Silvya gemas melihat sikap Bill yang sesukanya. Setelah ia bisa dengan mudah masuk ke apartemennya sekarang dia malah mau tidur di sini, ckck!
"Okay, do what you want, Bill. If you stay, I'll go!" ucap Silvya dan ia pun keluar dari apartemen.
"Hey!!! Silvya!!! Wait!!" Bill segera bangkit dari posisi berbaringnya dan mengejar Silvya.
"Okay, okay! Why are you so cruel to me, Silvya?" protes Bill sambil menahan lengan Silvya.
"Cruel to you? What do you mean? I even feel too good to you, Bill!" Silvya menyilangkan tangannya di depan dada.
"Good? What make you feel that way? You kicked me out even though I did so many good things to you. You ignored my call, you didn't give me anything when I came and when I need to rest, you even left me! Tell me which one was good like you said, Sylvia? Even to that bastard, I can see clearly that you treated him be
"Aku sudah mentransfer uang ke rekeningmu untuk pembayaran kontrakan. Ini buktinya." Silvya menunjukkan bukti transferannya melalui ponsel.Tapi Chris sama sekali tidak tertarik untuk mengetahuinya. Ia masih menatap Silvya dengan tatapan penuh tanya."Silvya, bisakah kita berbicara sebentar di luar?" tanya Chris."Ya, baiklah." Silvya mengangguk."Bill, wait for me!" Silvya menatap Bill dan ia meninggalkan kopernya di dekat Bill, lalu mengikuti langkah Chris keluar lobby."Silvya, ada apa denganmu? Kamu pindah ke kontrakan yang jelek dengan pria asing dan meninggalkan apartemen mewah ini. Lalu dimana Jim?" tanya Chris beruntun ketika mereka sudah berada di luar lobby.Chris pernah berpacaran dengan Silvya sebelumnya. Namun hubungannya dengan Silvya terpaksa harus kandas karena ia dipaksa menikah dengan Maureen oleh mamanya. Mama Chris merasa berhutang budi banyak
Silvya terkejut mendengar suara di seberang sana."Mas Rey?""Hey, iya. Ini aku. Kamu lagi ngapain? Apakah teman kamu itu sudah pergi? Aku sangat kangen kamu, Silvya." Suara Rey seperti berbisik dengan parau."Mas, jangan ngomong sembarangan! Oh iya! Kapan kamu mau mengambil motormu?""Oh iya! Aku sampai lupa. Mungkin lusa. Aku harus menunggu kakiku dan wajahku sembuh dulu. Temanmu itu seperti berandalan! Kenapa kamu bergaul dengan orang seperti itu?" Suara Rey terdengar kesal."Huh! Kenapa? Dia temanku. Dan menurutku dia sangat baik. Maaf ini sudah malam, aku ingin istirahat!" tutup Silvya."Hey, Silvya! Tunggu! Aku bisa merasakan kamu sedang sedih 'kan? Suaramu bergetar dan serak. Jangan katakan kalau kamu baru menangis.""Aku mengantuk, Mas! Mau tidur!" elak Silvya."Silvya, please. Jangan berbohong padaku. Katakan ada apa? Apa kamu ingin a
Harap bijak dalam memilih bacaan selama bulan puasa ya!Mengandung adegan 21++ Silahkan skip chapter ini atau baca di waktu yang tepat!Rey sudah menanti di dekat rumah Silvya. Ia sengaja menunggu Silvya datang dari jarak yang agak jauh. Ia diam-diam tersenyum sendiri, setelah mengambil motornya, ia memiliki rencana untuk mengantar Silvya pulang ke apartemennya nanti. Seluruh rencana indah yang ia susun berjajar rapi di otaknya. Dan ia tersenyum puas membayangkan bahwa rencananya akan berjalan dengan mulus malam ini.Sebuah mobil Maserati berwarna hitam tiba-tiba berhenti di depan rumah Silvya. Rey mengerutkan keningnya. Siapa itu? Pasti bukan Silvya karena Silvya 'kan naik taxi online?Pintu mobil itu terbuka dan Rey terkejut melihat Silvya keluar dari mobil mewah tersebut! Sialan! Siapa yang mengantar Silvya? Hati Rey kembali gemas! Ia merasa memiliki banyak saingan!
