“David, apa yang kau inginkan?” David hanya menatapku lalu pandangannya lurus ke depan. “Aku akan membawamu ke suatu tempat.”“Jalan,” ucap David kepada sopirnya. Aku masih saja tidak terima dengan apa yang David lakukan padaku. Aku duduk tidak tenang hingga tidak terasa mobil yang kami tumpangi berhenti di suatu tempat.“Ayo turun,” David membukakan pintu mobil untukku. “Kau tidak ingin mengunjungi tempat ini?” David tersenyum smirk seperti biasanya. Aura berkuasa ia tunjukkan padaku.Dengan terpaksa aku menoleh ke tempat yang David ingin tunjukkan padaku. Dan aku pun hampir tidak percaya. Ternyata David membawaku ke rumah kakekku yang telah di alih fungsikan sebagai panti asuhan. Jika saja di pagar depan tidak ada tulisan marga Rivera. Aku tidak akan tahu jika panti asuhan ini adalah pantai yang dulu dikelola oleh kakek, ayah dari ibuku.“Ayo masuk ke dalam.” David menarik tanganku lalu menggenggamnya erat. Aku tidak memperdulikan apa yang David lakukan padaku. Aku hanya terkejut m
David membawaku ke sebuah butik terkenal. Ini semua dilakukan demi kepentingannya untuk mengajakku bertemu dengan kakeknya. David selalu bersusah payah untuk mendandaniku sedemikian rupa agar penampilanku bisa sejajar dengannya.Kali ini dia tidak memperbolehkanku untuk memilih pakaian apa yang akan kukenakan. David ikut masuk ke dalam butik lalu memilihkan sebuah gaun tanpa lengan, sebatas dada yang lapisan luarnya adalah rompi tembus pandang. Tubuhku yang kurus sangat cocok menggunakan gaun tersebut. Ternyata David mempunyai selera fashion yang cukup lumayan.Setelah itu ia sibuk memilihkan aksesoris yang berupa giwang dan kalung berlian. David juga meminta make-up artis untuk mendandani rambut dan mukaku sesuai dengan keinginannya.“Perfek,” puji David setelah aku selesai didandani.Aku tidak mengucapkan sepatah kata pun saat David menyuruhku masuk ke dalam mobilnya. Sepanjang perjalanan aku diam dan David pun tidak mengeluarkan sepatah kata pun. Tapi telapak tangan besarnya mengge
Tadinya aku ingin masuk untuk tidur. Namun mendengar suara Lily aku pun menghentikan langkahku.“Siapa yang berada di dalam? Biarkan aku masuk!” suara Lily kembali menggema.“Lily, kenapa kau datang ke sini?” Aku sengaja keluar untuk menyapa Lily.“Ana Lopez, kenapa kau ada di sini?” Mata Lily mendelik tajam. Ia menatapku dari atas ke bawah lalu dari bawah ke atas.“Tanyakan saja kepada David kenapa aku ada di sini.”“David tidak membuat masalah denganmu, kan?” Aku pun menggidikkan bahuku. “Kami tidak ada masalah, hubungan kami kembali membaik. Bahkan aku baru pulang dari Mansion Wales karena kakek Denis meminta kami untuk makan malam bersama.”“Tidak mungkin,” desis Lily.“Terserah kau percaya atau tidak.” Aku sengaja mengangkat gaun yang tadi aku pakai, bahkan high heels yang tadi kupakai pun belum aku bereskan. Make up dan bentuk rambutku pun masih terlihat dengan jelas. Bahkan giwang dan kalung berlian pun belum sempat aku copot.Aku melihat wajah Lily berubah menjadi merah. Sepe
Setelah mendengar penjelasan Sherly aku tidak bisa tinggal diam. Aku pun memutuskan untuk mengunjungi kantor ‘All We Design’.Sepanjang perjalanan, aku ingin mengetahui keadaan ‘All We Design’ melalui internet. Aku tidak percaya dengan apa yang kulihat. Perusahaannya Jack dituduh melakukan kecurangan dan menjadi viral di sosial media sehingga banyak klien yang memutuskan sepihak kontrak yang sudah berjalan. Sekarang keadaan ‘All We Desain’ benar-benar diambang kehancuran.Saat aku sampai di kantor ‘All We Desain’, semua karyawan sedang duduk lesu di tempat kerjanya masing-masing. Dan tak seorang pun yang mau menyapaku. Aku berusaha untuk mencari keberadaan Jack. Namun tiba-tiba saja ada seseorang yang menabrakku dan dengan sengaja menumpahkan air di bajuku. “Maaf, Nyonya Wales. Saya tidak sengaja menabrak Anda.”Aku bisa melihat orang yang menabrakku itu menatapku dengan sinis, tidak terkecuali dengan orang-orang yang berada di sekitar kami. Aku tidak mempedulikan sikap mereka dan men
