Bab78
"Diam dan saksikanlah, bagaimana aku berhasil menghancurkan dan memporak-porandakan kehidupan bahagiamu Tuan muda sombong. Dengarkan aku baik-baik, kamu hanyalah lelaki yang menyedihkan." Juana terkekeh.
"Andai saja kamu gunakan sedikit otakmu dengan baik, nasibmu tidak akan semalang ini. Kamu pikir, menjadi miskin itu, tidak membuat istrimu menderita? Kamu sangat bodoh dalam berpikir. Saat kamu memiliki segala, dengan semua pemikiran konyolmu itu, apakah para manusia yang sudah kamu bantu kehidupannya, bisa menolongmu kini? Tidak akan ada," kata Juana dengan terkekeh.
Mata Jeremy Mose kian memerah, sakit hati dan penyesalan, kini tengah menyelimuti hatinya.
______Mobil hitam milik Jeremy Mose, keluar dari dalam vila Orange, dan berhenti di dekat James Wade yang berdiri.
"Mau dibawa kemana?" tanya James Wade, yang sedari tadi menunggu menantunya itu di depan gerbang vila Orange.
"Aku akan membawanya ke Negri Fantasi, untuk mendap
Bab79Juana menarik keras wajah Jeremy Mose untuk menatap ke arahnya.Kemudian wanita itu tertawa kencang, sambil menatap puas ke arah wajah Jeremy Mose yang bersimbah air mata."Bagaimana rasanya? Kau hancur?" tanya Juana dengan mengangkat satu alisnya. "Ini baru permulaan. Kau pikir, dengan menghancurkan Istana Property Group, akan membuatmu hebat?""Brengsek!" gumam Jeremy, dengan mata melotot tajam.Juana kembali tertawa, kemudian wanita itu mendorong keras wajah Jeremy."Dasar lelaki bodoh tidak berguna. Kamu menghancurkan mimpiku! Maka aku, sang Ratu bisnis dari kota Yuzong, tidak akan mengampunimu. Kau pikir, Mose itu milikmu seutuhnya? Saham dewan dan sahamku anjlok, semua karena ulahmu. Dan satu hal yang harus kamu ingat, kami menanggung segala kerugiannya."Dengan kasar, Juana menampar keras wajah Jeremy. Api dendam dan kemarahan, sangat jelas dirasakan oleh Jeremy.Pukulan wanita di depannya kini, bukanla
Bab802 kali tembakkan mengenai tepat di jantung Esmeralda. Wanita itu mengejang hingga terkulai lemah dan mati seketika."Kurang ajar!" terika Jeremy memekkikan telinga.Juana tertawa keras, menikmati penderitaan Jeremy Mose."Ya Tuhan, istriku!" lirihnya, sembari memeluk tubuh kaku Esmeralda.Untung tidak dapat diraih, malang tidak dapat ditolak. Jeremy merasakan kehancuran yang teramat dahsyat dalam hidupnya.Hari ini, dia menyaksikan penderitaan dan kematian orang-orang terbaik dalam hidupnya. Bukan cuma terbaik, wanita yang begitu mencintainya sepenuh hati.Hanya wanita itu, yang tidak pernah menghinanya ketika dia miskin, tidak pernah meremehkannya, ketika Jeremy tidak mampu memberikan apa-apa. Bahkan, tidak pernah mengeluh, saat Jeremy hanya menjadi seorang pengangguran.Esmeralda teramat baik dalam mencintainya. Wanita itu, tidak sempat dia bahagiakan. Dan kini, meninggalkannya lebih dulu, mati ditangan wanita, yang beg
Bab81"Nona, mengapa tidak kita bunuh saja lelaki ini?" tanya Among, bodyguard setia Juana.Juana memijit pelipisnya."Kamu tahu, cinta itu seperti lingkaran setan bagiku. Menyesatkan jiwa ini, semakin aku membencinya, semakin besar pula aku mencintainya."Among terdiam, mencoba mencerna ucapan Juana."Cinta mampu membuai dan menenggelamkan jiwa dengan sejuta kenikmatan dan keindahan. Namun itu berlaku untuk cinta yang bersambut. Sebaliknya, jika tidak, bagaimana nasib jiwa yang telah terlanjur tenggelam? Dia akan mati dalam rasa sakit hati."Juana berbalik badan, dan menatap Among dengan lekat."Aku wanita yang tidak pernah mengenal cinta sebelumnya. Duniaku, di penuhi dengan ambisi untuk merebut kekuasaan Mose di kota Yuzong dan menjadi orang nomor satu. Tapi lelaki ini, membuatku begitu menginginkannya, hingga aku kehilangan impian, yang selama ini menjadi semangatku. Dan dia, pergi dari Yuzong, dengan harapan akan merajut kasih ya
