Bab64 Bab71 "Bercerai? Jangan mimpi, kecuali kamu mau keluar dari istana ini, tanpa anak- anak!" tegas Wiliam. "Apakah aku harus keluar seorang diri? Ingat Wiliam, jika tidak ada aku di villa Anggur saat itu, mereka pasti telah mati, seperti lelaki tua yang jahat itu," sahut Aluna dengan tatapan dingin. "Aku malas berdebat, aku butuh ketenangan!" seru Wiliam. "Aku juga butuh ketenangan, kupikir hidup denganmu jalan bahagia, untukku, untuk anak- anakku. Nyatanya? Entahlah, rasanya sakit sekali, hidup bersama lelaki yang raganya milikku, tapi hatinya bersama wanita lain?" cibir Aluna. "Kamu tidak tahu apa- apa dengan perasaanku." "Aku tahu." "Apa?" "Kamu lelaki egois yang sangat bedebah Tuan Wiliam ...." "Tidurlah, kamu butuh istirahat dan ketenangan bukan? Pergilah untuk tidur, Luna." Aluna Welas mendengkus. "Rupanya kamu ingin bermain- main dengan kesabaranku Tuan Wiliam. Baiklah, jangan sampai kamu menyesal." Usai berkata, Aluna Welas pergi begitu saja. Wiliam terdiam, mer
Bab65"Kakek, Nenek! Perusahaan Giant Company Group, bisa saja membantu dana.""Benarkah? Terimakasih," pekik Nenek Rose, dengan mata berbinar terang."Dengan syarat, Jeremy akan membeli, 50% saham Tones enterprise. Dan nanti, Esmeralda yang akan memiliki saham itu.""50% .... apakah itu tidak terlalu berlebihan?""Itu keputusanku. Jika kalian menolak, aku yakin, Tones enterprise dilanda krisis berat.""Tapi ...." Nenek Rose dan Mike Tones saling pandang."Silahkan! Itu sudah menjadi keputusanku. Aku bahkan berani mengeluarkan 2 miliar dollar. Asalkan, saham Tones enterprise 50%, milik Esmeralda.""Baiklah!" sahut Mike Tones, dengan wajah yang sedikit murung."Di dunia ini, tidak ada uang, kita akan ditendang. Betulkan, kek?" cibir Esmeralda._____Dorista kembali ke Monarki, dan membiarkan Zabo Coa, mengurus perusahaan di kota Yuzong.Zabo Coa begitu berat, untuk tetap di kota Yuzong. pikirannya selal
Bab66"Tuan, Mapala enterprise, mengajukan proyek kerjasama!" kata Debara, sembari meraih kursi, dan duduk berhadapan dengan Jeremy Mose.Lelaki itu tengah sibuk memeriksa file yang menumpuk."Seperti pernah dengar, nama perusahaan itu.""Debara, rating perusahaannya seperti apa?""Level empat Tuan muda! Nyaris setara dengan Giant Company Group.""Baiklah! Buat jadwal pertemuan minggu depan," kata Jeremy."Baik, Tuan." Debara pun keluar ruangan.___Di depan komputer, degub jantung Dorista berdebar kencang. Foto kenangan masa lalu, semasa menempuh pendidikan di kota Monarki.Membuat hatinya nyeri, ketika melihat dengan jelas, wajah lelaki di foto usang itu."Ada apa? Kenapa kamu memandangi foto culun itu seperti itu?" tanya Ibu dari Dorista.Dorista terkekeh. "Asal Ibu tahu, lelaki di foto ini, adalah keluarga kita."Ibu Dorista memicingkan mata, dia pun mendekati komputer dengan lebih dekat
Bab67"Dorista, ada apa?" tanya Alin, ibunda Dorista.Alin membuka pintu, dia bingung, melihat rambut Dorista yang acak-acakkan.Kamarnya begitu berantakan, dengan buku yang berhamburan di bawah ranjang, tempat dia tidur.Begitu juga dengan meja riasnya, yang semua make up, serta parfume dan lainya. Kini, jatuh berserakan di lantai.Alin menggeleng, melihat Dorista, yang terus menangis terisak."Ada apa? Kamu dapat masalah di kantor?" tanya Alin lagi, masih dengan suara lembut.Dorista menjawab dengan gelengan. "Tidak, aku hanya merasa malu dengan diriku.""Malu kenapa? Ayo kataka padaku!" pinta Alin."Aku sudah tua, Bu. Tapi, hingga detik ini, aku tidak siap untuk menikahi lelaki manapun."Alin tersenyum, sembari duduk di samping anaknya."Berdoa dan memintalah pada Tuhan.""Bu, bagaimana orang ketiga menurut Ibu?""Orang ketiga yang bagaimana dulu?""Misalnya, Ibu menjadi selingkuhan