“Bukan, Nona. Atasan saya adalah Tuan David Wales.”Aku sudah menduga jika Lily bukanlah atasan dari Lily. Mana mungkin sepupu manjaku itu bisa membeli tanah di lokasi strategis dan memesan desain dengan budget mahal. Lagipula Willy adalah seorang yang pintar dan cekatan. Tidak mungkin Lily bisa merekrut orang dengan kualifikasi sebaik ini.Setelah aku gagal mendebat Sherly agar menolak proyek tersebut. Aku pun hanya bisa mengikuti perintahnya sebagai asisten desainer. Aku melakukan pekerjaan apa yang Sherly perintahkan. Pekerjaanku hari ini cukup melelahkan hingga pada sore hari aku yang sudah lelah dan tubuhku dipenuhi keringat bermaksud untuk pulang. Namun aku menghentikan langkahku ketika mobil David berhenti tepat di hadapanku.Aku ingin menghindari pertemuan ini dengan mengambil langkah menyamping. Tapi David menghadangku lalu bertanya. “Ana Lopez, kenapa kau ada di sini?” David menatapku tajam dengan suara dingin.“Tuan David Wales, tentu saya harus di sini mengawasi jalannya
Walaupun Jack memintaku untuk tidak terlalu keras dalam bekerja. Aku tidak bisa mengiyakan begitu saja. Aku tetap lembur. Pagi-pagi aku bangun. Jam lima aku sudah siap berangkat dan sebelum jam enam aku sudah sampai ke lokasi proyek.Keadaan tubuhku tidak aku perhatikan. Aku sering tidur di lokasi proyek. Mandi dan perawatan tubuh pun seadanya. Alhasil, kulitku bersisik dan wajahku kelihatan kusam. Aku kehilangan berat badan yang cukup ekstrem. Itu semua kulakukan untuk mengawasi proyek di lapangan agar tidak ada kesalahan yang dibuat oleh orang suruhannya David. Aku memeriksa segalanya, dari bahan sampai pengerjaan. Aku tidak ingin proyek yang sudah berjalan satu bulan ini akan sia-sia. Tinggal setengah lagi akan selesai. Aku harap tidak ada hal yang akan menghancurkan harapan kami. ***Aku cukup puas karena segalanya berjalan baik. Hingga dua bulan kemudian semuanya berjalan dengan sangat memuaskan.Hingga siang itu. David, Lily, Sherly dan Jack datang ke lapangan untuk memeriksa
“Tuan David Wales, pengemudi taksi ini adalah seorang wanita.” Aku membuka pintu mobil sehingga David bisa melihatnya dengan jelas sopir taksi tersebut.“Walaupun begitu, tetap saja kau tidak boleh masuk ke mobil itu karena suamimu ada di sini. Dan akulah yang akan bertugas mengantarmu pulang.” David menarik tanganku lalu menggenggamnya dengan erat. Ia kemudian menarik beberapa lembar uang lalu memberikannya kepada sopir wanita itu.“Terima kasih, Tuan.” Sopir wanita itu mengangguk sambil tersenyum lalu meninggalkan kami.“Masuk,” David membukakan pintu mobilnya untukku. Karena aku sudah lelah berdebat, akhirnya aku masuk ke dalam mobil dan David duduk di sebelahku. Sedangkan Lily menghentakkan kakinya karena kesal. Ia pun dengan terpaksa masuk ke mobil dan duduk bersebelahan dengan sopir.Sepanjang perjalanan kami hanya diam. Namun saat aku berusaha ingin melepaskan tanganku, David malah mempererat genggamannya. Pandangan suamiku itu tetap lurus ke depan seolah tidak terjadi apa pun.
"Itu kau, Nona Ana Lopez! Kaulah yang telah mengancamku. Setelah malam itu bukankah kau menghadangku dan berusaha menyuapku dengan memberikanku beberapa ribu dolar? Satu kesalahanku waktu itu, aku khilaf karena anakku di kampung sedang sakit keras. Sedangkan istriku tidak mempunyai uang. Karena ancamanmu dan uang yang kubutuhkan itu, akhirnya aku membeli hati nuraniku sendiri sehingga menerima tawaranmu dan mengerjakan hal buruk yang kau inginkan.” Laki-laki itu mengeluarkan air mata palsunya sehingga orang-orang sepertinya percayanya.“Cukup, sekarang kau boleh pulang. Nanti jika ada hal yang kami butuhkan tentang kesaksianmu, kami akan memanggilmu lagi.” Polisi itu menepuk pundak laki-laki itu.“Terima kasih, Pak. Terima kasih, atas kebaikan hati Bapak karena telah menyelidiki kasus ini dan tidak mengaitkan saya dengan kesalahan Nona Ana Lopez. Dengan senang hati jika lain hari Bapak membutuhkan pernyataan saya. Saya akan datang ke kantor polisi ataupun pengadilan untuk memberikan ke