Aku menggelengkan kepalaku pelan. “Ayah ... tidak pernah menghubungiku sejak saat itu.”
“Adriani sudah meminta Julian untuk menjadi ayah yang baik untukmu meski mereka sudah berpisah, tapi ... Julian tidak mau menganggapmu sebagai putrinya. Ia bahkan pindah entah kemana, membuat Adriani tidak bisa mempertemukanmu dengan Julian.”
Air mataku mengalir mendengar semua perkataan Ethan. “Jadi ... selama ini aku salah sudah menyalahkan Mommy?”
Aku benar-benar tidak pernah menyangka jika Mommy selama ini menyembunyikan semua kesalahan Ayah dariku. Selama ini, Mommy dengan sengaja menyembunyikan sebuah fakta yang begitu besar, membuatku kembali merasa bersalah. Selama ini, aku terus menyalahkan Mommy dengan penyebab yang sudah terjadi. Nyatanya, semua kesalahan terletak di Ayah. Apa yang harus kulakukan sekarang? Aku sudah merebut Ethan dari Mommy dan membuat Mommy mengakhiri hidupnya karena tidak sanggup melihatku dengan Ethan. Aku be
“Kiran, bagaimana kalau kau segera bersiap-siap untuk pergi ke pesta ulang tahun Olivia? Aku sudah membeli gaun untukmu,” ucap Ethan setelah aku sudah tenang dan tidak menangis lagi. “Mungkin, dengan kita pergi ke pesta. Perasaanmu sedikit membaik.”“Haruskah aku datang?” tanyaku tanpa melihat ke arah Ethan dengan pandangan yang lurus ke depan.“Dengan kau datang ke sana, mungkin perasaanmu bisa lebih baik dan berhenti menyalahkan dirimu sendiri.” Ethan bangkit dari duduknya lalu masuk ke dalam kamar. Tak berselang lama, Ethan kembali sambil membawa sebuah gaun berwarna abu-abu selutut.Aku beranjak dari dudukku ketika melihat Ethan membawa sebuah gaun berwarna abu-abu muda itu. Aku membulatkan kedua bola mataku karena terpesona dengan keindahan gaun itu.“Kau menyukainya?” tanya Ethan sambil tersenyum melihatku.Aku menganggukkan kepalaku mengiyakan pertanyaan Ethan. “Iya, aku menyu
“Aku tanya, apakah kau sudah selesai?” tanya Ethan mengulangi pertanyaannya sambil tersenyum padaku seolah tahu apa yang sedang aku pikirkan.“Ya, aku sudah selesai,” jawabku tanpa melihat ke arah Ethan.“Apa aku cocok memakai baju ini?” tanya Ethan sekali lagi, membuatku refleks melihat ke arahnya.“Kau cocok memakai pakaian itu, warnanya juga sama seperti gaun yang aku pakai. Orang-orang akan melihat kita seperti pasangan yang serasi,” ucapku sambil terkekeh pelan menghilangkan rasa canggungku.“Bukankah, kita memang pasangan, Kiran?” tanya Ethan sambil mengerutkan keningnya ketika mendengar pertanyaanku.“Ya, tentu saja. Maksudku, orang-orang akan langsung mengira jika kita adalah pasangan karena pakaian kita yang sama,” ucapku sambil terkekeh dan memukul pelan dada bidang Ethan.Ethan menggelengkan kepalanya melihat tingkahku. “Ah, sebelum kita pergi, aku ingin
Aku tersenyum lalu memegang lengannya. Kami berdua berjalan beriringan menuju lantai hotel di mana pesta ulang tahun akan digelar. Setelah sampai, aku dan Ethan langsung berbaur bersama mereka. Banyak sekali orang yang datang. Pesta ulang tahun ini benar-benar mewah. Untung saja, kami datang tidak terlambat. Banyak orang yang datang terlambat dan tidak dimasukkan oleh penjaga mereka. Yang bertugas di luar. Sayang sekali, mereka tidak bisa menikmati kemewahan pesta yang sedang berlangsung ini.Tring ... tring ... tringTerdengar suara gelas yang dipukul pelan membuat semua orang terdiam dan fokus melihat ke depan. Seketika itu juga, aku langsung terdiam setelah melihat seseorang yang berdiri tegak di sana.Aku membulatkan kedua bola mataku, salah satu tanganku menutup mulut yang hampir saja menganga. Aku menahan air mataku agar tidak terjatuh. Setelah lama aku tidak bertemu dengannya. Akhirnya, Tuhan mempertemukan kami lagi.“Ayah?” Suaraku ter
