Aku terbangun dari lena, menggeliat dan mengganti posisi menghadap ke samping. Namun, ada yang aneh sepertinya bau yang kucium kali ini berbeda dengan bantalku yang biasanya. Kali ini wanginya lebih maskulin dan menenangkan. Lalu, uniknya ketika kuraba rasanya agak empuk-empuk enak gitu.Ini apa sih? Kok bantalnya berubah?Penasaran, perlahan aku membuka mata dan seketika pupil mataku melebar tatkala menangkap lengan Mas Aksa yang berotot dan gelayut-able itu sedang kucium. "Astaghfirullah! Mas, Aksa?" tanyaku terperanjat seraya melepaskan tangan Mas Aksa. Bak ketemu hantu, aku langsung menutup setengah muka dengan perasaan malu.Bagaimana bisa aku menjadikan lengan Mas Aksa ini bantal? Duh, ketahuan sekali kalau aku sedang terbawa mimpi. Jujur, sebelum bangun tadi aku sempat bermimpi yang iya-iya, masa aku melihat Mas Aksa menciumku? Ya Allah! Otakku ini kayaknya butuh diruqyah! Gak nyangka efek demam bisa segininya. Mas Aksa tersenyum lembut sambil menatapku. "Hai Jingga, gimana
Aku melongo ketika turun dari mobil Mas Aksa. Melihat pesta pernikahan sepupu Mas Rangga, rasanya seperti mimpi bisa berada di sini.Coba bayangkan saja, baru saja mau masuk pesta pernikahan kami sudah disuguhi pemandangan dekorasi gedung yang luar biasa indah. Dari mulai stand penerima tamu sampai ke buffet makanan semua terasa sangat mewah juga cukup memanjakan mata.Pantas, Bu Zela ingin kami bulan madu di sini. Ternyata oh ternyata begitu banyak kebetulan yang terjadi selama kami di Bali, dari mulai bertemu dengan Nadia, Joan dan termasuk kami harus menghadiri acara pernikahan se-sepektakuler ini.Ya ampun, ada apa sih sebenarnya dengan Bali? Kejadiannya super super tak bisa dimengerti hati.Menilai kondisi pesta yang tak biasa, tak ayal aku langsung memperhatikan penampilanku yang menurutku memalukan.Di saat semua orang pada cantik. Kenapa aku merasa bagaikan Upik Abu yang kesasar ke istana? Sekali pun Mas Aksa sudah mendadaniku sedemikian rupa tetap saja aku merasa ada yang kur
Demi apa Mas Aksa gendong aku? Haloo! Mungkin aku sedang bermimpi? Atau lagi kena jebakan Batman? Agh, enggak mungkin! Masa iya kalau aku bermimpi aku masih bisa melihat jakun Mas Aksa yang naik turun kayak timbaan di sumur rumah si Mbok? Terus kalau ini mimpi, gimana mungkin aku masih bisa mendengar degupan jantung si ganteng yang detakannya seperti petasan mercon pas imlek?Wah! Jangan-jangan Mas Aksa sama deg-degannya sama aku? Aduh, Adek jadi gemes-gemes gimana gitu Bang. Aku masih dalam mode terkejut tatkala tubuh besar Mas Aksa membawaku ke dalam kamar hotel dengan hati-hati. Beberapa waktu lalu, setelah aku terjatuh dengan sangat memalukan di pesta pernikahan, Mas Aksa dengan jantannya mengangkatku ke dalam pangkuannya sampai akhirnya kami tiba di sini. Tolong! Jangan ditanya bagaimana perasaanku sekarang karena jawabannya, aku happy-happy kiyowo. Apalagi sepanjang perjalanan menuju ke sini, banyak orang yang berseru iri melihat kami. Kapan lagi ya kan, lihat dokter muda i
Ciuman yang gagal. Sepertinya itulah judul yang pas bagi kisahku semalam di mana harapanku kandas dan khayalanku terjun bebas. Sumpah!Jika boleh jujur sekarang aku merasa sangat kesal, seakan merasa terhina karena seolah aku yang berpikiran kotor padahal wajah Mas Aksa yang ngadi-ngadi bikin aku berpikiran yang 'iya-iya'. Dasar sempak kolor ijo! Seharusnya otakku ini langsung di-ruqyah saja sama Pak Ustadz biar sedikit waras.Coba bayangkan saja, semalam bibirku yang sudah monyong ini hanya menyentuh udara tanpa bisa merasakan ciuman pertama.Oh Mas Aksa kapankah kau akan tahu kalau aku jatuh cinta? Tidakkah kau melihat perawan ini lebih baik dari pada Nadia?"Kenapa kamu manyun gitu? Gak suka kita pulang ke Bandung?"Sebuah suara tiba-tiba menyapaku yang sedang sibuk menerawang sambil memandang ke luar jendela pesawat. Pagi-pagi sekali sesuai rencana Mas Aksa kami harus pulang dari Bali ke Bandung dengan menggunakan pesawat kelas bisnis. Kata Mas Aksa, karena kakiku masih harus
