Bab98
"Aluna, bukan begitu---" Afkar menghentikan omongannya, ketika melihat sosok Juana, berdiri tidak jauh dari mereka.
"Apa? Kenapa diam?" bentak Aluna. Suara Aluna yang terdengar lumayan nyaring itu, membuat Juana menoleh ke arah mereka.
Afkar memeluk Aluna, dan merubah posisi dirinya, membelakangi pandangan Juana.
"Diam, ada Juana di pinggir pantai," bisik Afkar, sebelum Aluna berteriak.
Untungnya, wanita itu langsung diam.
"Dia menuju kemari, segera kamu pergi," bisik Aluna balik. Dan Afkar pun, segera berlalu dengan cepat.
"Aluna ...." Juana mendekat.
"Hmmm." Aluna bersikap dingin.
"Aku seperti mengenal lelaki tadi. Siapa dia? Mengapa kalian berpelukan?"
"Ada apa? Begitu ingin tahu?"
Juana tersenyum tipis. "Aku hanya bertanya."
"Oh." Aluna menjawab dengan acuh tak acuh.
"Yasudah, aku mau ketemu klien dulu," ungkap Juana. Namun tidak digubris oleh Aluna.
Wanita itu pergi leb
Bab99"Aku nggak enak badan, kita cancel saja, next time boleh?""Hhmm." Jonas nampak ragu."Ayolah, aku benar-benar nggak enak badan," rengek Juana. Jurus wanita yang paling jitu.Jonas merasa Juana begitu imut jika tengah manja begini. Tidak heran, ketua begitu tergila-gila padanya.Selain bodynya yang seksi, Juana juga begitu wangi dan pandai sekali menggoda jiwa lelaki. Apalagi, sekelas ketua, yang termasuk golongan lelaki kesepian pecinta daun muda.Hanya bedanya, daun muda model Juana, memiliki nilai lebih di mata seorang Welas. Sebab, selain pintar berbisnis, Juana memiliki ambisi sebagai penguasa. Sebab itulah, Welas begitu erat menggenggam tangan Juana.Namun, lelaki tua itu tidak menyadari, perubahan sikap Juana akhir-akhir ini. Juana yang selama ini, sibuk dengan pekerjaan dan ambisinya, sudah mulai abai dan sering meninggalkan kantornya.Demi, mencari hiburan hati yang lama kosong, dan diri yang lama tid
Bab100Welas menatap lekat wajah putrinya yang memohon."Mungkin ini yang terbaik, anakku!" seru Welas nampak berpasrah."Maksud Ayah?" tanya Aluna. Wanita itu kini gemetar, mendengar ucapan Ayahnya."Wiliam meminta untuk, menunda pertunangan kalian," jawab Welas. Lelaki tua itu menghela napas berat."Kenapa?" tanya Aluna, sembari menoleh ke arah Wiliam Welas.Wiliam tidak menyahut, ia pun bangkit dari duduknya dan meminta izin untuk pulang."Tunggu, kita perlu bicara berdua," pinta Aluna dengan tegas.Wiliam hanya menatap sesaat, kemudian mengangguk.Aluna melangkah lebih dulu, menuju keluar istana Welas.Diikuti Wiliam di belakangnya. Sedangkan Welas, hanya bisa menghela napas berat."Ada apa?" tanya Wiliam, ketika mereka sampai di taman istana.Aluna berdiri, tidak jauh jarak mereka berdua."Jangan tunda pertunangan ini," pinta Aluna."Kenapa? Apa kamu tidak benci denganku? Aku ini seo
Bab101"Kau ...." Welas berteriak. Semua mata menatap jijik pada Juana. sosok Juana yang berada di video rekaman itu, sedang tidak mengenakan kain sehelai pun.Juana menari-nari dengan lincah, sembari memainkan payudaranya yang berukuran lumayan besar.Riuh suara tamu undangan, mengejek Juana. Tidak hanya sampai di situ, video itu pun berganti dengan durasi yang lumayan cepat.Sosok Juana, berhubungan badan dengan Welas, juga tampil di layar itu. Membuat semua semakin riuh, begitu juga dengan Welas, yang kini mengamuk meminta video itu dihentikan.Aluna pun ikut syok, melihat Ayahnya."Ini pasti ulahmu kan?" tuduh Aluna Welas, masih dengan suara pelan, kepada Wiliam.Lelaki itu tidak menjawab apapun, dia hanya fokus menyaksikan, kehancuran Juana dan Welas.Juana berlari, keluar dari gedung istana Welas, dengan sejuta rasa malu, yang tidak dapat dia ungkapkan lagi.Sedangkan Welas, kini lelaki tua itu benar-benar tertekan