Acara selanjutnya, adalah makan bersama sambil mendengarkan sambutan dari keluarga dan orang-orang terdekat Olivia. Kami semua diberi tempat duduk bernuansa merah maroon benar-benar terlihat elegan. Dengan meja yang bundar dengan empat kursi di setiap mejanya, membuat kami duduk secara berkelompok. Aku dan Ethan pun duduk bersama dua orang pasangan yang tidak kami kenali.“Setelah kami mendengarkan sambutan dari keluarga dan orang-orang terdekat Olivia. Sekarang, waktunya sambutan dari siapa pun yang mau mengucapkan selamat kepada Olivia. Siapa yang mau melakukannya silahkan angkat tangan,” ucap pembawa acara di depan.“Aku,” ucapku sambil mengangkat tanganku dengan tinggi.Sontak aku menjadi perhatian semua orang. Sama halnya dengan Ethan yang langsung menatapku dengan tatapan terkejut ketika aku mengangkat tubuhku.“Kiran?” ucap Ethan sambil menggelengkan kepalanya pelan.Namun, tatapanku tertuju dengan orang-o
“Olivia, aku ikut bahagia dengan pesta yang begitu mewah ini dirayakan hanya untuk acara ulang tahunmu. Terima kasih untuk Tuan Julian, karena sudah membuatkan pesta semegah ini. Aku jadi iri, karena Ayahku tidak pernah mengadakan pesta ulang tahun untukku,” ucapku membuat Ayah semakin melotot melihatku. Ia bahkan sampai membuang muka, seperti tidak sudi melihatku yang berada di atas panggung. “Olivia, kau harus bisa menjadi anak yang berguna suatu saat nanti. Aku berharap kau akan segera menyadari jika kau bukanlah satu-satunya putri di hati Ayahmu.”“Hei, apa maksudmu bertanya seperti itu?” tanya Olivia yang berteriak sambil mengerutkan keningnya.“Karena tentu saja ada Ibumu di hati Ayahmu selain dirimu, Olivia,” balasku sambil terkekeh, membuat semua tamu ikut tertawa. Begitu pun dengan Olivia yang sama-sama tertawa dan memeluk Ibunya yang duduk di sampingnya. Sementara Ayah, ia masih sama seperti tadi. Wajahnya benar
“Kiran,” panggil seseorang setelah Ethan pergi.Aku menoleh dan melihat siapa yang memanggilku. Terlihat seorang pria dengan memakai pakaian serba hitam. “Kau ... siapa?”“Kau Nona Kiran?” tanya pria itu tanpa berniat menjawab pertanyaanku. Dari mana pria ini tahu namaku. Padahal aku tidak mengenalnya.“Ya, namaku Kiran, tapi ... kau siapa?” tanyaku sambil mengerutkan keningku karena benar-benar tidak mengenal pria di depanku ini.“Tuan Julian ingin bertemu dengan Anda. Sebaiknya, Anda mengikuti saya,” ucap pria yang tidak aku kenali itu sambil memberiku kode untuk mengikutinya.Aku melihat ke arah sekelilingku, tidak ada yang sadar kami berdua bertemu. Ethan pun belum kembali, membuatku takut kalau nanti Ethan mencariku.“Ayok Nona! Waktu Anda tidak banyak,” ucap pria itu lagi karena aku tidak mengikutinya.Aku yang ingin bertemu dengan Ayah akhirnya terpaksa men
“Aku tidak tahu apa rencanamu kepada keluargaku, tapi ... satu hal yang aku inginkan darimu jangan pernah datang lagi di hadapanku. Apalagi sampai keluargaku tahu kalau kau anakku! Aku akan memberikanmu berapa pun uang yang kau inginkan, tapi aku ingin kau pergi dari sini secepatnya!”“Apa?!” Aku kembali terpekik mendengar perkataan Ayah barusan.Setelah sekian lama tidak bertemu ayah hanya takut aku meminta uang darinya. Ayah juga takut, kalau aku ketahuan putri kandungnya. Padahal aku sangat merindukan ayah ketika aku bertemu dengan ayah secara tidak sengaja itu. Berarti semua yang dikatakan Ethan ada benarnya juga. Ayah tidak menginginkanku, ia benar-benar membuangku. Air mataku sudah jatuh sejak tadi karena merasa sakit hati dengan perkataan ayah padaku.“Berapa yang kau inginkan, Kiran? Aku akan memberimu berapa pun itu, tapi jangan pernah muncul di depanku atau pun keluargaku!” ucap ayah lagi
“Di saat aku sendiri kehilangan Mommy. Di mana Ayah?” tanyaku sambil berjalan menghampiri ayah. “Tentu saja Ayah hidup bahagia dan menjalani kehidupan dengan baik tanpa memperdulikan bagaimana hidup kami!”“Maaf, Ayah benar-benar tidak tahu kalau Adriani sudah tidak ada.” Terlihat kedua mata ayah memerah menahan tangis. Sepertinya, ayah terkejut setelah tahu mommy sudah tidak ada di dunia ini.“Aku tidak akan membiarkan hidup Ayah bahagia. Aku berjanji, aku akan membalas rasa sakit yang Mommy rasakan selama ini,” ucapku dengan nada suara yang berbisik pelan.Kulihat kedua bola mata ayah membulat setelah mendengar perkataanku. Detik berikutnya, ayah menatapku dengan nanar. Aku hanya tersenyum miring melihat reaksi ayah. Aku benar-benar tidak akan membuat hidup ayah tenang. Pokoknya, ayah harus bisa merasakan penderitaan yang selama ini aku dan mommy rasakan. Tidak ada belas kasihan kepada ayah. Lihat saja nanti, aku