Bibir.Bibir.Bibir.Tak kuduga, efek ciuman pertama itu akan sedahsyat ini akibatnya. Harus kuakui sehabis bibirku dibuat mendadak dangdut karena sengatan Mas Aksa yang memabukkan di lift, saat ini pikiranku jadi terngiang-ngiang terus kejadian tersebut.Coba bayangkan saja, gara-gara peristiwa mengejutkan itu, entah mengapa aku melihat semua hal yang kupandang tiba-tiba berubah menjadi bibir Mas Aksa.Dari mulai aku ke kamar mandi sampai ke mau ngelipat baju kayak sekarang tuh bibir belum pergi juga. Ibaratnya, semua barang yang kupegang mendadak jadi bibir suamiku sendiri.Astaghfirullah! Tobat! Ada apa denganku? Apa aku kerasukan setan bibir? Atau jangan-jangan apartemen Mas Aksa ini punya aura mistis yang membuat aku jadi wanita yang cukup mesum? Kalau begini akibatnya, aku jadi menyesal menantang Mas Aksa yang diam-diam bikin sawan perawan.Ting.Ketika aku sedang hanyut melamunkan masalah bibir sambil memasukan baju ke dalam lemari di kamar, tiba-tiba ponselku berdenting. Sebua
POV AksaDengan perasaan masih tak karuan, aku hanya mampu terduduk di balik kemudi. Setelah melewati satu operasi yang cukup panjang, akhirnya aku memiliki waktu untuk segera pulang menuju apartemen.Sejujurnya, semalam aku sudah berniat menolak permintaan Maura karena tak enak harus menggagalkan rencana makan malam dengan jingga tapi dikarenakan khawatir akan keselamatan pasien akhirnya aku menyerah. Untungnya operasi lancar berjalan hingga tak perlu lebih lama lagi terjebak di rumah sakit."Shit! Macet lagi!"Aku mendengus kesal ketika mobilku terhalang lampu merah padahal perasaanku sudah kangen berat. Sambil menunggu lampu hijau, aku merogoh ponsel yang ada di saku celana. Ada walpaper yang menunjukan wajah Jingga di sana. Baru saja kurang dari 10 jam gak ketemu anehnya aku sudah rindu.Heran. Ini orang narkoba apa manusia? Kenapa bisa membuatku resah begini? Di saat sedang sibuk memandangi foto Jingga, tetiba aku ingin sekali menghubunginya. Walau mobil sudah menuju ke arah pul
POV AuthorJingga membersihkan apartemennya dengan riang, sejak tadi senyuman lebar tak henti menghiasi wajah cantiknya. Kini di pikiran gadis itu hanya ada satu nama yaitu Aksa, Aksa, dan Aksa.Keanehan ini terjadi karena seusai sarapan bareng tadi Aksa meminta Jingga untuk bersiap-siap karena siang nanti Aksa akan mengajak Jingga pergi kencan tapi sebelum itu terjadi terpaksa Aksa harus ke suatu tempat dulu karena masih ada urusan.Meski agak kecewa karena Aksa gak langsung pulang bersamanya dari restoran, tetap saja Jingga bersemangat karena Aksa bilang 'rindu' pada Jingga.Mengingat itu semua, gadis cantik berpipi chubby itu terus saja bersenandung saking senangnya. Dia jadi berpikir, kenapa Bu Zela tidak menjodohkannya dari zigot saja sama Aksa biar gak usah ketemu Nadia apalagi Maura."Bersama bayangmu kasih, seakan-akan kuterjaga dari mimpi-mimpi. Uwwwooo Oh Aksaku Sayang!" Jingga terkekeh sambil terus bergumam gak jelas. Gadis itu terus saja berjoget mengikuti irama lagu semb
Jingga baru saja selesai berganti baju saat ia dikejutkan oleh kedatangan Aksa yang tiba-tiba saja membuka pintu apartemen secara paksa. Tanpa melihat Jingga yang bingung karena wajah Aksa yang terlihat emosi, lelaki itu langsung menuju ke arah pantry lalu membuka kulkas untuk mengambil sebotol air es dingin."Mas, kenapa? Mas haus?" tanya Jingga cemas. Aksa tak mengindahkan pertanyaan Jingga, dia lebih fokus meminum air es itu hingga tandas tapi sialnya rasa panas yang membakar tubuhnya sama sekali tidak mereda. Malah hasratnya semakin tak tertahan dan dia bingung bagaimana cara melampiaskannya. "Mas, hey? Mas baik-baik saja?" Sekali lagi Jingga melangkah lebih dekat ke arah Aksa untuk memeriksa keadaan suaminya. Gadis itu bahkan sengaja berdiri di depan Aksa meski Aksa melarang dengan memberi kode."Ga, stop! Tolong jangan dekati saya dulu. Maaf, saya minta waktu untuk menyendiri, kita jalannya sore saja, maaf," ujar Aksa seraya mengacungkan tangan sebagai tanda berhenti.Sejujurn