Bab123
"Sudahlah, kamu fokus dulu bekerja."
Welas berkata dengan santai, sembari menuju keluar ruangan.
Aluna Welas menghela napas berat. Ada ragu dalam hatinya, ada rasa curiga yang menyelimuti pikirannya kini.
"Sepertinya Ayah merencanakan sesuatu, yang akan menyulitkanku, tapi apa? Aku harus berhati-hati." Batin Aluna menebak-nebak, dan mulai waspada pada Ayahnya sendiri.
Hari ini memang merupakan tantangan berat untuk Aluna Welas. Dia harus mulai membenahi seluruh kekacauan, yang terjadi di Welas enterprise.
Mulai dari keuangan yang kacau, juga beberapa kinerja karyawan yang tidak profesional dan terkesan mengabaikan beberapa tanggung jawab mereka terhadap perusahaan.
Aluna Welas mengamati ruang kerja karyawan dari CCTV. Kebanyakan dari mereka terlihat hanya bermain-main di depan komputer, dan lainnya terlihat sedang tertawa terbahak-bahak.
Tidak heran, jika Welas enterprise yang dulunya maju dan berkembang pesat. Kin
Bab124Di kota Monarki. Pikiran Wiliam kini terbagi, pada sosok mungil Jeremy, yang dia yakini sebagai darah dagingnya. Sedangkan Case, gadis kecil itu sangatlah malang.Sebab Wiliam meyakini, bahwa itu adalah anak Aluna dengan lelaki lain."Ada apa? Apa yang mengganggu pikiranmu?" tanya Amira, ketika melihat Wiliam duduk tercenung di balkon kamarnya."Tidak ada, hanya masalah pekerjaan yang semakin banyak," sahut Wiliam."Jangan berbohong pada Ibu. Jonas sudah menceritakan semuanya, bahwa akhir-akhir ini, kamu seperti orang tidak bersemangat.""Jonas memang sok tahu. Mending Ibu urusin Jonas, mau sampai kapan dia melajang seperti itu.""Jonas sulit dikasih tahu. Ibu kewalahan," keluh Amira. "Carikan dia wanita baru, yang penting bukan Dorista Mapala. Wanita itu begitu sombong! Ibu tidak suka."Wiliam terkekeh."Ibu-ibu," Jonas menggeleng. "Dorista Mapala itu wanita hebat dan tidak mudah dirayu. Tipikal wanita yang panda
Bab125Wajah Aluna Welas semakin pucat. Dia merasakan, tidak lagi memiliki gairah hidup."Makan!" ucap Welas, ketika melihat Aluna, hanya terdiam, memandangi piring makannya."Kalau kamu terus begini, kamu bisa sakit dan mati. Jika kamu mati, yang menjaga kedua bocah ini siapa? Apa kamu mau, mereka kukirim keluar Negri lagi?" Ancam Welas.Aluna tidak menyahut.Menjadi orang kaya, dan memiliki kekuasaan, nyatanya tidak menjamin hidupnya bahagia. Faktanya, kini dia semakin merasa tertekan dan tertekan.Hidup tidak terurus dengan benar. Anak-anak tidak memiliki kasih sayang Ayahnya. Dan kini, dia harus menikahi lelaki tua, yang sama sekali tidak pernah dia sangka-sangka."Aluna!" teriak Welas, sembari menggebrak meja makan. Hal itu, membuat Jeremy dan Case yang tengah makan langsung terkejut.Case menangis kencang, sedangkan Jeremy hanya terdiam.Pengasuh Case langsung meraih tubuh kecil itu, dan membawanya ke dalam p
Bab126"Wiliam, tolong jangan merusuh. Ini acara keluarga kami, dan kamu! Bukan lagi bagian keluarga ini.""Aku memang tidak merasa berkeluarga dengan Anda. Aku datang kemari, hanya untuk menjemput Ibu dari anakku."Para tamu undangan nampak terkejut. Keadaan menjadi semakin mulai ricuh."Apa maksud kamu?" bentak Welas. "Keluar dan jangan mengacaukan acara kami.""Welas, apa yang lelaki itu katakan?" tanya Jack Mose, yang mulai terpengaruh dengan ucapan Wiliam tadi."Sini, lebih baik pertunangan ini di hentikan. Sejak awal aku sudah curiga, bahwa wanita ini, bukan wanita baik-baik," maki wanita paru baya.Dengan tatapan mengintimidasi, wanita itu menutup lagi, cincin pertunangan Aluna.Wanita yang bagian dari kerabat Jack Mose itupun, merasa sangat dipermalukan kali ini."Aluna adalah Ibu dari anakku. Apakah kamu yakin, ingin menikahinya? Merasa pantas, umur setua ini? Bisa-bisa dipanggil Kakek oleh anakku," ejek Wiliam.