Bab102Semua Dewan pemegang saham kini berkumpul, mengadakan rapat, mengenai pelengseran jabatan Juana.Mereka tidak ingin, Juana memimpin perusahaan lagi. Sebab, Juana mempermalukan perusahaan. Bahkan, banyak kolega-kolega mereka, mundur secara teratur.Ada juga sebagian, yang mengajukan pembatalan perjanjian kerjasama.Ditambah, kini tameng Juana terbaring sakit, dan nyaris kehilangan nyawa. Bahkan terdengar kabarnya, lelaki tua itu, kini dalam keadaan kritis.Aluna Welas tercenung, meratapi nasib yang teramat pilu, hanya karena mencintai seorang laki-laki.Bagi Aluna Welas, Wiliam Welas segalanya bagi Aluna. Namun melihat sisi lain dari sikap pendiam Wiliam, Aluna merasakan sedikit ada rasa takut di hatinya kini.Juana tertunduk malu, ketika para pemegang saham, memintanya untuk mengundurkan diri secara sadar."Kami akan segera menunjuk pemegang saham yang baru!" kata Yen Lee. Salah satu pemegang saham tertinggi, selai
Bab103Ketika Wiliam menuju apartemennya di kota Monarki. Jonas Welas, Amira dan Juana, telah menunggh kepulangannya.Wiliam membuka pintu apartemen, dan mendapati Ibu, Kakak dan mantan tunangannya, duduk di ruang tengah."Lama sekali," keluh Amira, sembari menatap kesal ke arah Wiliam."Ada apa kesini?" tanya Wiliam dengan dingin."Aku mau bicara berdua!" sahut Jonas."Aku dulu," pinta Aluna dengan wajah mengiba."Hmmmm ...." Wiliam menatap malas, ke arah tiga orang itu bergantian."Oke," sahut Jonas, ia dan Amira menghela napas berat.Aluna berdiri, mendekati Wiliam."Ayo!" ajak Aluna, menarik lengan Wiliam, dan membawanya menuju kamar.Aluna mengunci pintu kamar, ketika mereka berdua, sudah masuk ke dalam."Ada apa?" tanya Wiliam dengan dingin.Aluna merogoh tasnya, dan mengambil benda pipih, kemudian memperlihatkannya pada Wiliam."Aku hamil."Wiliam meraih benda pipih itu, d
Bab104Aluna dan Wiliam pun keluar kamar. Amira dan Jonas Welas, masih duduk diruang tengah.Melihat kedua orang itu keluar. Jonas Welas pun berdiri."Sudah?""Hhmmm." Aluna hanya menyahut begitu, tanpa mau banyak merespon Jonas."Aku pulang dulu, Bu!" ucap Aluna Welas pada Amira."Iya sayang. Hati-hati ya di jalannya, jangan ngebut."Aluna mengangguk, ketika Amira memberikan perhatiannya. Aluna pun menuju keluar Apartemen Wiliam, dan berjalan menuju parkiran.Hatinya berkecamuk, memikirkan ucapan Wiliam tadi, mengenai kematian Wiliam yang sebenarnya."Ada apa?" tanya Wiliam, ketika dia dan Jonas Welas, berada di ruang kerja Wiliam."Aku dan Ibu akan tinggal di Monarki beberapa hari.""Welas enterprise bagaimana? Bukankah Ketua lagi dalam masa kritis.""Aku kesini bukan tanpa alasan!""Maksudmu?""Aku akan mengambil kursi Juana Zambora. Sebab Giant Company Group, bekerjasama
Bab105Bruuckkk .... Jonas melayangkan tamparan keras, ke perut Wiliam Welas."Kamu pantas mendapatkannya, berani sekali kamu melawanku! Dasar budak sialan," maki Jonas, dengan deru napas memburu, memperlihatkan jelas kobaran api kemarahannya.Wiliam sedikit meringis, namun ia kembali berusaha berdiri tegak."Kamu seharusnya menurut apa kataku! Atau kamu mau, nasib Wiliam yang asli, juga kamu alami."Wiliam memandangi Jonas sesaat."Apa yang kamu inginkan?" tanyanya."Serahkan jabatan CEO Giant Company Group kepadaku!" titah Jonas Welas dengan tegas.Wiliam terkekeh."Kamu yakin, ingin mengambil, yang memang sudah menjadi hakku?" tanya Wiliam Welas, dengan senyuman kecil penuh ejekkan.Hal itu, membuat Jonas Welas kembali murka. Ia pun berniat kembali memukul Wiliam.Namun, ketika kepalan tinjunya mengudara, menuju ke arah Wiliam, dengan ksigap Wiliam tangkap.Dan Jonas pun, mendapatkan bogeman menta
Bab106Wiliam memasuki kamarnya, dan berjalan menuju kamar mandi. Lelaki tampan itu, melepaskan kemejanya yang sedikit kotor dan kusut.Amira masuk ke dalam kamar Wiliam dengan emosi yang meluap-luap."Wiliam, apa yang terjadi sebenarnya? Mengapa kalian berdua sebrutal itu?" tanya Amira, dengan deru napas memburu."Tanyakan sama anak kesayangan Ibu," sahut Wiliam, sembari mencoba menutup pintu kamar mandi.Bergegas Amira mendekat, dan menahan daun pintu kamar mandi."Wiliam, mengapa sikap kamu semakin berubah? Seingat Ibu, kamu begitu penurut pada kami."Wiliam menghela napas berat. Ia pun menoleh, ke arah Amira, yang masih berdiri di depan pintu kamar mandinya."Semut saja kalau terancam, akan mengigit. Apalagi, kalau diinjak.""Kamu terancam?""Tentu saja! Semua yang hancur didalam itu!" tunjuk Wiliam ke arah keluar. "Perbuatan anak kesayangan Ibu," lanjutnya."Ya alasannya apa? Mengapa Jonas sampai semar