Bab68"Em, maaf, tapi sepertinya aku memiliki penyakit lupa!" kata Dorista.Wanita itu berusaha menahan degupan jantungnya. Rasa gemetar di tubuhnya, sedikit menguasai dirinya, hingga dia pun seperti kesulitan mengontrol fokusnya.Pandangan lekat mata Jeremy Mose kepadanya, membuatnya semakin mati kutu dan salah tingkah."Jeremy, jangan pandangi dia seperti itu! Lihatlah, Dorista nampak tidak nyaman.""Ah, maafkan aku!" ucap Jeremy, sembari mengalihkan pandangannya ke lain arah."Ayo ke sana! Kasihan asistenku telah menunggu sedari tadi. Dorista, kamu pasti orang yang kami tunggu!" kata Jeremy Mose.Dorista mengangguk."Dastan, bergabunglah dengan kami," kata Dorista, sembari menarik napas dalam berulang kali."Oh, baiklah!" sahut Dastan.Mereka pun duduk, dan mulai membahas proyek kerjasama, yang di ajukan Mapala enterprise.Pembahasan proyek kerjasama telah usai, mereka kembali mengobrol santai. Sed
Bab69Sepulang dari cafetaria, Jeremy mampir kesebuah butik ternama. Para pelayan butik, menyambut Jeremy Mose dengan antusias.Banyak dari mereka, berdecak kagum, melihat ketampanan Jeremy Mose."Ada yang bisa kami bantu, Tuan?""Saya ingin memberikan gaun terbaik dan termahal yang ada di butik ini.""Gaun?""Iya, hadiah untuk istri saya. Tinggi badannya 170cm dan beratnya 60cm.""Baiklah! Kami memiliki itu."Kemudian pelayan itu pun, mengeluarkan koleksi mewah dan termahal yang mereka punya.Jeremy Mose kembali berjalan-jalan, menyusuri ruangan butik itu.Ketika dia meraih gaun berwarna putih, yang di hiasi bulu-bulu lembut di bagian lehernya. Tangan halus dan lembut pun menyentuhnya secara bersamaan."Maaf," lirih Jeremy sembari melihat wajah si empu tangan."Tuan," kata Juana, dengan mata membulat sempurna.Dia terciduk, keberadaannya, kini di ketahui Jeremy Mose."Juana
Bab70Pesan singkat masuk ke gawai milik Dorista."Maaf, aku mengundurkan diri dari Lion enterprise. Ada hal penting, yang harus aku dahulukan!"Dorista mengernyit, ketika membaca pesan singkat itu, yang berasal dari Zabo Coa."Mengapa mendadak seperti ini? Aku akan kesulitan, jika kamu melakukan hal ini," balas Dorista."Maaf, tapi ini keputusanku." Balasan Zabo Coa, membuat hati Dorista terasa sakit kini.Zabo Coa, yang merupakan orang kepercayaannya. Bahkan, dia sudah Dorista anggap, sebagai keluarga sendiri.Tapi apa boleh buat, Zabo Coa telah membuat keputusan penting dalam hidupnya tanpa bisa Dorista cegah."Aku tahu, ini pasti karena dia terus mencari keberadaan Esmeralda, dasar lelaki." Dorista meracau seorang diri di dalam kamar.Zabo Coa nekat memasuki daerah keamanan vila Orange. Vila milik Jeremy Mose, yang terkenal dengan keamanan ketat.Jika dia ingin memasuki vila Orange, maka dia di haruskan melewa
Bab71Amelia Tones mengedarkan pandangan. Banyak pasang mata, mencibir ke arahnya. Amelia merasa malu dan hilang harga diri.Jeremy begitu tega kepadanya, memakinya di depan umum."Lanjutkan ceritamu! Amore," pinta Jeremy Mose.Amore mengangguk dengan perasaan gugup dan gemetar."Saat Nyonya asik berjalan-jalan, sebuah mobil sport hitam melaju kencang dengan sengaja ke arahnya.Kemudian dari arah yang tidak terduga, seorang laki-laki berlari ke arahnya dan mendorong Nyonya ke pinggir. Dan membiarkan dirinya di tabrak mobil itu hingga terpental. Kini kondisinya kritis. Sedangkan Nyonya yang didorong lelaki itu, menabrak pembatas jalan yang di pinggiran."Amore menghela napas berat."Dokter mengatakan, Nyonya mengalami pendarahan hebat, sebab dalam keadaan hamil muda. Dan .... dan bayinya keguguran," terang Amore, sembari menundukan wajah.Amelia yang mendengar penuturan Amore pun menutup mulut terkejut. Begitu juga de