Bab127"Kamu yang mengacaukan acara kami," bentak Welas dengan mata melotot.Wiliam berdiri, mendekati ke arah Welas."Jangan Ketua pikir, kalau aku tidak tahu apa-apa. Aku tahu, Ketua secara halus memaksa Aluna, untuk mengikuti mau ketua. Apakah Aluna bahagia atau tidak, Anda tidak perduli. Apakah itu, figur seorang Ayah yang baik dan bertanggung jawab?" tanya Wiliam, setelah berkata panjang lebar menyerang Welas dengan perkataan pedasnya, namun sesuai fakta."Aku ingin dia bahagia. Aku tidak ingin, Aluna terus berusaha, untuk bisa hidup denganmu." Welas menarik napas berat. "Aku sangat kasihan pada anak itu. Saking cinta mati pada kamu, dia bahkan rela, mengandung anakmu sendirian, tanpa kamu perdulikan.""Setidaknya, jangan memaksanya, menerima lelaki tua itu.""Tidaka ada pilihan lain lagi. Biar bagaimana pun juga, Welas enterprise akan krisisi, jika bermasalah dengannya.""Seharusnya Anda yang lebih jeli dalam berbisnis. Dulu And
Bab128"Hei." Nike Jode mendekati mereka."Nike," sapa Aluna, sembari tersenyum tipis. Sedangkan Wiliam masih mematung."Bagaimana ini sampai terjadi?" tanya Nike Jode, sembari melihat perban yang melingkari kepala Aluna."Sakit," seru Aluna dengan suara manja."Ah, maaf." Nike Jode meletakkan buah-buahhan dan juga bunga di atas nakas."Aku sangat khawatir, ketika mengetahui kamu masuk rumah sakit.""Kamu tahu dari siapa?""Ayahmu.""Oh.""Maafkan aku, aku tidak bisa melindungi kamu." Nike Jode meraih tangan Aluna.Wiliam yang melihat semua itu, berdehem nyaring. Lelaki itu merasa muak, di perlakukan seolah tidak terlihat sama sekali di mata kedua sahabat itu."Oh Tuan Wiliam," seru Nike Jode. "Apa kabar Anda?" tanyanya, sembari mengangkat tangan untuk berjabat."Baik." Sahutan dingin dari Wiliam, tanpa mau menoleh ke arah Nike Jode.Nike Jode pun menurunkan tangannya, dan bersika
Bab129"Aluna, sabar," pinta Nike Jode."Stop! Jangan hentikan aku," teriak Aluna lagi. Wanita itu pun berusaha turun dari ranjangnya.Namun lagi-lagi, Nike Jode menahannya."Kata Ayahmu, kamu cukup lihat video itu. Adik-adikmu akan aman di sana. Hanya saja, Ayahmu lagi mengajak mereka main.""Bodoh! Itu bukan mengajak main. Tapi Ayahku lagi mengancamku.""Mengancam bagaimana?""Shitt. Banyak tanya!" bentak Aluna, berusaha mendorong tubuh Nike Jode yang menghalangi langkahnya.Namun Nike malah menarik tangan Aluna."Aluna tolong! Kamu pasti hanya salah paham pada Ayahmu. Ayo kita obati dulu luka di tanganmu.""Lepas!" pinta Aluna, sembari menarik tangannya. Namun Nike Jode malah mempererat pegangan tangannya."Kamu keras kepala sekali. Aku tidak mau, kamu kehabisan darah karena ini," ucap Nike Jode. Sembari memencet alarm darurat.Tidak lama kemudian, seorang perawat perempuan datang ke ruangan
Bab130"Jeremy, Case!" Aluna berlarian ke arah kedua bocah itu. Tanpa memperdulikan Nike Jode lagi.Kedua bocah itu pun turun dari pangkuan Wiliam, dan berlari ke arah Ibunya.Aluna Welas memeluk kedua anaknya, sembari menciumi pipi mereka dengan terisak."Maafkan Ibu," lirih Aluna, mendekap erat kedua anak itu."Kakey au bawa cami teljun, Bu." (Kakek mau bawa kami terjun, Bu) Jeremy mulai bercerita."Api, Om di sana," tunjuk Jeremy, mengarah pada Wiliam yang duduk terdiam, menyaksikan pertemuan anak-anak dan Ibunya."Cepelti palhawan. Hibat, angsung menancap ami."(Seperti pahlawan. Hebat, langsung menangkap kami.)Mendengar penuturan cadel si Jeremy. Aluna menatap lekat wajah Wiliam."Terimakasih," lirih Aluna."Angel. Kemari!" titah Wiliam.Seorang perempuan yang bernama Angel, pun berjalan santun, mendekat ke arah mereka."Ya Tuan.""Tolong bawa anak-anak masuk ke mobil.
Bab131Wiliam tersenyum manis ke arah Aluna Welas."Senyummu sangat manis. Karena senyum yang sangat manis inilah, aku menderita bertahun-tahun."Aluna membuang pandangan, menjauh dari tatapan mata bening Wiliam."Itu tidak akab terulang lagi. Aku bisa menciptkan pelangi di hidupmu, Nona Aluna Welas.""Untuk apa Tuan Wiliam yang terhormat? Untuk kembali melukaiku?""Kau terlalu buruk menilaiku.""Jangan tekan hatimu untuk berlaku demikian. Di dalam sana, sudah terukir nama wanita lain. Wanita yang tidak mungkin aku kalahkan pesonanya. Karena dia, abadi di hatimu.""Aku tidak perlu harus tertekan. Bagiku ini sepele, hanya tentang sebuah tanggung jawab, yang harus aku tunaikan.""Jika hanya berdasarkan tanggung jawab, maka lupakanlah, aku tidak terlalu mengharapkannya.""Tidak untukmu, tapi untuk anakku."Aluna terdiam."Untuk apa hidup bersama, jika cinta, tidak ada di hatimu, Tuan Wiliam."