Bab94
"Wiliam!" seru Amira. Wiliam terkejut, ketika mendengar suara lantang Ibunya.
"Apa yang kamu pikirkan? Jonas butuh bantuanmu!" ucap Amira.
"Ah, aku lagi bingung," sahut Wiliam. "Aku butuh waktu," lanjutnya.
"Tapi malam ini, Welas mengundang kita sekeluarga!" kata Amira.
"Ibu dan Jonas saja yang datang," sahut Wiliam. Lelaki itupun berdiri dari duduknya. "Aku butuh istirahat," ucapnya lagi, dan pergi begitu saja.
Amira menoleh ke arah Jonas. "Ada apa dengan Wiliam?"
"Nggak tahu, Bu. Aku akan bicara berdua dengannya," jawab Jonas lagi. Ia pun berdiri, dan menyusul Wiliam.
Jonas mengetuk pintu kamar, Wiliam masih terpaku, mendengar suara berat Jonas memanggilnya.
"Buka! Kita perlu bicara empat mata," titah Jonas Welas.
Wiliam menatap sesaat jarum jam. Hari menunjukkan hampir sore, Wiliam harus membuat keputusan.
Ia pun berdiri dari duduknya, dan berjalan menuju daun pintu, perlahan, ia memutar handle pin
Bab95 "Wiliam, bukankah rasanya tidak sopan, ketika aku bertanya, kamu bukannya menjawab. Sebaliknya, kamu malah membuat pertanyaan." "Maaf, Paman. Aku tidak ingin, membuatmu kecewa." Semua menjadi tegang. Amira sudah ketar-ketir, dengan tingkah Wiliam. Sedangkan Jonas Welas, berusaha menahan diri. Ia pun, menyeka pelan keringatnya. "Maksud kamu ini apa?" bentak Welas, lelaki tua itu pun berdiri dari duduknya tadi, dan menatap tajam penuh amarah ke arah Wiliam. "Aku, aku menyukai Aluna begitu dalam. Tapi, dengan jabatan aku di kantor, aku malu, jika bersanding dengan Aluna." Semua menjadi sedikit lega bagi Amira, begitu juga dengan Aluna, yang sudah sangat was-was, dengan emosi Ayahnya. "Jabatan?" Wiliam mengangguk. "Aku hanya karyawan biasa di kantor Welas Enterprise. Aku asisten Direktur Jonas Welas," terang Wiliam. "Apakah dengan jabatan tinggi, kamu bisa menjamin, Putriku akan bahagia."
Bab96Di keheningan malam, diiringi desiran angin yang berhembus, melewati Afkar begitu saja. Lelaki muda berperawakan berisi itu, menghela napas berat.Ketika ketua Welas Enterprise, mengumumkan, pertunangan Wiliam Welas dan Aluna Welas, akan diadakan dua hari lagi.Afkar sedikit merasakan sesak dalam dadanya. Membayangkan kebaikan Aluna selama ini kepadanya.Sebagai teman, Aluna tidak pernah membedakan Afkar. Bahkan, dia tidak pernah memandang Afkar dengan rendah.Hal itulah, yang membuat Afkar berat hati, untuk merelakan Aluna, menjadi korban Wiliam.Ia pun berniat dengan tekad yang kuat, akan memberitahukan Aluna, tentang identitas asli Wiliam.Agar, wanita muda nan cantik itu, mau melepaskan Wiliam.Afkar pun membuat janji, di sebuah cafe sederhana di Negri Fantasy.Ia mengirimkan pesan itu, berharap Aluna mau menemuinya.Hati lelaki itu sangat gelisah. Baginya, Wiliam sudah bertindak terlalu jauh, mengorbankan
Bab97"Ada apa? Mengapa kalian nampak sedang bertengkar?" tanya Aluna, sembari mendekati kedua lelaki itu."Kenapa kamu ada di sini?" tanya Wiliam, dengan raut wajah tak suka."Memenuhi undangan Afkar," sahut Aluna dengan dingin.Afkar sedikit gemetar, menghadapi tatapan Wiliam yang nampak semakin tajam."Apa tujuan kamu, Afkar? Mengundang kami berdua, di waktu yang berbeda."Afkar terdiam. Mendengar ancaman Wiliam tadi, Afkar sedikit hati-hati dalam menjawab."Afkar!" panggil Wiliam lagi. Aluna pun kini sama, menatap Afkar dengan dingin.Afkar menarik napas dalam. "Aku ingin Aluna tahu, kamu bukan Wiliam kekasihnya.""Oh ...." Wiliam menjawab dengan santai."Apa itu benar?" tanya Aluna pada Wiliam."Benar, dan batalkan saja pertunangan itu!" seru Wiliam. "Aku sungguh tidak berniat sedikitpun melibatkan kamu dalam hal ini.""Brengsek." Aluna menampar wajah Wiliam. "Kau pikir aku mainan? Kau pik
Bab98"Aluna, bukan begitu---" Afkar menghentikan omongannya, ketika melihat sosok Juana, berdiri tidak jauh dari mereka."Apa? Kenapa diam?" bentak Aluna. Suara Aluna yang terdengar lumayan nyaring itu, membuat Juana menoleh ke arah mereka.Afkar memeluk Aluna, dan merubah posisi dirinya, membelakangi pandangan Juana."Diam, ada Juana di pinggir pantai," bisik Afkar, sebelum Aluna berteriak.Untungnya, wanita itu langsung diam."Dia menuju kemari, segera kamu pergi," bisik Aluna balik. Dan Afkar pun, segera berlalu dengan cepat."Aluna ...." Juana mendekat."Hmmm." Aluna bersikap dingin."Aku seperti mengenal lelaki tadi. Siapa dia? Mengapa kalian berpelukan?""Ada apa? Begitu ingin tahu?"Juana tersenyum tipis. "Aku hanya bertanya.""Oh." Aluna menjawab dengan acuh tak acuh."Yasudah, aku mau ketemu klien dulu," ungkap Juana. Namun tidak digubris oleh Aluna.Wanita itu pergi leb