Bab82Terik mentari begitu menyengat siang ini, di atas puncak kota Monarki, lelaki tampan berperawakan tegap dan berumur matang itu, menatap keramaian kota dari ketinggian."Tuan Welas, saya sudah menyiapkan apartemen mewah untuk Anda, yang berlokasi tidak begitu jauh dari Giant Company Group!" seru pelayan laki-laki itu, kepada tuannya.Lelaki itu tidak menyahut, hanya memberi kode dengan tangannya, meminta pelayan itu untuk tidak mengganggunya.Pelayan tua itu pun paham, dengan tubuh membungkuk hormat, dia pun mundur diri.Suara lengkingan nyaring memenuhi ruang tengah."Wiliam Welas!" pekik wanita berambut pirang sebahu itu.Wanita manis berbody bak gitar spanyol itu pun, dengan cepat menghamburkan diri ke belakang tubuh lelaki tampan, yang dia panggil dengan nama Wiliam Welas."Kau kemari?" tanya Wiliam, melepaskan pegangan tangan wanita itu, dari belakang tubuhnya.Lelaki itu menoleh ke arah wanita cantik itu
Bab83Lelaki tampan itu berjalan menuju ruang kerjanya. Senyuman jahat kian terukir manis di wajahnya.Seorang lelaki berperawakan tinggi tegap, mata biru dengan rambut kriting. Juga bibir yang begitu seksi dan dia memiliki ketampanan yang tidak jauh berbeda dengan Wiliam Welas.Lelaki itu memasuki ruang kerja Wiliam, yang memang sudah menunggunya sedari tadi."Apa kabar?" tanya Wiliam, kedua lelaki itu pun saling duduk."Ya, seperti yang kamu lihat. Aku baik dan selalu tampan setiap hari," jawabnya dengan pongahnya."Hmm." Wiliam memaklumi sikap sahabat, serta rekan kerjanya itu."Sudah sejauh mana?""Wanita itu benar-benar kejam. Namun, dia memiliki sekutu yang lumayan banyak. Dari kekuataan perusahaan, dia memiliki kekuatan tertinggi. Bahkan, tingkat keamanannya pun sangat canggih dan tidak mudah untuk di kecohkan.""Apakah sekuat itu?""Ya, tidak ada satu pun orang, bisa dengan mudah menemuinya."
Bab84Wiliam mencoba mengirimkan proposal pengajuan kerjasama pada Giant Company Group."Kenapa wajahmu lesu?" tanpa Wiliam, ketika Abraham asistennya, telah kembali dari Giant Company Group."Ditolak," lirihnya, sembari meraih kursi, dan duduk di depan bosnya itu."Alasannya?" tanya Wiliam dengan sikap masih tenang."Tidak ada alasan, setelah mendapat panggilan telepon dari Bos mereka. Asisten Ibu Zambora, mengatakan Bosnya menolak kerjasama.""Proposal ini, bahkan tidak mereka sentuh sama sekali," lanjut Abraham, sembari memijit pelipisnya.Benar apa yang di katakana Afkar Savire, mereka sulit untuk di dekati, apalagi untuk disentuh."Ini seperti tantangan," gumam Wiliam, sembari memutar otaknya."Penolakan, sama saja dengan penghinaan. Kamu, cari tahu sekutu mereka," titah Wiliam."Emm, baiklah, Wiliam," jawab Abraham.Sudah menjadi kebiasaannya, menyebut nama Wiliam, ketika mereka hanya berdua. Ab
Bab85Juana membuka kamar mandi, setelah lelah melayani lelaki tua itu.Dia mendesah berat, dan mengguyurkan air di kepalanya."Sampai kapan aku begini? Menjadi boneka lelaki tua itu, sungguh hidup yang tidak bahagia," keluh Juana, sembari memejamkan matanya, menikmati dinginnya air yang mengguyur tubuhnya."Kau harus menghancurkan kekuasaan Zambora di kota Yuzong. Atau, aku akan menghancurkan kekuasaanmu di kota Monarki ini."Ancaman lelaki tua itu, kembali membuat tubuhnya bergetar hebat. Marah yang kian membuncah dalam dadanya, tidak mampu dia tahan.Juana menangis di dalam bathup, sambil menenggelamkan dirinya.Hidup yang nampak berkuasa, punya segalanya dan di pandang hebat, tapi penuh tekanan."Untuk apa semua ini? Keluarga? Jika pada akhirnya mereka harus kuhancurkan, untuk apa kekuasaanku? Gila, ini benar-benar gila," batin Juana.Tapi bagaimana mungkin dia berani melawan lelak
Bab86Juana membaringkan dirinya di bawah cahaya matahari sore.Sungguh indah baginya, bisa berbaring dengan tenang, sambil memandangi langit yang nampak indah."Mau minum jus?" tanya Wiliam, dengan segelas jus jeruk di tangannya.Juana tersenyum tipis, ia pun duduk, dan meraih gelas jus itu."Terimakasih," katanya, sembari menyeruput jus itu hingga tandas."Haus?" ejek Wiliam, ketika Juana menegok minumannya sekaligus."Ah, nggak juga," sahut Juana dengan santai. "Hanya jusnya terasa beda, karena di minum dalam keadaan pikiran tenang."Wiliam hanya tersenyum.Semenjak pertemuan manis itu, Juana mulai sering menghabiskan waktunya di pantai. Sesekali, Wiliam bertemu dengannya.Dan mulai hari ini, mereka pun dekat."Aku melihat kamu dengannya," teriak Aluna Welas, yang ternyata mengetahui pertemuan Juana dan Wiliam.Tentu saja Aluna mengetahui semua itu, sebab tujuannya memang memata-ma