"Salma! Ibu pinjem duit kamu satu juta dulu, boleh ya! Minggu depan tunggu Valdi gajian aku bayarin!" celetuk Bu Ratih sambil merogoh dompet Salma.Salma buru-buru merebut dompetnya kembali."Ini uang Mas Fahri, Bu! Mtar dia bisa marah!" ujar Salma cepat."Halaah, Sal! Ibu pinjem sebentar aja, kok!""Nggak bisa, Bu." Salma bicara tak enak.Di ambang pintu, seorang laki-laki melihat keduanya dengan alis bertaut kesal."Salma bener, Bu! Tuh uang mau kupake besok! Maaf ya, nggak bisa kasih ibu pinjem. Kan kemarin ibu udah ambil lima ratus ribu ke Salma!" tandas Fahri ketus.Bu Salma kurang senang dengan tingkah Fahri yang menurutnya tidak bisa menghormati orang tua.***"Bu, itung-itung ibu udah empat hari tinggal di rumahku. Aku jadi nggak enak sama Mas Fahri, Bu." celetuk Salma."Lho, ada apa sama suani kamu?" Bu Ratih bertanya heran."Enggak, Bu. Cuma kemarin dia mengeluh pendapatan dari toko lagi menurun. Pemasukan sedikit, tapi pengeluaran tambah banyak aja." ucap Salma tak enak. I
"Val, ini uang buat resepsi kalian. Ngfak terlalu banyak. Cuma dua puluh juta. Insyaallah cukup buat resepsi." ucap Bu Ratih di hadapan Valdi dan Vina."Gini aja, Bu," sela Vina."Biar ibu gak ribet, biar aku aja yang atur semuanya. Aku punya tenen MUA yang bagus. Terus punya temen-temen yang mudah-mudahan bisa memudahkan untuk acara kayak gini." usul Bu Ratih."Boleh juga, Nak," Bu Ratih setuju."Oke, Bu. Kalau begitu biar aku aja yang pegang uangnya, supaya ntar gak ribet. Ntar aku bisa catet setiap ada uang yang keluar," tambah Vina.Melihat anggunnya sikap Vina, Bu Ratih tak ragu. Memang selama ini Bu Ratih benar-benar menaruh kepercayaan yang tinggi pada Vina. Calon mabtu tersayang."Uangnya cuma ada segini, Nak. Apa cukup?""Bu, berapapun uangnya kalau kita pinter mengelola, insyaallah pasti cukup. Lagipula kita kan nggak pedta gede-gedean. Nggak perlu juga besar-besaran, Bu. Yang penting bisa halal dan di akui Tuhan. Itu aja!"Kembali Bu Ratih dan Valdi terkesima dengan ucapan
"Val, kakak iparmu selingkuh. Ibu denger sendiri kemarin Fahri ngomong sama selingkuhannya di telepon.""Mas Fahri selingkuh?" Mata Valdi melotot."Iya, Val. Sakit hati ibu ngeliat anak perempuan ibu di giniin."Valdi menggenggam jari-jarinya."Kalo bener, Fahri gak bisa di biarkan, Bu! Keterlaluan! Besok biar kujemput Kak Salma sama keponakan-keponakanku. Biar dia tinggal di sini aja. Gajiku masih sanggup buat ngenafkahin kakak perempuanku!" geram Valdi."Ibu juga kepikiran buat ngejemput kakakmu. Biar dia tinggal bareng kita aja.""Telpon kak Salma sekarang, Bu! Suruh dia siapin baju-bajunya! Biar besok pagi aku yang jemput!"***"Kak Mel! Ini ruang tamu berantakan banget! Emangnya Apa sih kerjaan kalian di rumah? Coba nih beresin!" Vina mendelik ke arah Mel yang baru saja datang tadi malam bersama dua anaknya.Terlihat bungkusan makanan berserakan di depan tv. Mainan berserakan dimana-mana."Eh, Vina. Maaf Vin. Ini tadi anak-anak habis main. Jadi berantakan gini." sela Mel."Makany
"Eh ada Kak Zian rupanya? Udah lama, Kak?" Valdi berusaha seramah mungkin."Ya, sudah lama. Kenapa kamu gak pernah pulang?" Zian bertanya dingin.Jujur, Valdi tidak berani macam-macam dengan kakak sulung Rika tersebut. "Sial, kenapa dia datang," batin Valdi."Mmmm, maaf kak. Ibuku sakit sakit. Makanya aku pulang ke rumah ibu," jawab Valdi agak gugup. Zian hanya menatapnya dingin."Masf ya, Kak. Aku mau ke belakang dulu," Vakdi buru-buru permisi untuk menghindari pertanyaan berikutnya.Di dapur, Valdi buru-buru menghampiri Rika."Kok ada Kak Zian di sini?" Valdi bertanya tak suka, tapi tetap dengan suara tertahan, takut terdengar Zian.."Kak Zian cuma mampir ke sini. Kenapa emang?""Ssst, jangan keras-keras! Awas kalo kamu ngadu ke kakakmu soal rencana pernikahan aku sana Vina!" ancam Valdi. Rika hanya tertawa kecil."Rik, dimana barang-barang di rumah ini? Kok pada kosong?" Valdi keheranan melihat suasana rumah yang plong."Sedang ku servis, Mas. Sebagian yang lain mau kuganti sama y
