudah bersikap bodoh dan menyinggung perasaanmu. Sebagai tanda permintaan maaf, aku akan menghadiahkan tempat ini untukmu.""Kamu ingin memberikan tempat ini padaku?" Surya benar-benar tercengang. Dia memandang Aksan dan berkata, "Tempat ini pasti sangat mahal harganya."Aksan membungkuk dan berkata, "Kekayaan seharusnya bukanlah masalah bagimu. Tempat ini hanyalah tanda terima kasih kecil dari ketulusanku. Tolong jangan menolak, Tuan."Surya merenung sejenak dan berkata perlahan, "Karena kamu memiliki niat seperti itu, aku akan menerimanya.""Terima kasih atas kemurahan hatimu, Tuan. Aku akan segera menyelesaikan pro
Namun, Linda tidak menanyakan tentang hal tersebut. Dia tidak akan bertanya tentang sesuatu jika bosnya tidak berinisiatif untuk membahasnya terlebih dahulu.Baik sebagai bawahan, teman, atau bahkan kekasih, diam selalu menjadi tindakan terbaik.Setelah mendengar penjelasan Surya, Linda tersenyum tipis dan berkata, "Pulau Aora setidaknya bernilai sepuluh triliun rupiah. Keuntungan yang kamu dapat kali ini lumayan banyak.""Aku sama sekali nggak menyangka akan mendapatkan rejeki nomplok seperti ini," kata Surya sambil tersenyum.Saat ini, Linda benar-benar merasa lega. Mereka berdua mengobrol sambil menyelesaikan makan malam. Kemudian, Linda berjalan ke dapur dengan gembira untuk mencuci piring.Surya duduk di sofa sambil menyalakan sebatang rokok. Dia melihat ke arah Linda yang sedang sibuk di dapur dan tidak yakin apa yang sedang dipikirkannya.Tidak lama kemudian, Linda selesai mencuci piring dan berjalan ke ruang tamu.Saat dia hendak duduk, kakinya tiba-tiba terpeleset dan dia jatu
Begitu melihat panggilan dari Rania, Surya langsung mengangkatnya."Surya, kamu di mana? Mau kujemput?" Terdengar suara Rania dari seberang sana.Surya langsung menjawab, "Nggak perlu, aku segera ke sana.""Baiklah. Jangan telat, ya." Setelah itu, Rania langsung menutup telepon.Surya tersenyum. Jujur saja, dia juga merasa senang bisa duduk berbincang dengan teman sekolah. Bagaimanapun temannya juga tidak banyak. Sedangkan hubungan pertemanan yang murni juga sangat berharga.Dia mengendarai mobil langsung menuju ke Bar Lugos.Bar Lugos adalah pusat hiburan yang cukup terkenal di Kota Juwana.Setengah jam kemudian, Surya sudah tiba di Bar Lugos. Begitu memasuki aula, dia melihat Rania sedang duduk di sofa, seakan-akan memang sedang menunggunya.Begitu melihat Surya, Rania langsung bangkit dan menghampirinya, lalu tersenyum sambil berkata, "Ayo, teman-teman sudah sampai."Surya mengangguk, lalu mengikuti Rania memasuki ruang VIP.Begitu masuk ke ruang VIP, terlihat belasan orang sedang d
Mira dengan bangga menggait tangan Burno dan duduk, sedangkan Burno juga terlihat arogan.Surya mengerutkan keningnya karena merasa kesal.Ini jelas-jelas sedang pamer. Ini acara reuni, bukan ajang pamer.Mira tersenyum dan berkata, "Semuanya jangan diam saja. Burno memang berstatus tinggi, tapi dia adalah pacarku. Kalian jangan merasa segan."Perkataan ini terkesan basa-basi, tetapi terdengar pamer.Semua orang merasa enggan. Jadi, ada yang bangkit untuk mengambil arak dan ada yang mengambil teh.Setelah itu, Paul Enru yang dulunya menjadi ketua kelas mengangkat gelas dan berkata, "Hari ini kita semua berkumpul di sini. Kita bersulang dulu untuk mempererat pertemanan kita."Semua orang mengangkat gelas, Surya dan lainnya juga mengangkat gelas dan menghabiskan minumannya. Rania dan teman wanita lainnya hanya minum seteguk teh.Begitu minum segelas arak, semua orang mulai makan sambil berbincang-bincang.Saat ini tatapan Mira tertuju pada Surya, Mira terlihat kaget."Surya, lama nggak b
