Share

Pamit

Harapan itu layaknya pedang.

Tajam dan juga berbahaya.

Semakin kamu berharap semakin pula dia membuatmu berdarah.

Ibu selalu mengatakan hal itu pada Maudi. Untuk tidak berharap pun untuk tidak memberikan harapan. Pada siapapun itu dan perihal apapuni itu. Karena sejatinya manusia mudah sekali berspekulasi, mereka menerapkan ekspektasi keterlaluan tinggi dan kadang terlalu rendah untuk banyak hal dalam individu yang berbeda.

Karena itu Maudi selalu bersikap apa adanya, ia jarang sekali berpura-pura, tidak bisa, kalau suka bilang suka kalau tidak ya bilang tidak.

Karena sejatinya tidak ada manusia yang menyukai hasil dari sebuah ekspektasi yang hancur.

Maudi dengan bodohnya sudah pernah jadi saksi dari hal tersebut, ia bahkan menjajal sendiri hal itu.

Penyesalan itu instan.

Dan kadang memalukan.

"Aku nggak ambil," ujar Maudi dengan satu hendikan bahu.

Ia mengatakan itu dengan enteng tanpa beban.

Apa? Salah dengar?

Oh tidak. I
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Nisya Diajeng Kharem
Maudy emang Ndak peka.. Satria bilang juga tersirat..hadeh gemes deh.. sering" update donk
goodnovel comment avatar
elnyno
diksiny itu loh bikin ambigu emang... duh please update tiap hari dong...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status