Di sebuah gedung yang, kursi kursi tamu tersusun rapi. Resepsi berkonsep outdoor meriah terlaksana juga hari tersebut, meski banyak drama yang mengawali itu.Dua mempelai tersenyum sumringah di panggung sandiwara, eh di pelaminan maksudnya, hehee.Bu Ratih duduk dengan bangga di kursi khusus orang tua mempelai.Beberapa tamu mulai berdatangan. Bu Ratih tersentum bangga setiap menyalami para tetamu hari itu."Aku yakin, hari ini kau dan keluargamu akan menyesal Rika! Ha haa, tak sia-sia kemarin ku undang Rika beserta keluarganya sekalian! Biar dia tahu gimana rasanya di tertawakan di depan orang banyak." dalam hati tak henti-hentinya Bu Ratih merasa puas.Bu Ratih benar-benar tak sabar ingin melihat isak tangis Rika nanti.Dari kejauhan, dilihatnya sebuah Toyota Fortuner memasuki area parkir.Bu Ratih semakin bangga setelah melihat tamu-tamu undangannya berasal dari kalangan kaya."Cantik banget mantunya, Bu Ratih. Selamat ya!""Masih muda dan masih cantik mantuny, Bu. Semoga anaknya s
Para tamu undangan yang melihat kejadian itu benar-benar merasa tak nyaman. Tak heran sebagian dari mereka pulang sebelum waktunya.Bu Ratih dan Valdi sungguh merasa tertampar karena malu. Aoalagi ketika Bu Lia berkomentar, "lhoo, Bu. Ini mah istri pertama Valdi cantik bangeeet, mana katanya kampungan,"Di saat itulah Bu Ratih merasa omongannya di balik oleh kenyataaan. Ia mendengus kesal, "mengapa Rika harus tampil secantik ini hari ini? Salon mana yang dia pake? Kurasa perempuan ini emang sengaja gak mau kalah saingan sana Vina," batin Bu Ratih.***Di rumah tersebut, Vina cemberut tak mau bicara."Kenapa, Sayang?" Valdi berusaha membujuk."Aku mau cerai!" ketus Vina.Tentu Valdi kaget, baru saja nikah kok minta cerai."Nggak usah ngomong gitu, Vin. Kita kan baru aja nikah!""Males! Pergi sana! Kalo aku tahu kamu jadi pengangguran aku gak bakalan mau sama kamu!"Valdi mengusap dada, dulu ketika ia menikah dengan Rika juga dalam keadaan begitu, tapi Rika mengajaknya berjuang bersama
"Nggak bisa dibiarin ini! Udah dua kali saldo-ku menghilang misterius kayak gini! Siapa yang ambil? Jahat beneeer!" Valdi stress memikirkan saldonya sudah habis tak bersisa."Mana aku udah gak punya pekerjaan lagi! Kalau gini kita mau makan apaa?" Valdi menggaruk-garuk kepala dan terlihat semakin g*la.Galau dan pusing bersatu dalam benak pria itu. "Mana BPKB mobilmu, Val? Cuma itu satu-satunya yang bisa kita jual," ujar Vina tanpa peduli Valdi yang tengah mondar-mandir kelimpungan."BPKB-nya gak ada, Sayang.""Lho, kok gak ada? Kamu gak mau kasih aku ya?" Vina berkacak pinggang."Bukan gitu, Sayang. Tapi... Tapi ini mobil aku ambil kredit, Vin," jawab Valdi agak ragu."Lhoo, bukannya dulu kamu bilang beli cash!" Vina sungguh merasa terkecoh."Maaf ... Maaf, Vin. Maaf banget." Valdi menangkupkan kedua tangannya."Berkali-kali kamu bohongin aku, Val! Tega kamu. Jangan-jangan uang kamu bukannya ilang, tapi emang sengaja kamu kosongin!" Vina menangis di buatnya."Lalu kamu nikahin aku u
Vina yang baru saja pertama kali datang ke klinik itu merasa sakit hati."Ini pasti udah gak beres, gimana bisa Rika sering dateng ke sini? Darimana dia dapet uang buat bayar di sini? Gaji dia kan kecil." batin Vina.Apalagi di dengarnya Rika mengambil perawatan yang lumayan sekali harganya, dan itu jenis treatment yang bukan selesai dalam sekali perawatan. Merasa kalah dalam hal perawatan, Vina memutuskan untuk mengambil jenis perawatan yang jauh lebih mahal.***"Rika! Ngapain aja kamu di sini?" Kudengar suara seorang perempuan menegur.Aku menoleh,"Oh, kamu, Vin. Nggak ngapa-ngapain. Cuma mau lanjut treatment aja." jawabku."Kok muka kamu jadi ancur gitu, sih? Kayaknya masih mulusan wajah aku nih. Mending kamu treatment kayak aku aja, Rik. Meski emang lebih mahal sih harganya. Daripada gitu tuh muka ancur nggak ketulungan. Kayaknya banyak bakal jerawat tuh yang mau tumbuh." Vina berujar.Pandangan matanya seperti menghina ke arahku."Aku nih udah langganan lama banget di sini. Se