Bab68
"Em, maaf, tapi sepertinya aku memiliki penyakit lupa!" kata Dorista.
Wanita itu berusaha menahan degupan jantungnya. Rasa gemetar di tubuhnya, sedikit menguasai dirinya, hingga dia pun seperti kesulitan mengontrol fokusnya.
Pandangan lekat mata Jeremy Mose kepadanya, membuatnya semakin mati kutu dan salah tingkah.
"Jeremy, jangan pandangi dia seperti itu! Lihatlah, Dorista nampak tidak nyaman."
"Ah, maafkan aku!" ucap Jeremy, sembari mengalihkan pandangannya ke lain arah.
"Ayo ke sana! Kasihan asistenku telah menunggu sedari tadi. Dorista, kamu pasti orang yang kami tunggu!" kata Jeremy Mose.
Dorista mengangguk.
"Dastan, bergabunglah dengan kami," kata Dorista, sembari menarik napas dalam berulang kali.
"Oh, baiklah!" sahut Dastan.
Mereka pun duduk, dan mulai membahas proyek kerjasama, yang di ajukan Mapala enterprise.
Pembahasan proyek kerjasama telah usai, mereka kembali mengobrol santai. Sed
Bab69Sepulang dari cafetaria, Jeremy mampir kesebuah butik ternama. Para pelayan butik, menyambut Jeremy Mose dengan antusias.Banyak dari mereka, berdecak kagum, melihat ketampanan Jeremy Mose."Ada yang bisa kami bantu, Tuan?""Saya ingin memberikan gaun terbaik dan termahal yang ada di butik ini.""Gaun?""Iya, hadiah untuk istri saya. Tinggi badannya 170cm dan beratnya 60cm.""Baiklah! Kami memiliki itu."Kemudian pelayan itu pun, mengeluarkan koleksi mewah dan termahal yang mereka punya.Jeremy Mose kembali berjalan-jalan, menyusuri ruangan butik itu.Ketika dia meraih gaun berwarna putih, yang di hiasi bulu-bulu lembut di bagian lehernya. Tangan halus dan lembut pun menyentuhnya secara bersamaan."Maaf," lirih Jeremy sembari melihat wajah si empu tangan."Tuan," kata Juana, dengan mata membulat sempurna.Dia terciduk, keberadaannya, kini di ketahui Jeremy Mose."Juana
Bab70Pesan singkat masuk ke gawai milik Dorista."Maaf, aku mengundurkan diri dari Lion enterprise. Ada hal penting, yang harus aku dahulukan!"Dorista mengernyit, ketika membaca pesan singkat itu, yang berasal dari Zabo Coa."Mengapa mendadak seperti ini? Aku akan kesulitan, jika kamu melakukan hal ini," balas Dorista."Maaf, tapi ini keputusanku." Balasan Zabo Coa, membuat hati Dorista terasa sakit kini.Zabo Coa, yang merupakan orang kepercayaannya. Bahkan, dia sudah Dorista anggap, sebagai keluarga sendiri.Tapi apa boleh buat, Zabo Coa telah membuat keputusan penting dalam hidupnya tanpa bisa Dorista cegah."Aku tahu, ini pasti karena dia terus mencari keberadaan Esmeralda, dasar lelaki." Dorista meracau seorang diri di dalam kamar.Zabo Coa nekat memasuki daerah keamanan vila Orange. Vila milik Jeremy Mose, yang terkenal dengan keamanan ketat.Jika dia ingin memasuki vila Orange, maka dia di haruskan melewa
Bab71Amelia Tones mengedarkan pandangan. Banyak pasang mata, mencibir ke arahnya. Amelia merasa malu dan hilang harga diri.Jeremy begitu tega kepadanya, memakinya di depan umum."Lanjutkan ceritamu! Amore," pinta Jeremy Mose.Amore mengangguk dengan perasaan gugup dan gemetar."Saat Nyonya asik berjalan-jalan, sebuah mobil sport hitam melaju kencang dengan sengaja ke arahnya.Kemudian dari arah yang tidak terduga, seorang laki-laki berlari ke arahnya dan mendorong Nyonya ke pinggir. Dan membiarkan dirinya di tabrak mobil itu hingga terpental. Kini kondisinya kritis. Sedangkan Nyonya yang didorong lelaki itu, menabrak pembatas jalan yang di pinggiran."Amore menghela napas berat."Dokter mengatakan, Nyonya mengalami pendarahan hebat, sebab dalam keadaan hamil muda. Dan .... dan bayinya keguguran," terang Amore, sembari menundukan wajah.Amelia yang mendengar penuturan Amore pun menutup mulut terkejut. Begitu juga de
Bab72Seorang berlari tergopoh-gopoh ke arah Jeremy."Tuan, Nyonya muda telah sadar, namun dia histeris.""Apa?" Jeremy Mose begitu terkejut. Lelaki tampan itu pun berlari, dan meninggalkan tawanannya tadi begitu saja.Hatinya kini berdebar tidak karuan, perasaan takut penghantui langkahnya yang tergesa-gesa.Jeremy melajukan mobilnya dengan kecepatan penuh, seirama dengan degub jantungnya yang begitu kuat.Sebuah pasang mata dari kejauhan, menatap tajam ke arah laju mobilnya. Senyum menyeringai terlukis jelas di wajah cantiknya."Welcome nightmare."Wanita itu kembali tersenyum jahat, sembari melajukan mobilnya, mengikuti arah lajunya mobil Jeremy Mose."Jika jerih payah dan mimpiku dia hancurkan, hatiku dia patahkan. Maka aku, akan merebut segalanya dari hidupnya. Jika tidak bisa dengan cara yang terang-terangan. Maka, cara lembutpun bisa aku lakukan."Batin wanita itu terus meracau, sembari menanamkan keb