Rania langsung bangkit berdiri dan berkata, "Kalian jangan marah. Acara reuni untuk bersenang-senang, jangan emosi."Namun, Burno malah berkata, "Emosi? Jangan bercanda. Ini perintah. Aku datang kemari karena Mira. Kalau nggak, kalian kira kalian berhak duduk bersamaku di sini?"Perkataan Burno sudah menyinggung banyak orang, semua orang terlihat marah.Namun, karena identitas Burno, semua orang juga tidak berani berkata apa-apa.Mereka semua bekerja dan hidup di Kota Juwana, mereka memang tidak bisa menyinggung putranya kepala distrik.Seseorang yang mengangkat gelasnya dan berkata, "Pak Burno, jangan marah. Aku bersulang untukmu.""Oh, kamu siapa?" tanya Burno dengan angkuh.Orang ini langsung menjawab, "Namaku Edward Warren. Aku baru dipindahkan ke Distrik Mando. Mohon bantuannya, Pak Burno."Begitu mendengarnya, Burno mengangkat gelasnya dengan malas dan berkata, "Baik, aku sudah tahu. Demi Mira, aku pasti akan membantumu."Edward tersenyum dan langsung meneguk habis minumannya.Se
Begitu Burno mendengar perkataan pria itu, dia segera menghalanginya dan berkata, "Jadi, kamu yang sudah memukul bokong pacarku?""Memangnya kenapa?" jawab pria itu dengan tegas.Burno memaki, "Kamu sudah bosan hidup, ya!"Burno segera mendekati pria itu dan melayangkan tinjunya hingga mengenai wajah pria tersebut.Saat Edward melihat kesempatan untuk mencari muka, tanpa basa-basi, dia juga ikut maju dan menghajar pria tersebut.Pria tersebut tentu saja takkan mampu melawan dua orang seorang diri seperti itu, dalam sekejap dia langsung tergeletak di tanah dan terus merintih kesakitan.Pada saat ini, Burno berkata dengan dingin, "Kurang ajar! Siapa pun yang berani menyentuh pacarku akan berakhir sama dengan orang ini!""Awas kamu kalau sampai berani menggangguku lagi! Ingatlah pelajaran ini baik-baik!" Mira ikut memaki.Setelah itu, Burno dan lainnya pergi dengan perasaan puas dalam hatinya.Butuh waktu yang lama untuk pria tersebut bangkit berdiri kembali. Saat melihat ruang naratama B
Saat Rizam mendengar ucapan Krisna, dirinya segera tertawa. Setelah itu, Zoldik menanggapi perkataan Krisna, "Pak Kirsna, Keluarga Mesadi sudah bertahan selama ratusan tahun di Kota Juwana ini. Kepala Keluarga Mesadi menguasai Kota Juwana, sementara Refael, putra sulung Keluarga Mesadi, merupakan wakil sekretaris di departemen sekretaris nomor satu Kota Juwana. Banyak anggota Keluarga Mesadi yang memiliki jabatan penting di seluruh kota ini, baik di pemerintahan maupun bidang lainnya. Bahkan, seorang Leo Rustan sekalipun akan tunduk saat bertemu dengan Keluarga Mesadi. Menurut Pak Krisna, apa kami akan takut dengan bocah ingusan seperti Burno itu?"Krisna tentunya tahu betul bagaimana kekuatan Keluarga Mesadi, kalau tidak mana mungkin dia akan sengaja datang jauh-jauh hanya untuk bekerja sama dengan mereka. Krisna berkata demikian hanya untuk memperjelas situasi antar kedua belah pihak.Setelah mendengar ucapan Zoldik, Krisna tertawa dan berkata, "Keluarga Mesadi memang sangat tegas! K
Kening Burno langsung bercucuran keringat dingin, tetapi Mira malah berkata, "Baik, kami akan pergi, siapa takut! Burno, kalau terjadi sesuatu tinggal telepon papamu saja."Burno ingin menjawab, tetapi kata-kata itu sulit untuk diucapkan. Di sisi lain, masalah ini tetap harus diselesaikan, akhirnya Burno melihat ke arah Zoldik dan berkata, "Pak Zoldik, apa boleh kalau aku sendiri saja yang pergi?"Maksud dari ucapan Burno adalah kalau dia pergi seorang diri, paling-paling dia hanya perlu membayar ganti rugi.Keluarga Mesadi harusnya tidak akan begitu memperbesar masalah ini, mengingat hubungan antara Keluarga Mesadi dengan orang tua Burno. Namun, Zoldik tidak berencana demikian, dia berkata dengan dingin, "Apa kamu nggak mengerti perkataanku barusan?"Pada saat ini, Edward berdiri dan berbicara dengan nada tinggi, "Apa maumu? Apa kamu tahu siapa Burno ini? Mana sopan santunmu?"Kelihatannya, Edward sama sekali tidak mengetahui seberapa menakutkannya Keluarga Mesadi.Zoldik menolehkan