Bab99"Aku nggak enak badan, kita cancel saja, next time boleh?""Hhmm." Jonas nampak ragu."Ayolah, aku benar-benar nggak enak badan," rengek Juana. Jurus wanita yang paling jitu.Jonas merasa Juana begitu imut jika tengah manja begini. Tidak heran, ketua begitu tergila-gila padanya.Selain bodynya yang seksi, Juana juga begitu wangi dan pandai sekali menggoda jiwa lelaki. Apalagi, sekelas ketua, yang termasuk golongan lelaki kesepian pecinta daun muda.Hanya bedanya, daun muda model Juana, memiliki nilai lebih di mata seorang Welas. Sebab, selain pintar berbisnis, Juana memiliki ambisi sebagai penguasa. Sebab itulah, Welas begitu erat menggenggam tangan Juana.Namun, lelaki tua itu tidak menyadari, perubahan sikap Juana akhir-akhir ini. Juana yang selama ini, sibuk dengan pekerjaan dan ambisinya, sudah mulai abai dan sering meninggalkan kantornya.Demi, mencari hiburan hati yang lama kosong, dan diri yang lama tid
Bab100Welas menatap lekat wajah putrinya yang memohon."Mungkin ini yang terbaik, anakku!" seru Welas nampak berpasrah."Maksud Ayah?" tanya Aluna. Wanita itu kini gemetar, mendengar ucapan Ayahnya."Wiliam meminta untuk, menunda pertunangan kalian," jawab Welas. Lelaki tua itu menghela napas berat."Kenapa?" tanya Aluna, sembari menoleh ke arah Wiliam Welas.Wiliam tidak menyahut, ia pun bangkit dari duduknya dan meminta izin untuk pulang."Tunggu, kita perlu bicara berdua," pinta Aluna dengan tegas.Wiliam hanya menatap sesaat, kemudian mengangguk.Aluna melangkah lebih dulu, menuju keluar istana Welas.Diikuti Wiliam di belakangnya. Sedangkan Welas, hanya bisa menghela napas berat."Ada apa?" tanya Wiliam, ketika mereka sampai di taman istana.Aluna berdiri, tidak jauh jarak mereka berdua."Jangan tunda pertunangan ini," pinta Aluna."Kenapa? Apa kamu tidak benci denganku? Aku ini seo
Bab101"Kau ...." Welas berteriak. Semua mata menatap jijik pada Juana. sosok Juana yang berada di video rekaman itu, sedang tidak mengenakan kain sehelai pun.Juana menari-nari dengan lincah, sembari memainkan payudaranya yang berukuran lumayan besar.Riuh suara tamu undangan, mengejek Juana. Tidak hanya sampai di situ, video itu pun berganti dengan durasi yang lumayan cepat.Sosok Juana, berhubungan badan dengan Welas, juga tampil di layar itu. Membuat semua semakin riuh, begitu juga dengan Welas, yang kini mengamuk meminta video itu dihentikan.Aluna pun ikut syok, melihat Ayahnya."Ini pasti ulahmu kan?" tuduh Aluna Welas, masih dengan suara pelan, kepada Wiliam.Lelaki itu tidak menjawab apapun, dia hanya fokus menyaksikan, kehancuran Juana dan Welas.Juana berlari, keluar dari gedung istana Welas, dengan sejuta rasa malu, yang tidak dapat dia ungkapkan lagi.Sedangkan Welas, kini lelaki tua itu benar-benar tertekan
Bab102Semua Dewan pemegang saham kini berkumpul, mengadakan rapat, mengenai pelengseran jabatan Juana.Mereka tidak ingin, Juana memimpin perusahaan lagi. Sebab, Juana mempermalukan perusahaan. Bahkan, banyak kolega-kolega mereka, mundur secara teratur.Ada juga sebagian, yang mengajukan pembatalan perjanjian kerjasama.Ditambah, kini tameng Juana terbaring sakit, dan nyaris kehilangan nyawa. Bahkan terdengar kabarnya, lelaki tua itu, kini dalam keadaan kritis.Aluna Welas tercenung, meratapi nasib yang teramat pilu, hanya karena mencintai seorang laki-laki.Bagi Aluna Welas, Wiliam Welas segalanya bagi Aluna. Namun melihat sisi lain dari sikap pendiam Wiliam, Aluna merasakan sedikit ada rasa takut di hatinya kini.Juana tertunduk malu, ketika para pemegang saham, memintanya untuk mengundurkan diri secara sadar."Kami akan segera menunjuk pemegang saham yang baru!" kata Yen Lee. Salah satu pemegang saham tertinggi, selai