Bab ini mengandung adegan 21++ silahkan skip chapter ini atau baca di malam hari ya!Bill masih berusaha menahan dirinya. Ia tidak ingin esok pagi melihat Silvya menangis dan menyesali semuanya.Tapi, Silvya seperti tidak mendengar peringatan dari Bill. Ia terus memeluk Bill dan mencium lehernya. Menarik tubuh Bill untuk menindihnya. Silvya sudah seperti orang gelap mata. Tangannya menyusup masuk ke dalam pakaian Bill seperti yang diajarkan oleh Rey. Ia mempermainkan sesuatu di dada Bill membuat Bill tidak mampu lagi menahan dirinya."Oh, please! Don't do this, Silvya!" Suara Bill terdengar frustrasi.Jari lentik Silvya yang menyentuh tubuhnya membuat sesuatu dalam diri Bill meronta ingin dipuaskan. Satu tangan Silvya menarik leher Bill."Silvya! Please stop it!" Bill berusaha menahan tangan Silvya yang sudah bemain-main di dalam bajunya.Tapi Silvya se
Silvya membuka matanya dan ia melihat hanya ada kegelapan. Sebuah tangan kekar memeluk pinggang rampingnya dari belakang. Jantung Silvya seketika berdegup kencang."Bill?" Silvya seketika sadar dengan apa yang sudah terjadi.Ia menggigit bibirnya dan merasa dirinya semakin najis. Ia mengingat semuanya. Bagaimana ia bercinta dengan Bill dengan begitu bernafsu. Otaknya seperti lumpuh dan hanya nafsu birahi saja yang jalan saat itu.Silvya bahkan bisa mengingat semua hal yang Bill lakukan padanya. Bagaimana Bill memuja tubuhnya begitu rupa dan bagaimana ia juga memuja tubuh Bill dengan bibir dan lidahnya. Seketika hati Silvya merasa berdarah. Bagaimana ia bisa menjadi wanita yang tidak begitu terhormat.Ia melakukan sebuah hubungan intim dengan seorang pria yang bukan suaminya. Bukan itu saja, bahkan Bill adalah teman dari suaminya. Silvya menggenggam selimut yang menutupi tubuhnya dengan erat!! Silvya merasa ia telah
"SILVYA!!!!!!" Bill segera mengangkat tubuh Silvya yang tergolek lemas.Tangan Silvya terus mengeluarkan darah. Wajah Silvya terlihat pucat dengan sisa airmata yang membekas di wajahnya. Bill membawa Silvya menuju kamar dan meletakkan di sana."Silvya! Why you doing this?" Suara Bill terdengar penuh penyesalan. Ia menyobek sebagian kemejanya untuk membalut pergelangan tangan Silvya yang terus mengucurkan darah.Bill dengan cepat menggendong Silvya ke mobil dan membawanya ke rumah sakit.*****Bill mondar mandir di depan ruangan IGD. Silvya masih belum sadarkan diri. Berkali-kali ia masuk namun berkali-kali pula ia keluar lagi.Akhirnya, Bill memutuskan untuk menelpon Jim malam itu juga!"Halo?" sapa Jim di seberang sana."Jim, when you comes back?" tanya Bill to the point."Why?" Jim bertanya balik t
"Ok, Silvya. Just take your time!" Bill meletakkan semua barang Silvya di kamar tamu. Lalu pergi meninggalkan Silvya yang termenung sendirian di kamar.Kamar ini adalah kamar dimana terakhir Silvya melakukan hubungan dengan Bill. Dan melihat suasana kamar itu, Silvya jadi teringat akan dosanya. Perasaan berdosa dan penyesalan yang membuat Silvya harus diperban tangannya."Sebenarnya apa yang kau sesali, Silvya? Nodamu? Atau perasaan mengkhianati pernikahan yang tak pernah ada?" Silvya bergumam sendiri.Ia merasa seperti orang gila. Dia pun tidak tau sebenarnya apa yang ia rasakan. Pengkhianatan terhadap Jim? Yang bahkan tidak peduli ketika ia sedang meregang nyawa akibat penyesalannya. Untuk apa ia lakukan itu? Bahkan jika ia mati malam itu, Jim mungkin juga tidak akan menangis untuknya.'Oh, bodoh sekali kau, Silvya!' Silvya mengetuk kepalanya sendiri.Beruntung sekali Bil
"Silvya!!" Jim bergegas hendak berpakaian tapi tubuh Silvya yang sudah menyentuh lantai dengan cepat digendong oleh Bill.Bill segera membawa Silvya yang pingsan ke kamar sebelah dan berniat menunggunya sampai sadar."Bill, please leave us!!" Jim yang sudah berpakaian segera menghampiri Bill di kamar sebelah."Jim, it's time for you to let her go!! She already knows the truth, Jim. Let me take care of her," Bill tidak menggubris ucapan Jim."No, Bill!!! She is my wife! I'll take care of her!" Wajah Jim terlihat marah melihat Bill mulai menantangnya."I'll wait until she wakes up, Jim! I won't leave her!!" Bill berdiri dan dengan tegas menghadang Jim untuk mendekati Silvya."You!!!!" Jim menuding wajah Bill dengan marah."Honey!" Terdengar suara seseorang di luar kamar."Your lover calls you, Jim! See him and treat him well," Bill memandang wajah Jim