Bab73Jeremy Mose melangkah keluar ruangan dengan terseok. Lelaki tampan itu berusaha mengendalikan diri dan emosinya saat ini.Keluarga besar Tones pun berpamitan pulang, mereka tidak bisa berlama-lama, untuk berada di ruang rawat Esmeralda.Mungkin seorang Amelia Tones telah lupa, bahwa Jeremy Mose masih orang kaya. Jika saat ini dia di hormati dan di elu-elukkan keluarga besarnya. Semua itu, murni karena harta.Namun sayangnya, Amelia Tones terlalu angkuh, dan sulit menerima kenyataan, bahwa dia harus belajar menghargai Jeremy Mose.Melihat sikap menantunya yang masih begitu patuh dan hormat kepadanya, membuat Amelia besar kepala."Aku tidak perduli. Yang jelas, aku benci dengan Jeremy! Lelaki itu, pembawa sial di keluarga ini.""Jagalah ucapanmu! Jika Jeremy Mose mendengar semua ini. Bisa saja, dia akan membenci kita. Dan Esmeralda, berhentilah bersikap kekanak-kanakan. Apakah kamu siap, jika harus kehilangan Jeremy? Dia lelaki ba
Bab73Jeremy Mose melangkah keluar ruangan dengan terseok. Lelaki tampan itu berusaha mengendalikan diri dan emosinya saat ini.Keluarga besar Tones pun berpamitan pulang, mereka tidak bisa berlama-lama, untuk berada di ruang rawat Esmeralda.Mungkin seorang Amelia Tones telah lupa, bahwa Jeremy Mose masih orang kaya. Jika saat ini dia di hormati dan di elu-elukkan keluarga besarnya. Semua itu, murni karena harta.Namun sayangnya, Amelia Tones terlalu angkuh, dan sulit menerima kenyataan, bahwa dia harus belajar menghargai Jeremy Mose.Melihat sikap menantunya yang masih begitu patuh dan hormat kepadanya, membuat Amelia besar kepala."Aku tidak perduli. Yang jelas, aku benci dengan Jeremy! Lelaki itu, pembawa sial di keluarga ini.""Jagalah ucapanmu! Jika Jeremy Mose mendengar semua ini. Bisa saja, dia akan membenci kita. Dan Esmeralda, berhentilah bersikap kekanak-kanakan. Apakah kamu siap, jika harus kehilangan Jeremy? Dia lelaki ba
Bab74"Bicaralah dengan jelas!" bentak James."Mee .... mereka memintaku. Mereka memintaku, untuk mendesak Jeremy Mose, memberikan uang dalam jumlah besar. Dan maunya, uang itu diberi secara cuma-cuma."Brakkk ....James menambar meja dengan kasar. "Dan kamu menuruti kemauan mereka?"Amelia semakin gugup, dia pun mengangguk pelan, membenarkan ucapan James."Bodoh! Jeremy Mose sudah mengangkat derajat kita. Dan juga, dia tetap baik dengan kamu dan keluarga Tones lainnya. Meskipun, kalian sering menyakiti hatinya. Dan kini, kalian meminta sejumlah uang, dengan cuma-cuma, dasar keluarga gila," bentak James.Amelia terisak. "Maafkan aku, tapi aku ....""Apa?"Tidak lama kemudian, Jeremy kembali masuk ke dalam ruangan."Apa Ibu pelakunya?" tanya Jeremy Mose tiba-tiba."Ada apa?" tanya James balik. Melihat raut wajah menantunya yang nampak dingin, James merasakan ada sesuatu telah terjadi."Ibu mengu
Bab75"Haha .... kamu itu anak haram," seru Khan Tones tanpa rasa hormat sama sekali."Bu?" Amelia Tones memandang Rose dengan tanda tanya, mata wanita itu berkaca-kaca. Rasanya, hatinya kini kian remuk dan teramat sakit.Begitu tega, keluarganya memporak-porandakan hatinya. Padahal selama ini, dia begitu baik dan selalu tunduk hormat pada Ibu dan Ayahnya.Bahkan pernikahannya pun dengan James Wade, itu adalah perjodohan, yang dilakukan orang tuanya."Benar yang Khan katakan. Kamu adalah anak haram keluarga Tones, Ibumu adalah wanita simpanan Ayahmu saat itu. Dan kamu, hasil dari dosa mereka. Itulah salah satu sebabnya, aku benci kamu, dan seluruh keturunanmu," ungkap Rose Tones tanpa rasa bersalah.Amelia Tones memusut dadanya yang terasa sesak, bahkan air mata kini menggenang dipelupuk.Ingin dia menangis dan meronta, namun siapa juga yang peduli? Benar mungkin kata Ibunya, dialah yang paling bodoh.Tidak memahami